Hint

1.7K 115 0
                                    

ㅡ I always felt so far away from you.

But today, things got a bit clearer

Even our distance that couldn't be explained

Now it's making sense.

Seorang gadis menghela napas berat. Angin musim gugur yang menelusup, memainkan tirai tipis putih yang tergantung di jendela kamarnya, mengusik lamunannya.

"Ah dingin sekali-"

Ia beranjak dari meja belajarnya, hendak menutup jendela. Namun suatu memori terbesit di pikirannya.

Kala itu, tiap minggu pagi, pasti ada yang mengetuk jendela kamarnya. Gadis itu bergegas membuka jendela dan tersenyum manis melihat siapa pelakunya. Seorang pemuda berambut hitam.

"Ayo."

"Aku ambil jaketku dulu."

"Mentari bersinar terik seperti ini dan kau butuh jaket?"

"Ini tetap musim gugur, babo! Angin tetap dingin."

Pemuda itu berdecak malas, lalu menyahut, "Baiklah, kutunggu di depan gerbang rumahmu."

Sang gadis mengangguk, lalu menutup jendela setelah melempar cengiran manis. Ia menyambar jaket tebal coklatnya, kemudian terburu-buru menyisir rambut hitam legamnya.

Ia keluar dari kamar, menuju ke dapur. Ibunya yang tengah asyik memasak, melihat sekilas dan langsung paham, "Makanlah rotinya dulu."

"Oke, aku makan dengan si babo itu saja." sembari tangannya mencomot dua buah roti selai di meja makan. Sang gadis mengecup pipi ibunya dan berlari keluar. "Hati-hati!" seru ibunya dari dapur.

Gadis itu memakai sepatunya asal dan menuju gerbang. Disambut decakan -lagi- oleh sahabatnya. "Astaga, 5 menitku yang berharga kau tukar dengan penampilan seperti ini?"

Sembari mengoper roti ke si pemuda, gadis itu menjawab, "Memang kenapa? Aku kan tidak perlu dandan cantik untuk jogging."

"Setidaknya," si pemuda berjongkok, "Talikan sepatumu. Jika kau terjatuh nanti, aku yang malu dilihat orang," ia menggigit rotinya, lalu menyimpul tali sepatu gadis di depannya.

Gadis itu terdiam. Angin yang berhembus dingin malah membuat pipinya menghangat. Walau kata-kata yang didengarnya agak jahat, tapi ia tahu ada makna, 'aku takut kau jatuh' yang tidak terlontar dari bibir pemuda itu.

"Paham?"

Kata itu menyadarkannya. Tatapan kosong yang tertuju ke puncak kepala hitam pemuda di depannya, berubah menjadi tatapan kebingungan. "A- ah? Y- ya baiklah."

Walau ini bukan sekali dua kali si pemuda berlaku demikian padanya, ia tetap merasakan desir di dadanya.

"Kau pasti tak mendengarkanku sedari tadi? Ah kebiasaan." Ucap pemuda itu sembari berdiri lalu menggigit rotinya. Berjalan santai mendahului sahabatnya. Si gadis menunduk, mendapati tali sepatunya telah tersimpul rapi.

"Gomawo."

"Ramyeon di kantin, besok."

"Ya!!"

Gadis itu segera mengejar si pemuda yang langsung berlari begitu mendengar sentakan tinggi sahabatnya.

Jalanan desa yang sepi dihiasi tawa keduanya. Diiringi angin musim gugur yang berhembus lembut, menemani daun daun yang berguguran.

🍃🍃🍃

Senin pagi. Gadis itu tengah bersiap menuju kampusnya. Sambil menyimpulkan tali sepatunya, ia menggerutu pelan, "Menyebalkan sekali kenapa Kim Kyosunim mengganti jadwal kelas aigoo~"

Selesai dengan sepatunya, ia berjalan santai ke gerbang. Tak sengaja matanya menemukan sebuah paket, tergeletak di depan gerbang. Segera ia ambil, dan pandangannya menangkap tulisan tangan di bagian atas.

'To: 최유주'

Gadis itu tertegun. "Choi Yu.. ju? Itu kan-"

Ia mengedarkan pandangan ke sekitar, mencoba mencari sosok yang ia harapkan.

"Lee Seokmin..."



TBC

✔ Hear the Wind Sing - dk yuju Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang