Dua Puluh Lima

8.2K 640 103
                                    

Pagi ini seorang gadis cantik berdiri tepat di atas atap sekolahnya, memandang jauh ke depan, menikmati semilir angin yang menerpa wajah cantiknya.

Merindu.

Dia merindukan sang kekasih, biasanya ia disini berdua dengan kekasihnya namun kini ia hanya seorang diri.

Lama menatap pemandangan dalam sunyi, kini ia mulai beranjak pergi menuju satu-satunya ruangan yang berada disana. Bukan hal mudah masuk ke dalam ruangan tersebut, sidik jari di perlukan untuk akses masuk ke dalam.

Gadis tersebut meletakkan kelima jarinya pada sebuah alat deteksi.

Bip.

"Selamat datang gadis tengil"

Gadis tersebut terkekeh mendengarnya, setelahnya ia masuk ke dalam. Masih sama seperti terakhir ia kesini, rapi dan wangi khas sang kekasih.

Ia berjalan seolah memindai setiap sudut ruangan ini, meski sama namun terasa beda. Hanya sendiri tak berdua seperti biasa.

Drt.. Drt.. Drt..

Ponselnya bergetar panjang menandakkan telfon masuk, tercetak sebuah nama pada layar ponselnya yang membuat gadis tersebut tersenyum senang.

MyCaptain

"Halo"

"Kamu masuk ruanganku?"

"Iyaa"

"Ngapain?"

"Aku.. A-aku rindu kamu" suaranya bergetar.

Ini adalah hari keempat setelah perginya sang kekasih. Tak ada satu hari pun yang ia lewati tanpa merindukan sang kekasih. Tak kenal pagi, siang, sore atau pun malam. Tak kenal detik, menit bahkan jam.

"Aku juga rindu, sabar ya. Aku pasti pulang"

"Cepet pulang"

"Begitu selesai aku langsung pulang"

"Aku tunggu"

"Jadi, apa yang sekarang nona Fika kerjakan di ruanganku?"

"Gaada, aku cuma masuk aja Ca"

"Jangan acak-acak. Oke??"

"Iyaa"

"Yaudah aku lanjut kegiatan lagi, jangan nangis. Aku ga suka"

"Iyaa, miss you Ca"

"Miss you too"

"Love you"

"I know. Udah ya, kamu baik-baik disana. See you soon"

Tut.. Tut.. Tut..

Panggilan berakhir tanpa Fika membalas ucapan Ica.

Baru empat hari dan cuma dua minggu aja udah begini. Batin Fika

Akhirnya Fika keluar dari ruangan tersebut dan secara otomatis pintu ruangan tersebut langsung terkunci jadi tidak perlu repot-repot untuk mengunci pintu.

*****
"Yailah masih aja ngegalau mba, samperin sono" kata Anin

"Ga boleh sama dianya" jawab Fika lemas

"Ululululu kasian amat sih, telfon deh, vidcall gitu"

"Tadi udah telfon"

"Nah yaudah. Semangat dong"

"Iya-iya bawel"

Merasa bosan, Fika mengeluarkan novelnya dan memasang earphone di telinganya. Sedangkan Anin sibuk dengan ponselnya sendiri.

Teach Me (GXG) [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang