11

58 8 6
                                    

Bel berbunyi nenandakan istirahat telah tiba. Daffa and the geng langsung meluncur menuju kantin.

Namun saat melewati lapangan outdoor, tampak banyak anak anak lain sedang berkumpul ramai, seperti sedang menonton sesuatu.

Ari, yang merupakan anak yang kepo nya sangat akut, akhir nya mendekat ke tempat ramai itu sabagai mewakili teman teman nya.

"Ada apaan sih? Misi dong misi misi. Cogan mau lewat." Ari mencoba menyempil nyempil agar bisa berada di barisan depan.

"Terima terima..." sorak anak anak lain.

Saat sudah di barisan depan, mata Ari langsung melotot bak ingin copot melihat pemandangan di depan nya. Tanpa berpikir panjang, ia langsung kembali dan lari menghampiri Daffa and the geng.

"Wey wey Daf, lo harus liat Daf." kata Ari dengan napas terengah.

"Ada apaan sih?" Alviano kepo juga.

"Nghhh.. Ituan tuhh." bukan menjawab dengan benar, Ari malah menunjuk nunjuk tempat yang di maksud tadi.

"Woy. Ngomong yang bener." Galih menampol kepala Ari.

"Itu, adek lo Daf. Lagi di tembak sama si ketua OSIS, si Radit."

"Beneran lo?" alis Daffa bertaut.

"Iya beneran gue."

Daviendra yang mendengar penjelasan Ari, langsung menegang. Badan nya menjadi lemas seketika. Rasa nya ia ingin jatuh saat itu juga, namun itu hal yang sangat tidak mungkin. Karna saat ini ia sedang bersama teman teman nya, terlebih dengan kakak nya Divany, Daffa. Bisa bisa ia di ledek habis habisan oleh mereka.

Daffa mencoba menghampiri tempat kerumunan itu, ia mencoba masuk ke barisan depan. Divany yang melihat adanya Daffa, mata nya terus melihat ke arah Daffa yang sedang menonton dengan ekspresi biasa saja.

Radit yang juga melihat ada Daffa, langsung menghampiri Daffa.

"Daf, gue suka adek lo." kata Radit to the point pada Daffa.

Daffa yang mendengar kejujuran Radit mengerutkan alis nya bingung.

"Ya terus?" tanya nya dengan dingin

"Gue pengen jadi pacar nya."

"Kan lo suka nya sama adek gue, nembak nya sama adek gue, kenapa ngomong nya sama gue? Itu hak adek gue mau terima lo atau enggak." Daffa meninggalkan kerumunan itu, menghampiri teman teman nya dan mengajak nya ke kantin. Divany yang melihat itu hanya melongo.

"Abang ogeb emang, gue lagi begini malah di tinggal. Sialan lo. Bantuin gue kek." rutuk Divany dalam hati.

❄❄❄

"Bang, bakso nya 5 mangkok ya."

"Siap."

Mereka memilih duduk di pojokkan dan memesan bakso.

"Weh Daf, kok lo bisa gitu sama adek lo?" tanya Alviano

"Gitu gimana?"

"Ya gitu. Adek lo di tembak gitu sama si ketos kok lo biasa aja? Dan gak bantuin dia gitu."

"Terus gue harus apa? Loncat loncat sambil ngedance ala ala korea gitu? Biarin aja, dia udah gede, biar dia sendiri yang nyelesain masalah kek gitu. Toh urusan dia kan." kata Daffa enteng.

"Ouuhh sosweet." Alviano mendempetkan duduk nya ke Daffa dan mengelus elus lengan nya.

"Idih upil kuda. Geli bangke." kata Daffa sambil mendorong Alviano agar menjauh.

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang