PROLOG

84 4 1
                                    

Namanya Kendria Andreson. Gadis yang berumur 5 tahun. Dengan pawakan seperti anak laki-laki, tetapi ia memiliki wajah yang mengemaskan, berpipi tembem, dengan rambut sebahu. Suka dengan hal-hal yang berbau seni lukis dan game.

Seringkali ia bermain dengan teman-temannya dan membuat sebuah permasalahan. Suatu hari ia sedang bermain dengan salah satu tetangganya bernama Adira Putri di sebuah taman yang tidak jauh dari rumah mereka. Disanalah tempat anak-anak bermain dengan fasilitas ayunan, papan peluncur, bak pasir, lapangan kecil, dan beberapa penjual yang ramai dikelilingi bocah-bocah jail.

Adira yang sedang bermain di bak pasir bersama Kendria tiba-tiba bola yang ditendang Kevin meluncur pada kepala Adira dan membuatnya menangis. Dengan sangat marah, ia menghampiri segerombolan Kevin dan teman-temannya. "Bola kamu tadi kena kepala Adira tau. Nih, aku kembaliin." Lalu bola tersebut ia tendang mengenai masa depan Kevin. "Emang enak kena bola, rasain ntar kamu nggak bisa pipis." Kevin langsung berlari pulang tanpa menghiraukan Kendria yang tertawa cekikan melihat ekspresi Kevin.

Orang tua Kendria merasa sedikit jengkel dengan perbuatan anaknya yang sering membuat masalah dengan beberapa temannya di sekolah bahkan di lingkungan rumahnya. Maka mereka memutuskan untuk pindah ke Jakarta agar Kendria dapat memiliki teman baru.

"Ken, ayo kita berangkat." ucap Papa Kendria, Devan, keluar dari mobil yang baru saja ia keluarkan dari gerbang rumah diikuti dengan mamanya dan kedua kakaknya.

"Tapi, pa, ma. Ken masih mau main sama Adira. Kenapa kita harus pindah sih, gimana kalo Adira kesepian?" tanya Kendria kepada kedua orang tuanya. Tak lama kemudian mama dan papa Adira keluar dari pintu rumahnya dan menghampiri Adira "Adira masih punya temen yang lain, Ken. Jadi kamu jangan cemas kalau dia kesepian. Kamu juga bisa sering main kesini kok." Ucap Rena sambil tersenyum.

"Ayo Ken pamit sama tante Rena, Om Satria, sama Adira. Kapan-kapan kita bisa kesini kalau papa nggak sibuk." ujar Devan menggandeng salah satu tangan Kendria.

Lalu, Kendria dan keluargannya memasuki mobil silver dan meninggalkan keluarga Adira yang berada didepan gerbang rumah mereka. "Aku pergi duluan,dir. Aku bakalan kesini lagi. Jangan lupain aku. " teriak Kendria dari dalam mobil.  Dan mobil itupun melesit meninggalkan Adira.

TunasmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang