7 : Good Together

207 56 17
                                    

Sekarang sudah pukul 7 dan semakin malam pasar semakin ramai. Panggung yang awalnya sepi menjadi ramai, begitu juga di sekitarnya. Orang-orang berdiri untuk menonton pertunjukan malam ini. Ada juga yang merekam penampilan sang penyanyi dan yang dengan sukarela menyanyi di panggung.

Mingyu sedang berada di salah tenda yang menjual odeng. Kaldu rumput laut mengalir di tenggorokannya, menghangatkan dirinya yang diterpa angin malam. Ia berjalan ke arah panggung dan berdiri di seberangnya karena terlalu banyak orang di depan panggung.

Cause I would go the distance for you, baby
I'd travel 'round the world if you would let me

"Lagu ini," batin Mingyu. "Lagu kesukaan Haneul."

I'll meet you where the sun it always shines
You're on my mind, all the time
We are not wasting this

"Kamu memang selalu di pikiranku setiap saat. Tapi aku telah menyia-nyiakan semuanya."

Cause you and I we're good together
You always get me feeling better

"Dan akan lebih baik jika aku masih bersamamu." Mingyu terus berdebat di otaknya. Lagi-lagi ia merutuki dirinya sendiri karena terlalu bodoh dan ceroboh.

And I know you stay by my side  

"Nyatanya aku tidak di sisimu."

You make me feel much better
Cause girl we're good together

Mingyu menghela napasnya. "Aku harus pulang," ucapnya dalam hati.

///\\\

Pagi ini Mingyu bangun tepat saat waktunya sarapan. Ia menyalakan ponsel yang sebelumnya ia hiraukan dan ketika menyalakannya, banyak sekali notifikasi yang masuk.

Ia mulai membuka sosial medianya satu persatu, menyapa orang-orang di sosial media dan meminta maaf karena tidak membalas pesan dengan alasan kehabisan pulsa.

Berjalan keluar kamar dan Mingyu mendapati seseorang di dapurnya. Lebih tepatnya seorang perempuan dengan rambut panjang yang diikat sedang menyuci sayuran---sepertinya.

"Maaf?"

Perempuan itu menoleh kearah sumber suara. Ia terkejut, begitu juga Mingyu.

"O-oh? Apa aku membangunkanmu?" tanya perempuan itu dengan wajah yang bisa dibilang gugup.

Mingyu diam sebentar. Di hatinya terbesit sebuah kebahagiaan namun ia tidak bisa tersenyum. "Mingyu, kamu bisa panggil aku perempuan yang murahan tapi aku memang benar-benar gila jika tidak ada dirimu."

Perempuan itu---Haneul--- kembali melakukan aktifitasnya. Mingyu tersenyum kemudian berjalan mendekati Haneul dan memeluknya dari belakang.

"Maafkan aku," ucap Mingyu setengah berbisik. "Aku benar-benar minta maaf."

Haneul mengelus tangan Mingyu dengan tangannya yang sebelumnya sudah dikeringkan. "Jangan jual mahal kepadaku. Apa kamu tidak tahu kalau aku juga gila ketika putus denganmu?" tanya Mingyu yang sekarang telah menumpu dagunya pada bahu Haneul.

Haneul masih tetap diam. Ia bingung harus berkata apa karena laki-laki yang sedang memeluknya saat ini membuat jantungnya berdegup sangat kencang. "Mau memulainya dari awal?" ajak Mingyu. "Mungkin kamu akan berpikir kalau kamu perempuan yang bodoh yang ingin jatuh ke laki-laki yang sama. Tapi---"

Haneul membalikan tubuhnya. Manik mereka bertemu dan itu membuat Mingyu sedikit tersentak. Haneul tersenyum kemudian dengan cepat mengecup pipi Mingyu, lebih tepatnya ujung bibir.

"Aku mau," ucap Haneul yang setelah itu memeluk Mingyu. Mingyu dengan senang hati membalas pelukan perempuannya itu.

Ketika melepaskan pelukannya, Mingyu menumpu kedua tangannya di meja dapur, membuat Haneul tidak bisa berkutik. "Mau masak apa?" tanya Mingyu dengan senyum manisnya.

Haneul tidak menjawab. Ia malah menelusuri tiap inci wajah Mingyu. Mingyu menggapai tangan kiri Haneul dan diletakannya di pipi kanan Mingyu. "Aku tahu aku tampan," kata Mingyu dengan percaya diri.

Haneul tertawa. "Aku lihat beberapa sayuran di kulkasmu mulai layu. Jadi aku masak seadanya saja," jawab Haneul. "Mau bantu aku?"

Mingyu mengangguk dan malah melepaskan ikatan celemek yang melingkar di tubuh proporsional. Ia melepaskan celemeknya dan mengenakannya. "Tidak usah repot-repot. Aku yang akan memasak," kata Mingyu yang masih dengan senyuman manisnya.

Haneul mengangguk dan mendudukan dirinya di kursi meja makan. Ia terus melihat gerak-gerik Mingyu ketika memasak. Itu yang memang disukai Haneul ketika Mingyu mengambil alih dapur.

Perempuan itu bangun dari duduknya dan mengambil gelas kaca yang tersedia, membuka kulkas dan menuangkan air limun milik Mingyu. Namun tanpa sengaja, Haneul menjatuhkan gelas tersebut, membuat gelas berisi air limun itu berkeping-keping. Jangan lupakan suara pecahan gelas yang nyaring yang membuat Mingyu menoleh ke Haneul.

Dan saat itu juga, Mingyu bangun dari mimpi indahnya.

pizza // mingyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang