Libby P.O.V
"Libby, bagaimana hari pertama mu?" Tanya Jaxy saat ku merebahkan diri dikasur kecil milik Jaxy
"Fine, at all." Jawab ku sambil perlahan menutup kedua mata ku.
"Found some friends?" Jawab Jaxy sambil mendekat kearah ku dan mulai memainkan rambut ku.
"Yup, just one."
"Really? Who is that?" Jawabnya bersemangat
"Rosaline. A girl. Nice person, have boyfriend named James. And, talk too much. But she is great."
"Aku senang kau berani mencoba. Ini semua lebih dari cukup, By. Dad pasti bangga dengan perjuangan mu selama ini. Dan aku pun begitu, juga Mum. Kami semua bangga memiliki mu, jangan pernah berfikir semua orang membenci mu, mereka mencintaimu. Tetapi dengan berbagai cara, ada baik juga buruk. Dan kau mulai bisa bagaimana menyikapinya" ucap Jaxy sambil menatap ku dalam.
"Thank you, Jax. I'm so happy to have you and Mum. I loved you, so freaky much." Jawab ku sambil menariknya kepelukan ku.
"Sudah pukul 22.00 lebih baik kau tidur. Besok kau harus pergi sekolah. Aku harus pergi menjemput Mum." Jawab Jaxy sambil menggendongku ala bridal style
"Jax!! Turunkannn!!" Teriak ku
"Sudah sampai, sekarang sikat gigi mu lalu tidur. Aku pergi, hubungi aku bila terjadi sesuatu. Love you kiddos." Dengan itu ia menuruni ku tepat didepan kamar ku lalu mencium kening ku dan pergi kebawah.
* * *
Pagi ini aku datang lebih awal kesekolah, dengan alasan bahwa aku ingin membaca novel 'Sherlock Holmes Series' dengan tenang. Kelas pertamaku adalah Bahasa Inggris. Suasana sekolah masih sangat sepi, aku berjalan menyusuri lorong-lorong sambil menggunakan ear set. Saat sedang mengganti lagu, tiba-tiba seseorang menyelengkat kaki ku dan aku pun tersungkur jatuh.
"Apa kau tidak punya mata? Gunakan mata mu saat berjalan, bodoh!" Ujar perempuan bermata hijau dan berambut hitam gelap dan dibelakangnya terdapat 2 perempuan berambut messy blonde dengan wajah penuh make up dan perempuan berambut ocean blue dengan piercing di hidung seperti banteng dan memakai kacamata hitam.
"M-maafkan a-aku. Aku t-tidak melihat kau b-berjalan didepan k-ku." Jawabku sambil menunduk dan menahan air mata.
Setelah itu 3 perempuan itu melenggang pergi tanpa mengucapkan satu kata pun. Meninggalkan ku dengan luka dilutut.
Dengan tertatih akupun bangkit lalu mencoba berjalan dengan perlahan dan mencoba menemukan dimana ruang kesehatan berada.
Kufikir ini semua sudah berakhir. Aku menyeret kaki ku ke pinggir koridor lalu berhenti sambil meringis. Tiba-tiba seseorang menyetuh bahu ku."Apa yang terjadi? Kau tak apa?"
Aku pun menengok dan melihat seorang misterius yang ku temui di kelas biologi kemarin. Mendadak jantungku berdebar kencang."Y-ya Aku b-baik-baik s-saja. Lebih b-baik kau p-pergi." Jawab ku dengan gemetaran
Dengan tiba-tiba iya menggendong ku dan membawa ku ke-Well, aku tidak tahu.
"Apa yang kau lakukan?! Turunkan aku!" Teriak ku dengan perasaan takut "Kubilang turunkan aku! Aku tidak mau ikut dengan mu!"
Dan ketakutan ku semakin bertambah saat ia membawa ku ke suatu ruangan. Air mata pun mulai turun dari mata ku. Jantung ku berdebar kencang. Lalu lelaki itu menurunkan ku diatas kasur yang baru aku sadar bahwa ini adalah ruang kesehatan. Air mata ku tak bisa berhenti, jantungku semakin berdebar. Pria itu melihat ku dengan pandangan panik.
"Hei?! Kau baik-baik saja kan?! M-maafkan aku, aku tidak tau kalau ini semua akan seperti ini." Jawabnya sambil menyentuh tangan ku yang langsung ku tepis
"T-tolong. T-tolong ambil b-botol pil y-yang ada di dalam t-tas ku. T-tolong." Ucap ku terbata-bata sambil memegangi dada ku.
Dengan terburu-buru ia mengambilkan botol pil penenang ku. Mengeluarkan botol minum ku dan meneguk 2 pil sekaligus. Aku mencoba mengatur nafas ku dan memejamkan mata. Aku tidak mendengar suara lelaki tadi. Debaran jantung ku sudah tidak separah tadi dan aku sudah bisa mengendalikan nafas ku. Dengan perlahan aku membuka kedua bola mata ku. Melihat seorang pria misterius yang berdiri didepan kasur sambil memegang sebuat kain putih denan wajan air panas dan obat luka.
"Kau boleh membenci ku setelah ini, tapi ku mohon. Izinkan aku mengobati luka mu, ini bisa terinfeksi."
Dan ku balas dengan anggukan.
Aku terus mengalihkan pandangan ku apabila pria misterius ini melihat kearah ku. Setidaknya aku sudah tak merasa takut dan segugup tadi. Beberapa menit tercipta keheningan dan pria itu pun selesai mengobati luka ku.
"Selesai." Jawabnya sambil tersenyum manis.
Sangat manis.
Aku pun menampar diriku kebawah. 'Bodoh' pikir ku
"Uhmm terima kasih." Jawab ku tersenyum kecil
"Maaf soal kejadian tadi, aku tak menyangka kau memiliki serangan jantung." Jawab pria itu.
"What?! Aku tak memiliki penyakit jantung, enak saja. Aku hanya memiliki phobia terhadap orang asing! Menyebalkan." Jawab ku sambil mengerucutkan bibirku
Melihat itu membuat ia tertawa.
Ia tampan sekali.
"Maafkan aku. Omong-omong, namaku Bradley Will Simpson." Jawab nya sambil tersenyum lagi.
Berhenti tersenyum, senyum mu mengandung banyak gula!
"Uhm, Hi Braddy. Aku Libby." Jawab ku
Tiba-tiba ia kembali tertawa.
"It's Bradley not Braddy."
"Oh uhm sorry." Jawab ku sambil menunduk dan pandangan ku jatuh pada jam yang ku pakai. Sedikit lagi kelas Bahasa Inggris akan dimulai.
"Bradley, kufikir a-aku akan ke k-kelas. Sekali lagi t-terima k-kasih sudah m-mengobati luka ku." Jawab ku sambil menunduk dan menyembunyikan senyum ku.
"Kau bisa berjalan? Bila tidak aku bisa membantumu."
"Tentu aku bisa. Uhm, sampai jumpa lain waktu, Bradley." Jawabku sambil mengambil tas dan bergegas meninggalkan ruang kesehatan.
"Yeah Libby, sampai jumpa." Sahut nya diiringi dengan senyum nya.
Senyum memabukan nya.
--------------------------
DON'T FORGET TO VOTE AND COMMENT GUYS!!!!! HOPE Y'ALL LIKE IT!
KAMU SEDANG MEMBACA
Risk It All || B.W.S [ON-GOING]
Fanfiction"I'd burn it down, I'd light it up I'd take the weight, I'm strong enough Not giving in, not giving up I'll Risk It All I'd rather crash, I'd rather crawl Than never have your love at all With only bricks to break my fall I'll Risk It All Than never...