7

61 8 2
                                    

"Balik nyookkkk." ajak Galih pada teman teman nya.

"Yelah taran aja dulu si." kata Daffa sambil memakan kacang polong.

"Iya nih ayok lah balik udah sore nih tar gua di cariin mamih gue." kata Ari sambil memainkan ponselnya.

"Ah dasar lo anak mamih." sindir Alviano pada Ari.

"Yee emang gue anak mamih gue ngapa lo mau jadi mamih gue juga?" kata Ari sambil mendekatkan duduk nya pada Alviano.

"Idih geli." Alviano bergidik ngeri.

"Najisun banget sih lo." Davi melemparkan bantal pada Ari dan langsung di balas dengan kecemberutan nya yang bikin merinding karena geli sekaligus ilfil.

"Yaudah lah ayo pulang, nyokap gue udah nge chat gue nih, gue disuruh bantuin sepupu gue yang mau pindahan." kata Galih sambil berdiri di depan kaca untuk merapikan rambut nya.

"Ah kuproy kali lu ah." celetuk Daffa.

"Yaudah lah ayo." kata Davi sambil memainkan ponsel nya.

"Ayo ayo pada diem aja, dasar ogeb. Ayolah gece." kata Alviano sambil melangkah keluar dan di ikuti oleh yang lain.

Saat ini mereka sudah berada di halaman rumah Daffa. Mereka naik ke motor masing masing, Daffa membukakan pintu gerbang untuk mereka.

"Pantes lo Daf, besok di rumah gue aja ya." ledek Davi pada Daffa yang langsung di balas dengan tampolan pada kepalanya. Namun karna Davi menggunakan helm, alhasil adalah tangan Daffa sendiri yang sakit. Dan sontak membuat yang lain tertawa.

"Lo ogeb ape gimana Daf, orang pake helm lo tampol." kata Alviano.

"Bego nya pake kebangetan." kata Galih.

"Sialan lo pada."

Davi, Alviano, Ari, dan Galih pun pergi meninggal kan rumah Daffa dan pulang kerumah mereka masing masing.

Daffa segera menutup gerbang nya. Namun saat hendak menutup nya, pak Darmo, satpam di rumah nya berlari menghampirinya.

"Tidak usah den Daffa, biar bapak aja yang nutup." katanya sambil mengambil alih untuk menutup gerbang.

"Oh yaudah. Makasih ya pak." kata Daffa sambil berlalu masuk ke dalam rumah. Ia menuju dapur untuk mengambil air minum.

Saat ia balik badan hendak pergi ke kamar nya, tiba tiba saja sudah ada Divany di depan nya sambil berkacak pinggang.

"Ngapain lo? Nungguin gue minum? Mau minum juga? Nih." kata Daffa sambil menyodorkan gelas pada Divany.

Tanpa aba aba lagi, Divany langsung memukul kepala Daffa.

"Bangke lo mah Daf." rutuk Divany kesal.

"Sakit oneng. Kenapa lo tiba tiba mukul gue kek gini. Sakit oon."

"Salah lo sendiri bikin gue malu."

"Bikin malu apaan sih gue."

"Lo udah mempermalukan gue di depan teman teman lo dengan cara lo bongkar aib kalo gue pake boxer lo." kata Divany sambil bersedekap.

"Yaelah gitu doang. Lagian emang bener kan lo pake kolor gue." kata Daffa santai.

"Ya tapi kan lo ga perlu nyeplos dan ngumbar depan teman teman lo." Divany memukul berkali kali pada Daffa, namun Daffa dapat melindungi nya dengan lengan nya.

"Bodo. Emang gue pikirin." kata Daffa sambil menjulurkan lidah nya dan berlari ke kamar nya meninggalkan Divany sendirian di dapur dengan perasaan yang sangat jengkel pada kakak nya.

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang