[9] - Mengapa?

26 2 0
                                    

Ada begitu banyak pertanyaan di kepala Naysila tentang laki laki yang sejak kemarin tidak bisa berhenti membuatnya kepikiran. Laki laki yang terus mengusik jam tidurnya, sampai pagi ini dia bangun kesiangan. Raka. Naysila menyebut nama itu dalam hati. Membuat sekujur tubuhnya membeku dan langkahnya otomatis terhenti. Enggak. Gak mungkin. Ini pasti cuma karena Raka baik saja, bukan karena perasaan yang aneh aneh. Atau apapun itu. Decaknya bersungguh dalam hati.

Sementara itu, disaat ia lengah, seseorang dari arah belakang tiba tiba datang dan menarik tas biru mudanya. Membuat Naysila yang pada saat itu masih melongo, berjengit saat tahu siapa dalang dibalik semua itu.

"Julian tasku!"

Julian menyampirkan tas biru muda cewek didepanya ke atas bahu tanpa rasa berdosa. "Pagi pagi udah bengong, kepikiran gue apa gimana?"

"Balikin tas ku Julian!"

Julian menggeleng, smirk jahat tercetak jelas di bibir tipisnya. "Minta nya baik baik dong. Bilang gini, balikin tasku Julian sayang"

"Julian aku serius"

"Aku lebih serius, Naysila"

Naysila tidak menjawab. Ekspresinya sudah cukup untuk menjelaskan bahwa dia sebal banget sama cowok itu.

Sekilas, Julian melirik ke arah luka di lutut Naysila yang sudah ditutupi dua plester coklat. Nampaknya ia sudah lebih baik dari kemarin.

"Itu luka lo-"

"Jangan pegang pegang" ucap Naysila menepis tangan Julian jauh jauh saat cowok itu hendak berjongkok untuk melihat keadaan lukanya.

Julian tidak marah. Entah kenapa ia justru merasa bersalah sudah sejauh itu melukainya kemarin. "Kalo mau tas lo balik, temui gue jam istirahat nanti di kantin"

Naysila melotot. "Kamu gila? Terus aku belajar gimana? Buku buku aku kan disitu semua!"

Julian tampak tidak peduli. Ia lalu bersayonara meninggalkan Naysila yang tidak habis pikir dengan jalan pikiran cowok itu.

**

"Heh?! Tas lo dibajak Julian!?"

"Kok bisa sih? Gimana ceritanya!??"

Naysila menggeleng lemah, dia gak paham. Jadi hanya beringsut ke bangkunya dan menjatuhkan kepalanya ke atas tangkupan tangan diatas meja dengan wajah putus asa. Dia bahkan malas sekali untuk sekedar menjawab pertanyaan Mifta berserta antek anteknya yang tidak berhenti bertanya seputar cowok itu.

"Gaktau. Jangan tanya tanya dulu. Aku lagi gak mood"

Tania mendecak. "Setau gue Julian bukan tipikal cowok yang senang gangguin cewek deh. Mungkin lo spesial kali"

"Spesial kepala lo!" Sungut Tifanny terdengar tidak setuju. "Julian tuh emang udah darisananya jahat. Dari lahir kali ya, udah busuk akalnya!"

Mifta mendengus keras, menatap Naysila yang akhir akhir ini tersiksa dengan raut wajah simpati. Kasian cewek itu. Pikirnya. Gara gara Julian, hari hari baru yang seharusnya berakhir baik malah jadi sebaliknya.

Sementara itu, dari arah pintu masuk kelas, kedatangan Raka membuat seluruh mata di meja Naysila berputar. Termasuk ia sendiri yang entah kenapa berubah salah tingkah saat pandanganya bersitemu dengan lelaki itu. Moodnya yang semula berantakan, tiba tiba jadi menyenangkan. Oh ayolah, masa diliatin sekali saja sudah deg degan?! Naysila kan bukan cewek lemah!

Badboy vs Goodboy [Gets Her Heart]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang