Chapter 10

207 19 1
                                    

Author POV

Saat Nadin dan Devi selesai berbincang bincang, tiba tiba ada empat anak yang menghampiri bangku Nadin. Siapa lagi kalau bukan Myra and the geng. Satu satunya geng di SMA Garuda, mereka terdiri dari Myra, Felly, Dea, dan Vanya.

Brak...!!!!

"Eh nama lo Nadin kan?" tanya Myra setelah menggebrak meja Nadin.

"Iya gue Nadin, kenapa?" tanya Nadin balik.

"Ngapain lo kemarin pakek nantang nantang Dimas segala? Mau sok jagoan lo?" tanya Myra lagi dengan nada tinggi dan matanya melotot.

"Ehm, sebelumnya gue minta maaf ya. Tapi masalah kemarin itu urusan gue, dan lo nggak perlu tau apalagi ikut campur. Lagian gue juga nggak kenal sama lo." jawab Nadin santai.

"Oh..jadi lo belum tau siapa gue?" kata Myra.

"Belum." jawab Nadin singkat.

"Asal lo tau aja ya, gue Myra. Anak kelas XII IPS 4, cewek terpopuler disekolah ini." kata Myra menyombongkan diri.

"Oh..lo Myra yang katanya ngefans berat sama Dimas itu ya? Eh, malahan tergila gila itu?" jawab Nadin sambil mengangguk angguk.

"Eh, lo berani banget sih sama Myra. Anak baru aja belagu lo. Asal lo tau ya, Myra itu calon pacarnya Dimas." sahut Felly.

"Loh..tapi kan Dimas selalu nolak Myra, Fel." sahut Dea dengan polosnya.

"Ih lo bisa diem nggak sih!!" bisik Vanya pada Dea sambil menginjak kaki Dea. Dea hanya meringis kesakitan.

"Tuh..temen lo aja tau." jawab Nadin dengan nada yang masih santai.

"Eh lo itu jadi cewek jangan kecentilan ya, mana sok sok an jatuh sagala di depan Dimas. Mau caper lo? Atau mau jadi trending topik biar ngehits, ha?" kata Myra dengan nada merendahkan.

"Eh, tu mulut bisa dijaga nggak sih? Gue dari tadi udah sabar ya ngeladenin elo elo pada. Dan apa? Lo bilang gue caper sama Dimas? Eh asal lo tau ya, gue itu emang beneran jatuh. Mata lo nggak bisa lihat apa ni kaki gue." jawab Nadin sambil berdiri dan menunjuk kakinya yang kesleo. Devi yang sedari tadi hanya menyaksikan perseteruan itu kini memilih untuk meninggalkan kelas karena takut dengan geng Myra.

"Ahahaha...lo kira gue percaya gitu? Heh, dasar cewek murahan." kata Myra sinis sambil menatap Nadin tajam.

"Apa lo bilang? Gue murahan? Nggak salah buk? La terus yang macam lo sama geng lo ini apa namanya? Cabe cabe an?" jawab Nadin tak kalah sinis.

"Berani banget ya lo ngatain gue!!" jawab Myra dengan mata melotot. Teman teman Myra juga ikut melotot.

"Ya emang bener kan, lo pada nggak ngaca? Lihat aja tuh! Rambut , kuku, sepatu pada warna warni semua. Kenapa nggak sekalian aja seragam lo warna warni biar kayak teletubies. Tu juga, muka pakek dicemong cemong kayak badut aja. Terus tu bibir lo pada kenapa? Abis makan sambel berapa mangkok buk? Apa abis ketimpuk batu 7 kilo? Sampek merah kayak gitu. Rempong banget sih kalian, kayak ibuk ibuk mau ke kondangan aja." jawab Nadin mulai geram.

"Eh lo enak aja ngatain kita. Dasar cewek udik." kata Myra sambil mengangkat tangan dan mengarahkannya pada Nadin.

Belum sempat tangan Myra mendarat dipipi mulus Nadin, ada tangan yang menghentikannya.

"Dim...Dimas." kata Myra dengan terbata dan nada merendah ketika melihat sosok Dimas didepan nya.

"Lo apa apaan sih Mir. Lo nggak malu sama kelakuan lo. Sok sok mau ngebully orang lagi." kata Dimas sambil memandang Myra dengan tatapan sinis.

"My baby Dimas, gue tu ng... " Myra belum sempat menyelesaikan perkataan nya tetapi sudah dipotong Dimas.

" Cabut lo dari sini!!! Dan jangan pernah lagi panggil gue kayak gitu, jijik gue dengernya." kata Dimas sambil tangannya menunjuk ke arah pintu.

Tanpa menjawab Myra keluar dari kelas Nadin dan di ikuti teman temannya. Setelah itu Dimas berjalan keluar kelas.

"Thanks." kata Nadin sambil menatap Dimas yang kini berhenti diambang pintu.

"Buat?" jawab Dimas singkat tanpa menoleh ke belakang.

"Karena lo udah bantuin gue, LAGI." jawab Nadin dengan menekan nada pada kata lagi.

"Santai aja." jawab Dimas lalu langsung meninggalkan kelas Nadin.

"Hm..kok dia bisa ada disini ya?" gumam Nadin lalu kembali fokus pada buku catatan yang ada dimejanya.

"Nad, ini jus lo." kata Ananta yang sudah di depan bangku Nadin sembari menyodorkan satu cup jus alpukat yang ia pesan tadi.

"Thanks." jawab Nadin lalu langsung menyedot jus itu hingga tak tersisa.

"Buset dah!! Lo haus apa rakus? Apa itu cup nya yang bocor?" seru Ananta saat melihat sahabatnya itu langsung menghabiskan jusnya tanpa tersisa sedikitpun.

"Gue haus, An." jawab Nadin yang kini menatap lurus kedepan.

"Emang kenapa? Perasaan dari tadi lo cuma duduk sambil nulis gitu. Kok bisa sampek segitunya?" kata Ananta penuh dengan tanda tanya.

"Tadi ada gerombolan cewek yang nyamperin gue, terus marah marah nggak jelas gitu." jawab Nadin yang kini menatap Ananta.

"Gerombolan cewek? Geng maksud lo? Siapa? Kok bisa? Kapan? Gimana kejadiannya? Kok gue nggak tau?" Ananta langsung menghantam Nadin dengan begitu banyak pertanyaan.

"Ish...lo tu bisa nggak sih nanya nya satu satu? Pusing gue jadinya." jawab Nadin yang mulai geram dengan Ananta karena memberinya banyak pertanyaan tanpa memberi jeda.

"Hehe..iya iya sorry. Yaudah, sekarang gue tanya satu satu deh." jawab Ananta sambil nyengir dan menarik bangku yang ia duduki supaya lebih dekat dengan Nadin.

Tbc

Hai readers... 👋👋
Maaf ya kalau cerita nya mungkin agak nggak nyambung, maklumin aja lah, aku kan baru pemula 😁

Menurut kalian ada yang perlu diubah nggak? Tokoh atau jalan ceritanya mungkin?

VOTE VOTE VOTE
COMMENT COMMENT COMMENT

Happy reading...

See you.. 😘👋

I Won't Stop Loving YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang