•8 - Apa gue cemburu? (Dava)

1.4K 56 5
                                    

"Makasih ya Keen, tumpangannya." Hasna mengembalikan sweater abu-abu milik nya.

"Alah, sante ajaaa kelesss."

"Ew alay dasar." Hasna memukul lengan Keenan lalu masuk ke dalam rumahnya. Tetapi ia langsung di tahan oleh Keenan.

"Ett bentar jangan masuk dulu!" cegah Keenan sambil memegang tangan Hasna.

"Kenaapa?"

"Btw, ini gak gratis loh tumpangannya."

"Lah terus lo mau gue bayar berapa?? Dasar, mata duitan."

"Ettss, enak aja lo bilang gue mata duitan. Gak.. Gak, lo bayar gak pake uang, dan gue gak menerima bayaran berupa uang ya."

"Terus?" tanya Hasna heran. Lalu tiba-tiba Keenan tertawa sambil menatap Hasna penuh arti.

"Jadi, lo besok traktir gue bakso 3 mangkok dan temenin gue makan di kantin besok. Sip ga tuh?"

"Gila aja lo. Itu mah sama aja pake uang pea!!"

"Gak pea, itu kan barang." elak Keenan.

"Dasar. Gamau lah!" lalu Hasna masuk ke rumah dan meninggalkan Keenan yang tersenyum lebar melihat ekspresi kaget dan sebal nya Hasna.

"Sampe juma besok di kantin ya neng. Gue pulang dulu ya, good night." pamit Keenan. Ia memakai helm, lalu menancap kan gas motornya dan meninggal kan rumah Hasna.

Diperjalanan pulang, Keenan tak henti-henti nya memikirkan Hasna. Caranya Hasna bicara, tersenyum, tertawa, dan jika Hasna marah itu membuat Keenan makin jatuh cinta dengannya. Menurutnya, Hasna mempunyai muka yang sangat lucu saat me-respon segala sesuatu yang dihadapi nya. Apalagi, jika Hasna salah tingkah, pipi tembam nya langsung berubah menjadi merah merona. Dan Itu membuat Keenan makin jatuh cinta lagi.

Lihat aja besok, lo bakal temenin gue makan bakso 3 mangkok, batin Keenan sambil tersenyum senang.

Tak lama kemudian, Keenan sampai dirumah nya. Saat ia memarkirkan motor di garasi, seorang laki-laki bertubuh tinggi dan tegap langsung keluar dan...

"Kemana aja kamu? Di biarin kok malah ngelunjak. Ini sudah jam berapa?" bentak laki-laki itu. Benar, itu adalah Papa Keenan. Ia memarahi anaknya itu karena Keenan sudah sering pulang terlambat sampai larut malam.

"Tumben papa peduli, biasanya kan engga. Aku berangkat, sekolah papa aja biasanya gatau."

"Berani kamu sama papa?"

"Aku berani karena aku ngerasa gak salah, see."

Tiba-tiba tamparan keras melayang ke pipi Keenan. Keenan kaget dan kecewa kenapa papa nya bersikap se-kasar itu terhadapnya.

"Aku bener-bener gak salah ya benci sama papa." lalu Keenan berlari masuk ke dalam kamarnya. Papa nya hanya terdiam di ambang pintu dan merasa bersalah atas apa yang telah dilakukan nya terhadap anak nya itu.

***

Should I Stay?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang