3 : Penyesalan

290 67 13
                                    

"Baiklah kalau itu yang kamu mau. Terima kasih untuk setahunnya. Eh, maksudku dua tahun. Happy anniversary, Kim Mingyu."

Orang jahat mana yang akan memutuskan kekasihnya di hari peringatan jadian mereka? Oh, dia adalah Kim Mingyu. Kalimat Haneul saat itu benar-benar membuat Mingyu menyesal. Belum lagi perempuan itu terus tersenyum untuk menahan air mata yang akan jatuh. Itu membuat hati laki-laki bodoh itu teriris sebagaimana ia telah mengiris hati Haneul.

Setelah dipikir-pikir, sebenarnya Mingyu menikmati hari-harinya dengan Haneul. Ia terus merutuki dirinya sendiri. Bagaimana tidak? Ia baru saja menyia-nyiakan perempuan yang ia sayangi itu. Mingyu tidak benar-benar bosan saat itu. Ia hanya.... hanya.... ia sendiri bahkan tidak tahu kenapa ia memutuskan hubungan dengan Haneul.

Ini adalah alasan yang tidak masuk akal. Sangat tidak masuk akal.

///\\\

Sekarang pukul 11 malam. Mingyu tidak bisa terlelap. Ia terus merasa khawatir dengan Haneul. Apa Haneul sudah makan? Apa Haneul baik-baik saja? Apa Haneul sedang menangis? Mingyu rindu saat-saat di mana ia memeluk Haneul yang berlinang air mata sambil mengusap pipi Haneul dengan lembut.

Ponsel Mingyu berbunyi. Sebuah pesan telah masuk.

Seoyeon :
YAK KIM MINGYU! APA KAU GILA?!

Pesan itu dari Jung Seoyeon, kakak dari mantan kekasihnya itu.

Mingyu :
Apa?

Seoyeon :
Adikku menangis sejak kemarin! Dia terus mengurung dirinya di kamar! Dia menyebut dirinya bodoh karena kau memutuskannya begitu saja!

Dia tidak mau keluar kamar. Tapi jangan khawatir, dia selalu memakan makanan yang disiapkan.

Eh, untuk apa kau khawatir? Kau bahkan menyakiti adikku begitu saja.

Seoyeon is calling you...

Mingyu menekan tombol hijau dan Seoyeon langsung membuka suaranya.

"Dengar Kim Mingyu... Belum terlambat jika kau ingin minta maaf dan mengulangnya dari nol lagi. Berdo'a saja agar Haneul mau menerimamu lagi"

Kemudian panggilan tersebut diputus oleh Seoyeon.

Mingyu mengusap wajahnya kasar. Sekali lagi ia sangat menyesal dengan apa yang telah ia lakukan.

///\\\

Mingyu membuka matanya. Sinar matahari masuk menembus jendela besar yang ada di kamar Mingyu. Ia duduk di tepi kasurnya, melirik ponselnya yang tergeletak di nakas. Mingyu berjalan ke balkon kemudian mendudukan dirinya di kursi.

Sekarang apa yang akan ia lakukan? Menyuruh Haneul ke rumahnya? Tidak mungkin. Menghampiri Haneul? Hmm... Mungkin saja. Tapi sepertinya tidak hari ini.

Mingyu pergi ke ruang tengah, di mana ada televisi di sana. Ia duduk di sana. Hanya duduk dan memikirkan sesuatu. Sekarang pukul 12. Ia baru sadar kalau ia bangun terlalu siang hari ini. Ia melewatkan sarapannya.

Mingyu terlalu malas untuk berkutat dengan bahan-bahan di dapur. Jadi ia memutuskan untuk memesan pizza.

Ia memesan pizza ukuran sedang dan sebuah soda. Itu menu kesukaannya, pizza dengan soda.

Sambil menunggu pizza datang, Mingyu membersihkan dirinya. Ia menatap pantulan wajahnya di cermin.

"Bagaimana orang setampan dirimu mengakhiri hubungan dengan orang yang kau sayangi tanpa alasan yang jelas?" tanya Mingyu kepada dirinya sendiri. Mingyu menundukan kepalanya. Hatinya ngilu. Ia ingin sekali berteriak dan menangis. Tapi itu semua adalah akibat dari Mingyu sendiri. Jadi, apa boleh buat?

"Aku menyesal," katanya yang kemudian melanjutkan aktifitasnya---mandi.

///\\\

"Selamat siang. Pesanan pizza untuk Tuan Kim Mingyu," kata sang pengantar pizza.

Mingyu dengan senang hati menerima kotak pizza dan sebotol soda. Ia memberikan uangnya.

"Ini kembaliannya. Selamat menikmati makanan anda," sang pengantar pizza pun pergi meninggalkan ruangan nomor 201 itu.

Mingyu berjalan dengan senyuman yang terukir di wajahnya. Ia tidak sabar untuk melahap pizza yang kini sudah berada di depannya. Aromanya langsung menusuk indra penciuman Mingyu.

Gigitan pertama ia dapatnya. Lembutnya adonan pizza dan rasa sausnya berpadu di mulut Mingyu. Pepperoni, daging, paprika dan keju juga ikut berpadu di sana.

Gigitan kedua juga sama. Namun kali ini ia menambahkan mayonnaise yang membuat pizza itu memiliki rasa yang dahsyat.

Ia menghabiskan satu potong pizza dan menuang soda ke gelasnya yang masih kosong. Diteguknya soda itu perlahan dan ditaruhkan gelas itu ketika sudah kosong.

Mingyu menghentikan aktifitas makannya sejenak. Ia menatap kearah pizzanya dengan tatapan kosong.

Ia sadar. Memilih pizza untuk makan siang adalah hal yang salah.

pizza // mingyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang