[1] - The chronicles of both

352 9 0
                                    

Raka mendengus malas seraya melepas sebelah earphone nya begitu Tania, panggilan akrabnya menyodorkan tangan dengan wajah galak khas ibu - ibu penagih uang kost.

"Duit kas mana duit kas, uda nunggak ampir sebulan lo"

"Berapa?"

Tania mendecak, "gaya lo nanya berapa, itu dompet ada isi kagak?!"

"Yah kan ditanya dulu biar gue bisa tau. Masalah bayar mah.. bisa kapan - kapan"

"Kapan - kapan kepala lo gendeng!" Recok Tania mencebikkan bibirnya sebal. "Haduhh, harusnya dari awal gue gak mencalonkan diri jadi bendahara dikelas ini. Nyesel gue sumpah!!" Dumelnya mau gak mau beralih ke meja yang lain. Raka tak henti menyungging senyum, lalu balik memasang earphonenya yang tadi sempat ia lepas sembari membalik - balik beberapa halaman favorit di komik nya.

"Awas Kaa!" Teriak Rendy melempar sepah permen karetnya ke luar jendela disebelah Raka. Refleks, ia menyingkirkan kepalanya untuk menghindar. Dilema duduk disebelah jendela ya emang begini. Harus siap menerima perlakuan tong sampah dadakan dari teman - temanya yang malas sekali bergerak ke keranjang depan kelas.

Jika bukan karena tempat itu adalah satu - satunya penghasil energi angin terbanyak setelah kipas jadul kelas mereka yang kadang suka sering macet, Raka pasti gak akan mungkin bisa betah bertahan duduk disana selama lebih dari satu semester penuh. Tidak mungkin.

"Siska! Minjem buku PR lo dong" pekik Gina begitu sampai di pintu kelas dan menaruh tasnya di bangku.

"Tuhh, lagi disalin Ucok"

"Sialan! Cok kasi gue sini. Uda booking dari malam gue"

"Entar, dikit lagi" sahut Ucok masih tak bergerak dari mejanya yang dikerumuni anak - anak cowok buat ikut nyalin berjamaah.

"Kagak ada dikit - dikit lagi! Sini!"

Dan adu cekcok pun dimulai.

Seperti biasa, suasana ruang kelas pagi ini tak jauh beda dari hari - hari kemarin. Tetap gaduh. Persis pasar. Bedanya, ini jauh lebih heboh. Tentu saja karena kehadiran Niki yang tak pernah bisa berhenti mengoceh dengan gossip - gossip terhangatnya, atau malah karena si ikan gembung Razi, badut MCdonald yang bisa bikin ini kelas gonjang - ganjing sakit perut menahan tawa. Yahh biarpun receh, tapi tetep aja engga pernah garing. Mungkin emang uda bawaanya lucu dari lahir kali ya?

Membiarkan hingar bingar euforia kelas mewarnai XI IPS 1, Raka justru larut dengan dunianya sendiri. Jika saja predikat sebagai siswa terjarang ngomong itu ada, maka mungkin ia akan memenangkan penghargaan itu. Cewek - cewek juga menyayangkan sikap acuh tak acuh Raka yang kompeten. Ditambah lagi kenyataan kalau cowok itu sejenis makhluk lembek yang tidak brengsek. Berputar pada poros yang sama dari jaman ke jaman. Komik, ponsel, dan wafer tango rasa vanila.

**

"Lo bego apa gimana sih? Gak denger ya gue bilangnya apa?! TEH BOTOL OI TEH BOTOL! BUKAN TEH KOTAK!"

"Am-ampun iya sini aku tuker aja"

Billy melepas cengkraman tanganya pada kerah seragam cowok kuper berambut poni itu. "Gak perlu. Uda keburu aus gue kalo nunggu lo nukar balik nih minuman" gerutunya sebal bukan main. "Uda sana lo, pergi"

Abi mengangguk takut - takut, lalu menuruti perkataan cowok itu untuk segera meninggalkan lapangan basket indoor SMA Pelita yang tengah sepi mengingat jam pelajaran masih berlangsung. Sisa tiga orang siswa belangsak disini yang salah satu diantaranya merupakan cucu tunggal pemilik yayasan sekolah. Aldric Kevano Julian. Seseorang yang disebut - sebut sebagai prince cassanova nya SMA Pelita.

Untuk ukuran seorang cowok. Julian ini bisa masuk ke kategori ganteng banget. Dia punya hidung mancung dan mata setajam elang. Bibirnya seksi dan kulitnya putih bersih. Sifatnya gak dingin - dingin amat kok. Tetap masih ada sedikit jiwa manisnya kalau ketemu sama cewek cantik.

Sejauh ini, mantanya baru hanya ada enam. Rupa - rupa warnanya. Rana, Rika, Rasyanti, Dinda, Kinta dan Andin. For your information, Mereka itu gak sembarang perempuan loh, pemirsa. Misalnya saja seperti Rana. Ketua club akustik yang suaranya semerdu kicauan burung kenari dipagi hari. Rika, penari tradisional yang sering dibawa FSL2N. Rasyanti, duta SMA Pancasila, sekolah sebelah. Dinda, anak sains dengan otak secemerlang einstein. Kinta, bendahara osis dan yang terakhir Andin. Anak konglomerat yang juga berprofesi sebagai selebgram sejenis Awkarin dan punya berpuluh - puluh juta pengikut setia. Haccepp!

"Lagi ada masalah ya Yan?" Tanya Fero ketika melihat cowok itu merenung seorang diri.

Billy berhenti menyesap teh kotaknya. "Iya Yan, bukanya masalah bakal lebih ringan kalo dibagi ya? Cerita aja. Kita siap dengerin kok"

Julian mendengus. "Bokap gue nampar nyokap lagi"

Fero dan Billy tertegun. Sudah bukan rahasia lagi kalau Ayahnya Julian memang suka main tangan kalau sudah kalap beneran. Pria tua itu bahkan bisa saja memecah belah semua barang - barang dirumahnya kala emosi tidak terkontrol. Kalau mereka berada di posisi yang sama dengan Julian, mungkin keduanya tak akan bisa sekuat cowok itu. Melihat satu - satunya wanita yang paling ia cintai sesemesta alam menangis, bukankah itu hal paling menyakitkan didunia ini?

"Maaf Yan" kata Fero dan Billy bergantian menggusuk bahu lelaki itu pelan.

"Maaf? Ngapain minta maaf. Emangnya lo bedua apa yang mukul nyokap gue?"

Fero menggeleng. "Maaf karena sebagai teman, kita gak bisa ngelakuin apapun untuk lo"

Julian menarik sedikit senyumnya, "ada lo bedua disamping gue aja. Itu uda cukup kok"

Kemudian mereka bertiga berpelukan kayak teletabies

"Ets ets ets! Itu pintu uda dikunci belom?" Tanya Billy sebelum merengkuh tubuh Julian dan Fero.

"Belom, emangnya kenapa?"

"Gak apa sih. Kita tahan aja nangisnya sampe dirumah lo ya Yan. Kan gak matching banget kalo misalnya kita kepergok mewek - mewek an bareng gini. Bisa hilang ntar kejantanan kita sebagai lelaki yang perkasa"

"Hah! Iya - iya bener juga lo Bil!"

"Apalagi kalo ketauanya sama Abi!"

"Bhahahaha, asemm lo pada" tawa Julian sembari mengeteki Billy dan Fero berbarengan.

"Lepas Yan lepas! Sesak napas gue"

"Loh kok sesak napas sih? Padahal gue uda pake trisna tadi pagi"

"Anjirr! Lo pake trisna Yan?!! Bedak tabur yang ditempel - tempelin ke ketek itu?" Tanya Billy tak habis pikir sambil memperagakan dirinya sedang melapisi itu bedak ke keteknya.

"Kalo ada yang murah dan berkhasiat, kenapa engga?"

"Anjasssssss! Jauh - jauh lo ama gue Yan! Kita bukan teman lagi sekarang!"

Bersambung~

xoxo
Maapqeun. Pendek yak? Ini masih sesi perkenalan.

Badboy vs Goodboy [Gets Her Heart]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang