Prolog

187 20 2
                                    

Suasana hening menyelimuti ruangan yg sedang mereka tempati saat ini. Rasa canggung menyelimuti dua remaja yg kini tengah duduk disofa sambil menundukan kepalanya.

"papah gak tau lagi gimana caranya agar kamu berubah" ucap ferri frustasi dan memecah keheningan diantara mereka.

Vera bingung harus menjawab apa pertanyaan ayahnya itu. Disampingnya vero tengah menatap adiknya dengan tatapan sulit diartikan, antara khawatir dan takut tentang apa yg mungkin akan terjadi pada vera.

"papa mohon sama kamu untuk tidak melakukan hal itu lagi! Karna itu dapat membahayakan diri kamu sendiri vera! " emosi yg sedari tadi ditahannya kini terlontarkan.

Della berusaha menenangkan amarah ferri suaminya. Ia tau bahwa sebenarnya ferri sangat mengkhawatirkan putri pertamanya itu.

"vera tau akibat dari semua yg vera lakuin. Tapi vera juga butuh kebebasan pah! Papah gak bisa selamanya membayar bodyguard hanya untuk ngawasin vera! Papah selalu bertingkah seolah vera adalah anak penyakitan yg butuh pengawasan khusus. Vera gak mau orang lain melihat vera beda pah!" vera yg sedari tadi diam kini angkat suara.

"itu semua papa lakuin demi kebikan kamu vera! Papah rela ngelakuin apa ajah, bahkan papah ikhlas mengeluarkan seluruh materi demi kebaikan kamu!"

"vera gak butuh itu semua pah! Vera gak butuh materi ataupun yg lainnya. Yg vera butuhkan hanya kasih sayang papah dan mamah. Apa papah dan mamah pernah ngeluangin waktu untuk vera? Bahkan diulang tahun vera dulu ajah kalian lebih memilih bekerja dari pada mengahadiri acara terbaik vera! "

"itu semua kami lakukan demi kamu sayang" dila kini angkat suara dengan tubuh yg bergetar. Air mata kini mulai menetes membanjiri kedua pipinya. Ia merasa bersalah karena belum bisa meluangkan waktu untuk putrinya ini.

"demi vera? Bagi mamah iya, tapi bagi vera engga. Vera lebih baik hidup sederhana dari pada berkecukupan tapi kalian gak pernah peduli! " kali ini, amarahnya telah memuncak dengan nafas yg memburu

Vero yg sedari tadi hanya diam kini tidak tahan dengan semua perdebatan ini. Ia paham dengan apa yg vera rasakan karna ia juga merasakannya. Namun ia juga paham bahwa semua yg orang tuanya lakukan adalah Demi kebaikan dirinya dan vera, tapi tak seharusnya vera membentak kedua orangtuanya sendiri.

"cukup! Vero tau pah, mah dengan apa yg vera rasakan. Gak seharusnya kalian selalu memprioritaskan pekerjaan diatas segalanya. Kita ini anak kalian, bukan hewan peliharaan yg hanya butuh makan dan fasilitas kemudian dianggurin gitu ajah! Kita juga butuh kasih sayang pah, mah."

"mamah minta maaf sayang" ucap dela dengan suara parau

"Dan lo ver, gak seharusnya juga lo bertindak seperti anak kecil! Lo gak boleh egois. "

"betul kata kakak kamu vera! " ucap ferri

"terserah kalian mau nganggep vera egois atau apapun! Vera gak peduli lagi. Kalian memang orang tua vera tapi itu sepertinya cuman sebatas jabatan belaka yg gak pernah bermakna"

PLAK!

Refleks vera langsung memegangi pipinya yg terasa panas akibat tamparan ayahnya. Sedangkan ayahnya sendiri langsung terdiam. Emosinya lenyap begitu saja saat melihat vera menatap dirinya dengan tatapan kecewa mendalam. Untuk pertama kalinya, vera merasakan tamparan yg yak hanya menimbulkan rasa sakit dipipinya namun juga dihatinya.

Air mata yg selalu ia bendung kini sudah tak cukup kuat lagi untuk ia tahan dan akhirnya jatuh membasahi pipinya. Ia terus menatap ayahnya sambil menggelengkan kepalanya tak percaya.

"vera papah min–" ucapan ferri langsung dipotong oleh vera.

"vera gak nyangka papah bakal ngelakuin ini. Vera kecewa sama papah, dan vera ngga mau lagi denger penjelasan apapun dari papah" vera berlari menuju kamarnya dan langsung mengunci pintu tanpa meperdulikan tariakan kakak dan ibunya.

Vera menangis sejadi jadinya didalam kamar. Ia tak menyangka ayahnya akan berbuat kasar padanya. Kini ia sadar, bahwa tidak sepenuhnya keluarga lebih berharga dari materi yg berlipat ganda. Karna lelah terus menangis akhirnya vera terlelap dengan air mata yg masih membasahi pipinya.



***

Jangan lupa tinggalkan jejak
@puspitaayuL

VERRAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang