Namanya Arainna, disapa rain. Bundanya pernah bercerita, saat dia dilahirkan, saat itu juga sedang berlangusng musim hujan, dan akhirnya bunda dan ayahnya memberikanya nama itu. Saat ini dia baru saja lulus SMA. Rain gemar menulis, sudah banyak kumpulan tulisan yang rain tulis, namun dia tidak pernah menseriuskanya, dia hanya jadikan itu sebagai hobi. Jujur saja, untuk remaja seusianya ini, rain jauh dari kata "remaja umur 18 tahun", rain masih saja bergantung kepada bunda dan ayahnya. Bahkan dia masih dianggap sebagai rain yang masih kecil, yang pasti orang-orang menganggapnya anak manja.
Ia mempunya sahabat laki-laki, satu-satunya sahabat lelaki, namanya Arvito yang dipanggil ito, dan memang nama mereka cukup mirip. Mungkin itolah satu-satuunya laki-laki yang dekat denganya, itolah satu-satunya yang berani berkunjung kerumah, dan memang hanya ito yang baru dibolehkan ayahnya untuk boleh main kerumah.
Seperti biasa, karena rain sedang libur setelah kelulusan, untuk mengisi waktu luang, dia hanya duduk didepan laptop kesayanganya, hadiah ulangtahun dari bunda dan ayah. Laptop yang berisi banyak sekali kumpulan tulisan-tulisanya. Rain sedang banyak sekali inspirasi yang bisa dia tulis dan dijadikan bahan tulisan hari ini.
"Rain. Turun nak, makan siang dulu" teriak bunda. Itulah keseharian bunda, setiap siang bunda selalu menyempatkan diri untuk makan siang dirumah, saat waktu jam istirahat kantornya.
"iya bunda, sebentar" sahut rain
***
Dimeja makan, mereka hanya makan berdua. Bunda menyajikan makanan kesukaan rain, udang saus tiram dan nasi goreng seafood.
"bun, kapan masaknya?" Tanya rain sembari mengunyah makanan yang ada didalam mulut
"Kamu ih, jangan ngomong sambil makan, telan dulu baru bicara" kata bunda sembari mencubit pipi rain yang tembam.
"Mmmm.. bun.. kapan.. bunda.. kapan bunda masaknya?" Tanya rain kembali sembari mengunyah dan menelan makanan yang ada didalam mulut.
"Tadi dong, sebelum bunda berangkat kerja, bunda masak dulu, biar bunda enggak kelamaan istirahatnya" jawab bunda sembari mencuci bekas piring makanya sendiri
"Oooh pantes, udah dingin masakanya" jawab rain sembari membersihakan piring bekas makannya sendiri
"Udah selesai makan? Kalau udah, bunda mau balik kekantor ya, ito mau main gak kesini? Kalau ito dateng, ada uang dilemari bunda, kalau kalian mau beli makan, pake aja, tapi seperlunya aja ya" pesan bunda sembari mengambil tasnya dan bergegas pergi
"iya bun, siap" jawab rain
***
Seperti biasa, keseharian rain hanya sendiri dikamar, tidak ada kesibukan, hanya ditemani novel-novel, handphone, radio tua peninggalan yangkung dan laptop kesayanganya, walau ada mbak mun yang selalu siap jika kubutuhkan.
Oh iya, mbak mun adalah asisten rumah tangga sekaligus orang yang membantu bundanya merawat dia dari kecil. Maka dari itu, rain sangat dekat dengan mbak mun, bahkan mbak mun sudah dianggap seperti keluarga sendiri.
Rain tidak sadar, ternyata diluar sana sedang turun hujan. Karena bingung ingin melakukan kegiatan apa disaat hujan seperti ini, iseng-iseng rain membuka facebook, memposting tanda bukti saat rain mendaftar ke salah satu universitas negeri disolo yang sangat rain impikan, dan juga banyak lagi bukti foto formulir pendaftaran univeristas negeri lainya. Tiba-tiba ada sebuah notifikasi dari seorang teman di facebook yang memberikan komentar tentang fotonya. Dan yang lebih mengejutkan lagi, ternyata dia adalah teman satu jemputan saat rain SD dulu, dia adalah taufan.
YOU ARE READING
Rain (Ketika semuanya berawal dari hujan)
RomanceCerita ini sedkit mengisahkan pengalaman pribadiku, maaf kalau belum profesional atau bahasanya masih enggak berkelas, atau bahkan cerotanya gak dimengerti. Dan tidak ada maksud untuk menyindir siapapun, silahkan dibaca ;)