8 : Deja Vu

166 51 1
                                    

Mingyu yang terbangun karena suara pecahan gelas di mimpinya langsung mendudukan dirinya dan bersandar pada sandaran tempat tidur. Ia mengusap wajahnya, menepuk-nepuk pipinya dan kembali membaringkan dirinya. Ia berusaha untuk tidur lagi.

Tapi tak bisa. Ia melirik ke jendela besar di sana. Matahari sudah mulai menembus jendela yang artinya sudah pagi. Mingyu bangun dan berjalan keluar kamar. Sebelum membuka pintu, ia mendengar suara-suara berisik dari luar kamarnya.

"Ada siapa ya?" tanya Mingyu pada dirinya sendiri. "Apa Haneul di sini?" Mingyu mengulas senyum ketertarikannya dan mulai membuka pintu.

Ia melirik kearah dapur dan menemukan seseorang di sana. Oh, bukan perempuan, melainkan laki-laki. "Hyung?" panggil Mingyu untuk memastikan.

Iya, dia Do Kyungsoo. Kyungsoo menatap Mingyu kemudian ia kembali memasak. "Duduklah. Sebentar lagi selesai," kata Kyungsoo. Mingyu menuruti dan duduk di kursi meja makan.

Tak lama, meja sudah dipenuhi dengan piring-piring berisikan makanan. Mingyu memakan makanan itu dengan lahap. Namun ia berhenti ketika Kyungsoo menanyakan sebuah pertanyaan.

"Bagaimana hubunganmu dengan Haneul?"

Mingyu meletakan sumpitnya lalu menatap sepupunya itu. "Masih belum ada kemajuan," jawab Mingyu. "Hyung tahu? Tadi aku bermimpi dia sedang berada di sini, memasak sarapan untukku."

Kyungsoo tertawa pelan. "Kalian ini," ia menggantungkan kalimatnya. "Masih sekolah tapi sudah seperti orang dewasa saja."

"Hey, sebentar lagi kami akan lulus,"

Kyungsoo lagi-lagi tertawa. "Tapikan ada ujian dulu... Tidak pergi ke ruang belajar?"

Mingyu yang masih asik dengan makanannya menggeleng. "Setelah ini pergi ke ruang belajar. Kemarin Hansol dan Chan mengunjungiku ke kafe. Katanya mereka bingung dengan kelakuanmu yang menghilang tiba-tiba," kata Kyungsoo sembari bangun dari duduknya.

"Kabari mereka. Aku pulang dulu," ucapnya yang setelah itu menghilang di balik pintu.

///\\\

"Mingyuu!!! Ke mana saja??? Aku sedang bersama Hansol"

"Temui aku di ruang belajar"

"Heh? Tidak salah?"

"Aku baru saja selesai belajar. Cepatlah, hari ini aku bawa mobil. Aku tunggu di depan perpustakaan kota"

"Kami berangkat"

Mingyu menyandarkan tubuhnya di kursi mobil. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana ekspresi temannya saat ia memberitahu bahwa ia putus dengan Haneul. Padahal sahabatnya sendiri yang sengaja "menjodohkan" mereka berdua.

Seseorang mengetuk jendela mobil Mingyi kemudian pintu belakang terbuka, diikuti dengan pintu depan yang terbuka. Lee Chan dan Choi Hansol sudah datang. Keduanya menatap Mingyu dengan tatapan membingungkan.

"Kami tau kau punya masalah," kata Hansol yang kemudian melirik Chan. Chan mengangguk.

"Aku putus."

"Dengan Haneul????!!!" tanya Hansol dan Chan bersamaan. Jangan lupakan nada bicara mereka yang tinggi.

"Ba-bagaimana bi-- oh ayolah Mingyu jangan bercanda!!!" kali ini Chan yang angkat bicara.

"A-aku tidak bercanda! Itu terjadi begitu saja!!"

Mingyu menumpu kepalanya pada stir mobil. "Aku adalah laki-laki bodoh yang memutuskan pacarnya ketika sudah menginjak 2 tahun berpacaran."

Hansol dan Chan membulatkan matanya kaget. Mereka saling bertatapan kemudian kembali menatap Mingyu yang melemas.

"Ayo pergi jalan-jalan. Setelah itu kita minum."

///\\\

Walau pun Mingyu laki-laki dan biasanya laki-laki akan tahan minum, tapi Mingyu tidak bisa minum banyak. Sepertinya ia memang tidak ditakdirkan untuk bisa tahan minum soju---atau mungkin jenis minuman yang memiliki kadar alkohol.

Mingyu meminum setengah botol soju dan itu cukup membuat kedua sahabatnya mendengar semua keluh-kesah yang dialami seorang Kim Mingyu.

Mingyu hendak menuangkan soju namun ditahan oleh Hansol. "Kau harus menyetir," ucapnya. Mingyu mengangguk dan berjalan meninggalkan Hansol dan Chan yang tidak mabuk sama sekali di sana.

Dan di sini, Kim Mingyu sedang menarik napasnya dalam-dalam. Ia setengah sadar dan ia berharap tidak akan terjadi sesuatu yang buruk. Mobilnya sudah menyala namun Mingyu masih enggan untuk mengendarainya.

Perlahan, mobil yang dikendarai Mingyu mulai berjalan, menyusuri jalanan malam kota yang masih cukup ramai dengan kecepatan sedang.

Lampu lalu lintas berwarna merah. Ia berhenti dan memejamkan matanya sejenak sampai suara klakson membuat matanya terbuka.

Ia memakirkan mobilnya kemudian turun dari sana. Ia berjalan memasuki pekarangan yang remang-remang karena cahaya lampu yang kurang. Ia menekan kode sandi namun kepalanya mulai terasa pusing.

"Ini bukan pintu apartemenku," batin Mingyu. Ia mengetuk pintu itu sambil menyandarkan kepalanya ke pintu.

Ia terus mengetuk sampai seseorang membukakan pintu. "Mingyu?!"

pizza // mingyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang