Broken Home - Dua

3.7K 97 11
                                    

Aku sangat bingung, apa jawaban aku barusan salah? apa sudah benar? Pikirku sambil membalas pelukan hangat sang papah.

Saat itu aku masih sangat kecil untuk mengerti apa itu perpisahan. Aku hanya seorang anak kecil yang berharap mereka kembali seperti dulu, saling menyayangi dan saling melengkapi satu sama lain. Tapi sepertinya aku salah, setelah perpisahan itu mereka tetap saling bertengkar. Dan kini mereka bahkan tidak pernah terlihat bersama dalam waktu yang bersamaan.

Tapi, dibalik semua pertengkaran, aku ingin mereka berdamai dan saling mencintai seperti dulu. Aku hanya ingin ketenangan dan kedamaian didalam rumah.

Tanpa ada keributan dan pertengkaran, aku ingin hanya ada suara tawa dan canda bersama mereka seperti dulu.

Namun, Tuhan menjawab doaku dengan cara yang lain. Disaat aku hanya meminta hal sesederhana itu tapi Tuhan malah mengabulkan dengan cara lain.

Aku selalu berusaha bersabar dan berusaha tumbuh menjadi kuat dan tegar, agar bisa menopang beban ini sendirian, aku tak ingin terlihat lemah didepan adikku yang masih sangat kecil itu.

Aku juga tak ingin merepotkan orang lain. Tapi tetap saja, sekuat apapun aku menahan beban itu sendirian, aku merasa lemah dan tanpa terasa beban itu menindihku kedalam kesedihan mendalam semakin hari.

Semakin hari aku tumbuh menjadi pribadi yang lebih diam dan dingin, aku sudah membayangkan hal yang akan terjadi kedepannya. Karena aku yakin, orangtua ku tidak pernah menjadi satu lagi.

Atau bahkan, suatu hari nanti mereka akan mempunyai pasangannya masing-masing. Ketika hari itu akan tiba pada saatnya. Aku harus menguatkan diriku lebih ekstra untuk menghadapinya. Sampai aku berfikir, mungkin mereka akan bahagia dengan keluarga baru mereka masing-masing.

Dan aku? Aku hanya jadi korban dari ke egoisan mereka. Sebenarnya aku hanya tidak tega saja melihat adikku yang setiap hari terlihat murung, tidak seperti anak kecil lainnya, yang suka bermain bersama teman-teman seumurannya, tapi Abizar (Adikku) hanya suka berada didalam rumah.

Hal itu yang kadang membuat ku sedih. Disatu sisi aku juga lemah sama seperti Abizar, tapi aku harus berpura-pura terlihat tegar dan kuat. Agar adikku tidak terlalu memikirkan yang seharusnya tidak ada dipikiran seorang anak kecil berumur 6 tahun.

Kalian mau tau rasanya menjadi anak Broken Home? Hari-hari kami selalu diselimuti masa lalu tentang kenangan yang membuat kami sesak saat mengingatnya. Kami para broken home terbiasa untuk hidup mandiri dan jauh dari kata manja.

Tak jarang, orang sekitar menganggap remeh, itu pun sudah biasa. Kadang ada beberapa pertanyaan dari orang-orang yang ingin tahu rasanya menjadi anak broken home.

"gimana sih rasanya jadi anak broken home?"

Pertanyaan yang kadang membuatku muak. Pertanyaan itu selalu saja terulang bagai kaset kusut diotak ku. Tak banyak orang yang perduli dengan anak broken home. Yang mereka lakukan hanya sebatas rasa ingin tahu, bukan ingin membantu.

______________________________________________________________________

when you break up. your whole identity is shatterd its like death

______________________________________________________________________


yang baper yang baper...

wkwkw

gausah baper gitu ah bacanya :v

lanjut gak nih?

Broken HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang