Menurut gue nakal itu hal yang wajar. Dimana keanehan-keanehan diri remaja yang terkadang tak masuk akal. Dan menurut gue masa remaja adalah masa yang paling dikenang, dimana seorang anak manusia yang beranjak dewasa sedang mencari jati dirinya. Mengenal cinta,persahabatan,pertemanan, dan bahkan banyak hal lain lagi. Begitupun yang sedang gue rasakan. Remaja.
Gue terlahir dari keluarga yang bisa di bilang kalangan berada. Gue anak satu-satunya dari Adam dan Mira. Gue tinggal sendirian di kota Kembang. Karna kedua orang tua gue sibuk bekerja di luar kota.
Nama gue Maudi Lathesa. Gue termasuk murid yang nakal di SMA Jaya Bandung. Dan gue sudah biasa menjadi sorotan warga sekolah dalam hal negatif
Gue punya 4 Sahabat yaitu Windi, Fadil, Devan, dan Revi. Mereka adalah sahabat gue plus temen gue yang sering bikin onar di sekolah
Windi Riyani. Perempuan bijaksana, perawakan berisi, namun tak banyak yang tahu bahwa hatinya minim jika soal cinta.
Fadil Fadlillah. Orang yang sering jagain gue baik luar maupun dalam. Namun hanya kita berlima yang tahu sifat aslinya yang kocak. Sedangkan orang lain tahu bahwa dia adalah manusia terjutek sepanjanga sejarah.
Devan Hilmy. Lelaki yang slalu setia, sedia, sigap dalam menerima curhatan kita berempat. Ya walaupun gak pernah ngasih solusi.
Terakhir adalah Revi Salavia. Manusia paling bener diantara kita. Inget yah! Diantara kita berempat, bukan di antara murid disini.
Gue seneng bisa berteman dengan mereka. Karna menurut gue meskipun terlahir dengan berbagai macam otak yang berfikiran beda, dengan hati yang berkapasitas beda, namun kesololideritasan kita tetap berdiri tegap menghadap orang-orang yang menentang kita.
"Maudi Lathesa?" Guru itu sedang mengabasen murid kelas IPS4
"Maudi Lathesa?" Panggilnya lagi
"Huftt, saya bu huft,,huftt" kala itu gue kesiangan lagi!
Nafas gue tak karuan dengan membungkukan badan kedepan karna terengah-engah berlari
"Terlambat lagi?" Tanya guru Bahasa itu dan menghampiri gue
"Menurut ibu?" Jawab gue polos dengan nada yang masih kecapean
"Heuh, yasudah sana duduk" perintahnya dan kembali mengabsen
Sedangkan aku menuruti perintahnya untuk duduk di bangku paling belakang serta pojok
"Baik, sekarang kumpulkan tugas kalian!" Perintah guru itu di depan kelas.
Semua murid menyimpan buku tugasnya di meja depan
"Mampus! Gue kan belum ngerjain" pekik gue pelan
"Eum, bu!" Gue angkat tangan, dan guru itu menoleh
"Mana tugasmu?" Tanyanya
"Emm, bu saya ijin ketoilet dulu bentar yah bu" ucap ku yang langsung berlari keluar kelas tanpa menunggu persetujuan guru itu
"Duh, kemana nih gue?" Aku bertanya pada diri sendiri
Gue berhenti berjalan untuk berfikir
"Eum, gue tahu sekarang!" Pekik ku sambil menjentikkan jari telunjukku ke atas
Gue mengendap untuk menuju jendela kelas IPS3. Dimana itu adalah kelas Devan
"Sutt,Van.. Devan?" Gue memanggil seseorang yang berada di dalam dengan suara yang sangat pelan
"Devan!" Pekik gue dengan pelan lagi
"Vannnnnn..." kali ini sedikit panjang namun dengan suara yang masih pelan