Chapter 6 Turns Out, It's a Bad Day For Sam Too

7 1 0
                                    

Aku harap yang tadi bukan Sam.

Aku berusaha men-sugesti diriku bahwa ada kemungkinan 60 persen itu bukan Sam.
Bisa aja itu satpam sekolah. Atau anak lain yang sebenarnya ga teriak ke arahku tapi ke orang lain. Atau bisa jadi teriakan itu ga ada, karena itu bisa jadi cuman imajinasiku aja.

Aku coba berpikir di tempat tidurku dengan menatap langit-langit di kamar yang berwarna putih. Dan aku mulai berpikir, wow betapa putih sungguh warna yang membosankan.

Lalu aku kembali ke masalah awal. Kenapa aku harus bingung dan lari? Seharusnya aku berbalik dan menghadapi Sam. Memang dia pikir siapa?

Seandainya Dama disini, segalanya pasti akan lebih mudah. Satu kalimat yang aku ingat dari perkataan Dama ketika ada di keadaan seperti ini.

“Pejamkan mata dan hilangkan rasa lelah dan takutmu dan sambut esok hari dengan kebahagiaan baru. Jangan pernah takut, Ir.”

Dasar Dama yang selalu sok dewasa di umurnya yang waktu itu masih belum seberapa.

Aku bertanya-tanya sedang apa dia sekarang. Kenapa dia ga datang mengunjungi aku? Meskipun keluarga Dama pindah keluar kota yang berjarak 2 jam dari sini, biasanya Dama datang mengunjungiku di akhir pekan. Meskipun dia berkunjung hanya sebentar tapi bagiku itu udah lebih dari cukup.
Dan sekarang aku merindukannya.

Aku pandangi layar hpku yang berlatarbelakang fotoku dengan Dama 2 tahun lalu di Taman Fantasi.
Best day ever.
Aku hanya bisa tersenyum ketika memandangi foto itu. Dama tertawa lebar dengan lengannya yang merangkul leherku dengan paksa dan aku yang mengeluarkan ekspresi sebalku pada Dama sambil tanganku masih memegang permen kapas big sized yang aku beli pada saat itu. Jelas aku belum siap untuk berpose melihat ekspresi wajahku yang seperti itu.
Aku ga akan pernah melupakan hari itu.

He used to be my fireflies. But now he’s not flying around.

And it’s my fault...

Tiba-tiba rasa sakit yang hebat muncul di kepalaku.

Aku pejamkan mata untuk tidur sambil mendengarkan lantunan lagu dari Bob Dylan, Knocking on Heaven’s Door.

Liriknya menuntunku terlelap tidur, aku berusaha keras untuk tidur, sebelum air mata mulai menetes di pipiku...

Mama take this badge off of me

I can’t use it anymore

It’s getting dark, too dark to see

I feel I’m knocking on heaven’s door

*Sam*

Okay. Apa yang ada dipikirannya sampe my baby harus jadi korban? Cewek aneh.

Pertama-tama, nendang ban motor, okay fine aku cuman merhatiin dari jauh di belakang.
Aku cuman mau ngeliat apa yang mau dia lakuin selanjutnya dan apa motifnya.
But then.. tendang motor sampai jatuh.
Okay well, saatnya aku perlu manggil dia.

Dan dia lari.

Apa ada yang salah dari suaraku? Dia bahkan ga putar balik untuk ngeliat siapa yang manggil. Memang ga ada kerusakan dari my baby.
But still, what’s got into her?
Oh.. I’m so gonna find out…

Aku segera keluar dari rumah menuju rumah depan tempat dia tinggal.
Strange neighbour.

Aku menekan bel pintu rumahnya dan segera tidak sampai semenit kemudian seorang wanita setinggi pipiku membuka pintu dengan memakai kaos berwarna soft blue dengan tulisan Smurf dan celana pendek berwarna pink. Terkejut dia melihatku dengan mulutnya yang ternganga.

Seriously, pink again? And.. Smurf?” aku menahan tawa.

Dia tersipu malu, terlihat dari rona pipinya yang memerah. Cute.

“Nnngg.. ada yang bisa dibantu..?” tanya dia dengan terbata-bata.

“Aku pengen tahu apa yang dipikir oleh perempuan satu-satunya di rumah ini dengan aksi kecilnya tadi siang nendang motorku.” tanyaku dengan santai sambil menyandarkan tanganku di pinggir pintu.

“A-aaa aku ga tahu apa maksudmu.” aku amati wajahnya yang tidak berani menatap langsung mataku.
Okay, jelas kalau dia berbohong.

That’s a lie. Ayo kasih tahu sekarang, woman. Don’t play little game with me.” ucapku sengaja untuk memancingnya.

Dia terpancing. Raut wajahnya memerah bukan karena tersipu lagi, tetapi terlihat seperti menahan marah.
Oh oh, wajahnya mirip gunung yang akan meletus.
Aku bisa merasakan aura panas amarahnya.

Kenapa tiba-tiba mukanya jadi berasa mirip kedongdong belakang rumah. Asem.

“Kamu bener-bener ga tahu? Atau pura-pura ga tahu! Stupid badass!!”

Brukk.

“Aaaaaarrrggh!”
Shit!!!”

My nose!!!!!!! My face!!!!

Kenapa dia harus menutup pintu dengan keras di depan wajahku?!

My AngelsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang