Revi Salavia

0 0 0
                                    

Revi

Hari ini adalah hari senin. Dengan rutinitas melakukan upacara bendera

"Eh, si Udi mana?" Tanya Devan di sebelah gue

"Gatahu" jawab gue

"Si Udi mana? Tanya Devan ke Windi dan Fadil

"Baik anak-anak silahkan duduk" ucap kepala sekolah tersebut

Seperti biasa di sekolah gue kalo hari senin itu biasa periksa kerapihan, kedisiplinan,dan lain-lain di periksa langsung oleh kepala sekolah

"Siapa saja bu pak yang tidak ada?" Tanya kepala sekolah tersebut

"Semuanya lengkap. Kecuali yang sakit 15 ijin 9 dan... Apa?! Ini siapa yang alfa?" Bentak kepsek tersebut

"Duh, mana sih si Udi?" Tanya gue panik

"Maudi Lathesa?" Tanya kepsek tersebut. Tidak ada yang mengangkat tangan

"Kelas apa dia?" Tanyanya

"IPS4" jawab salahsatu guru

"Mana IPS4?" Mereka mengangkat tangan termasuk Fadil

"Kemana Maudi?" Bentak kepsek kepada salah satu murid IPS4 yang berada paling depan

"Saya bu" ucap Maudi yang baru saja datang membuat semua murid menengok kearah Maudi

Kepsek itu menghampiri Maudi dengan melipatkan kedua tangannya di dada

"Dari mana saja kamu?" Bentak kepsek tersebut

"Rumah bu" jawabnya polos

"Saya tahu! Tapi, kenapa kamu bisa terlambat?!" Bentak nya lagi yang menjadi pusat perhatian semua manusia di sekolah ini

"Kesiangan bu" jawabnya polos lagi

"Iya! Saya tahu! Apa alasan kamu?!" Kembali membentak seperti yang sudah geram dengan kelakuan Maudi

"Bangun kesiangan bu" jawabnya

"Bagus!" Jawabnya bentak

"Rambut di warnain merah. Mau saya gunting?" Bentak nya lagi sambil memainkan rambut panjang Maudi

"Rok pendek banget, baju kecil. Apa apaan kamu ini?! Mana dasi dan topi kamu?" Bentaknya lagi

"Ketinggalan bu" jawabannya slalu polos

"Hormat kebendera. Sampai istirahat" bentaknya dan dituruti oleh Maudi yang menghormat pada bendera

Tak ada yang berani menertawai Maudi

Semua murid kini sudah masuk kedalam kelasnya masing-masing kecuali gue,Devan,Windi,dan Fadil

Kita ikut hormat mengikuti Maudi. Maudi hanya menatap kita sinis

"Di maafin kita dong" ucap Devan dengan pandangan kedepan

"Iyah, Di. Maaf dong" ikut Windi

Maudi tetap tidak menjawab

"Diii" pekik Fadil

"Udii, heyy" lanjut Fadil

"Apa sih! Udah sana! Gausah so peduli sama gue" bentak Maudi

"Tapii, Dii.." ucap gue terputus karna di tarik Devan untuk pergi bersama yang lain

"Udah, biarin aja dulu dia ngerileksin dirinya" lerai Windi

Kitapun kembali kekelas masing-masing. Dan sesekali melihat Maudi yang di hukum sendirian sedangkan biasanya jika salah satu di hukum. Maka hukuman itu berguna untuk kita berlima

DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang