[00] : Tiga Tahun Telah Berlalu

117 10 11
                                    

Tiga tahun yang lalu.

Saat itu, Clara sedang berjalan sambil menuntun sepedanya yang bocor karena tertusuk paku yang ada di tengah jalan. Alhasil, kini ia berjalan menuju bengkel sambil membawa sepedanya yang memang sudah butut.

Tiba-tiba ada tiga anak laki-laki yang menghampirinya. Seragam SMA yang lecek dan sepuntung rokok yang terletak di bibir mereka. Terlihat dari penampilan mereka bahwa mereka bukanlah anak baik-baik. Clara sontak menghembuskan napas dengan kasar. Ia sedang tidak mood untuk meladeni anak-anak yang ingin cari masalah dengannya.

"Permisi, gue mau lewat," ucap Clara ketus.

"Eh, berani banget lo njing!"

"Emangnya gue harus ngapain?" tanya Clara dengan dahi berkerut melihat segerombol anak-anak itu.

"Sebelum lo pergi, sini serahin dulu duit lo. Gue dan temen-temen gue lagi butuh duit nih buat beli rokok," kata salah satu dari mereka.

"Sorry. Tapi itu bukan urusan gue. Minggir."

"Gue bilang serahin duit lo dulu njing!"

Clara memandang sekelilingnya tapi ternyata tempat itu sepi. Pantas saja, mereka berani memalaknya. Muncul ketakutan dalam diri Clara. Mereka bisa berbuat apapun untuk mendapatkan apa yang mereka mau. Ditambah saat ini tidak ada orang yang lewat di sekitar gang itu. Seketika bayangan-bayangan buruk muncul di pikirannya. Tidak, ia tidak mau mati sekarang.

Cewek itu lalu merogoh saku roknya. Nihil. Ia tidak menemukan uang seperak pun yang masih tersisa dalam kantongnya.

'Sialan! Gue nyesel ngabisin uang jajan gue.'

'Coba aja kalo tadi gue gak beli nasgor 2 porsi. Mesti gue selamat dah,' batin Clara.

"Duit gue udah abis."

"Alah, bullshit lo. Lo pikir kita percaya?! Bangsat lo!" teriak pria yang satunya. Sekarang, Clara benar-benar menyesal telah menghabiskan seluruh uang jajannya. Kalau saja masih ada, ia akan berikan semua uangnya agar bisa lepas dari mereka.

"Terserah sih mau percaya apa gak. Yang penting duit gue abis," jawab Clara dengan santai, mencoba menyembunyikan rasa ketakutannya

"Anjing lo! Kalo lo gak mau nyerahin duit lo, kita bakal-" ucapan laki-laki itu terputus ketika ada seseorang yang menendangnya. Damian Giovano.

"Bakal apa hm?" tanya Damian sambil mencengkram kerah baju anak laki-laki itu dengan kuat.

"Kalian yang anjing, bego! Beraninya sama cewek. Lagipula, bakal ngapain kalian?" tantang Damian.

"Bangsat lo!" ucap anak laki-laki tersebut. Akhirnya, tiga anak laki-laki itu menyerang Damian secara brutal. Namun, mereka tidak tahu meskipun Damian masih duduk di kelas dua SMP, tapi ia adalah pemegang sabuk hitam karate. Jadi, mudah saja bagi Damian untuk menghabisi mereka semua.

Clara yang menyaksikan perkelahian itu. Hanya bisa terpana melihatnya.

'Shit! Gila keren banget tuh cowok. Satu lawan tiga anak SMA. Anjiir, keren banget sih dia,' rutuk Clara dalam hati.

Setelah selesai 'mengusir' mereka, Damian lantas menuju ke arah Clara yang masih bengong melihat kejadian barusan.

"Lo gak apa-apa?" tanya Damian

"I..Iya gue gak apa-apa kok," jawab Clara. Tiba-tiba mata Damian melihat ke arah ban sepeda Clara yang bocor.

"Itu ban sepeda lo bocor?"

"Iya, bocor."

"Ya udah. Mau gue anter ke bengkel?"

"Gak usah. Bengkelnya udah deket kok."

"Oh ya udah. Gue pergi dulu ya," ucap Damian sambil berbalik arah. Clara menatap kepergian Damian masih dengan tatapan terpana. Cewek itu merasa bahwa wajah Damian tidak asing baginya. Setelah beberapa saat, ia baru ingat sesuatu. Ya, dia kenal dengan anak itu. Damian Giovano. Siapa yang tidak kenal dengannya? Ia populer, tampan, dan disukai banyak perempuan.

Ditambah lagi, kini Clara diselamatkan oleh Damian. Sebelumnya, ia tak pernah memperhatikan Damian dan anak-anak populer lainnya. Tapi sekarang ia tahu mengapa Damian begitu populer dan disenangi banyak orang. Clara lalu melanjutkan perjalanannya sambil tersenyum memikirkan kejadian tadi.

'Fix. Gue suka lo.'

###

Sejak saat itu, Clara mulai mengagumi Damian. Tentu saja, mengagumi diam-diam. Dia terlalu pengecut bahkan untuk sekedar menyapa Damian. Setelah tiga tahun berlalu, perasaannya kepada Damian masihlah sama. Ia bahkan belajar mati-matian agar bisa melanjutkan ke sekolah yang sama dengan Damian.

Ya, selain populer dan tampan, Damian juga sosok yang cerdas. Mendekati sempurna memang. Sedangkan Clara? Ia tahu diri bahwa ia memiliki otak pas-pasan. Mustahil rasanya bisa masuk ke sekolah yang sama dengan Damian. Apalagi sekolah yang dituju adalah sekolah yang terbaik di daerahnya. Tapi cewek itu tidak peduli, yang ia tahu ia harus masuk di sekolah yang sama dengan Damian.

Walau begitu, tak ada yang berubah dari hubungan Clara dan Damian. Clara masihlah Clara Athena yang dulu. Penyendiri, tidak popular, dan dianggap aneh di sekolahnya. Begitupun dengan Damian. Tampan, populer, dan cerdas. Mereka berbeda sekali, seperti langit dan bumi. Tapi, berharap itu boleh kan?

A/N :

Semoga suka!!! Happy reading guyss :) Jangan lupa vote and comment.

The Best of MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang