Scary

29 6 0
                                    

Angin malam sepertinya tak bisa membuat seorang gadis itu beranjak dari balkon kamarnya. Ia masih saja memikirkan mengapa akhir akhir ini ia dan sahabatnya mendapat masalah jika saja ia tidak kehilangan ingatan sudah pasti ia tahu akar masalahnya.

Mey sangat yakin bahwa semua masalah yang ia dapat ada sangkut pautnya dengan orang yang mungkin iri dengannya. Hanya saja ia belum bisa memastikannya.

Menyadari angin semakin kencang ia pun beranjak meninggalkan balkon kamarnya dan segera masuk kedalam kamar setelah membaringkan badannya ia pun segera memejamkan mata dan mulai memasuki alam bawah sadar.

***
Sinar Mentari menyorot tajam melewati celah tirai dan membuat Mey segera turun kebawah untuk sarapan. Pagi ini Mey terbangun lebih awal maka tak heran pada jam setengah enam pagi dirinya telah terduduk di meja makan. Papa Mey yang juga telah siap untuk ke kantor tengah membaca koran ditemani secangkir teh hangat. Sedangkan Mama nya masih sibuk membereskan barang barang yang tidak dibawa kembali ke london bersama kakaknya beberapa hari yang lalu.

Setelah selesai dengan urusannya Meiliana a.k.a mama Mey segera menyiapkan nasi goreng yang kemudian diberikan kepada suami dan anaknya. Mey memakan nasi goreng buatan mama nya dengan tenang tanpa ada obrolan karena menurut Papa nya tidak baik mengobrol saat makan.

Setelah selesai, Mey beranjak dari ruang makan dan segera menyusul papa nya untul kemudian berangkat bersama. Tapi sebelum itu Mey berpamitan pada mama nya.

"Ma, Mey berangkat dulu yaa, Assalamualaikum" ucapnya sembari mencium tangan Meiliana.

"Iya hati-hati, Wa'alaikumsalam" balas Meiliana kemudian tersenyum setelahnya.

Sepanjang perjalanan Mey mendengarkan radio dan sesekali ikut bernyanyi jika ia hafal lagu yang terputar. Andrea yang melihat anaknya kembali ceria kemudia. tersenyum dan mengelus lembut rambut Mey membuat Mey menengokkan kepala nya dan balas tersenyum.

"Udah sampe Mey, turun gih keburu telat ntar" ucap papa nya.

Mey pun melepas safety belt dan turun sembari menggendong tas di punggungnya.

"Ah iya, dah papa hati-hati ya!" jawabnya sembari melambaikan tangan.

Setelahnya Mey segera memasuki gerbang IH dan berjalan melewati koridor untuk menuju ke kelasnya.
Sesampainya di kelas Mey segera duduk di bangkunya ternyata tinggal Vanessa saja yang belum datang.

Sementara Revan, Farel, dan Raffa bercengkrama di meja belakang, Ashila melangkahnkan kakinya berjalan ke bangku Mey.

"Mey!" panggilnya sambil menepuk pelan bahu sahabatnya itu. Mey yang terkaget pun refleks memukul lengan Ashila.

"Ish ngagetin aja." gerutu Mey yang dibalas kekehan dari Ashila.

"Lagian lo pagi-pagi udah ngelamun aja." elak Ashila Mey pun merengut kesal.

"Eh iya btw Vanessa kok belum dateng ya Shil?" tanya Mey kemudian.

"Oh iya dia bilang kejebak macet tadi katanya gegara bangun kesiangan."  Mey menganggukkan kepalanya

Tak lama kemudian seseorang datang dengan napas terengah-engah dan segera menghampiri Ashila dan Mey.

Orang itu, Vanessa segera menyuruh Ashila pindah untuk kemudian ia duduk dibangku nya bersama Mey. Ashila mendengus namun tak urung ia beranjak dari kursi dan malah duduk di meja.

"Aduh capek banget gue kejar-kejaran sama bu Astri huh huh" gerutu Vanessa yang dibalas kekehan Mey dan Ashila.

"Lagian lo segala kesiangan udah tau yang piket hari ini kejem" Ashila mengangguk menyetujui ucapan Mey.
"Udah ah berisik pergi lo sana!" jawab Vanessa yang ditujukan pada Ashila.

Vade  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang