fadil fadlillah

3 0 0
                                    

Fadil

Gue buka notification di Hp gue

Tertera nama Maudi di Line

"Apa lagi juga nih si curut?" Pekik gue yang sedang menunduk karna di depan sedang ada pa Budi yang mengajar

Maudi: "gue liat si Dina di bawa ke UKS. Di angkat gitu sama anak PMR. Ada si Chica juga kalo gak salah"

"Pak! Saya ijin ke kamar kecil" ucap gue tiba-tiba dan berhasil membuat seisi kelas yang kaget

Tanpa persetujuan gue langsung lari ke UKS

"Dina?" Tanya gue langsung melihat Dina yang sudah terkapar lemah di UKS di temani Chica

Gue menghampiri perlahan. Gue liat rok nya sedikit basah pipi nya sembab dan ada sedikit goresan merah di dagunya

"Din, kamu kenapa?" Tanya gue bingung dengan keadaanya

"Gak kenapa napa ko Dil" jawabnya pelan

"Dia, di bully Zahra dan dua orang pengikutnya" ucap Chica yang di balas dengan tatapan Dina seperti menandatangan 'gue gapapa'

"Si Zahra centil itu?" Tanya Fadil

Chica mengangguk fasih

Gue coba buat ngeLine Maudi

Gak berapa lama kemudian Windi dan Maudi datang

"Lo liat" tunjuk gue ke Dina dan di angguki Maudi dan Windi

"Yaudah, kita balik dulu" ucap Windi berlalu

"Tenang Din, biar gue yang urus" ucap Maudi dengan menepuk bahu Dina pelan

"Tuh orangnya" tunjuk Windi kearah Zahra dan dua pengikutnya di depan kamar kecil

"Lo, mau gue bantai?" Ucap Maudi kepada kedua pengikutnya Zahra

Mereka menggeleng ketakutan dan berlari meninggalkan Zahra

Sedang kan Zahra sudah di tarik Windi ke kamar Kecil

"Lo apain si Dina?" Bentak Windi sambil menarik tangannya kebelakang

"Gu,,guee gaa apa-apain" ucapnya ketakutan

"Alahh.." jawab Maudi meremehkan

Plakk.. Plakkk..

Dua kali tamparan mendarat mulus di pipi Zahra yang berhasil membuat dia kesakitan

"Kenapa? Sakit?" Tanya Maudi meremeh kan lagi dengan mengangkat dagu Zahra dengan kasar

"Masih gak mau ngaku lo?" Tanya Maudi

"Gue cuma nyiram rok dia doang sedikit" jawabnya ketakutan

"Oh, cuma nyiram doang? Oke" Maudi mendorong ember berukuran sedang dan menyiram dari atas kepala Zahra sampai bawah layaknya menyiram tanaman

"Ampun, Di ampunn Win" ucapnya memohon

"Eh, anjir jangan berani lo pegang kaki gue" teriak Windi dan menendang tangan Zahra yang menempel di kakinya

"Lama ah" ucap Windi lalu mengambil ember itu dan menumpahkannya ke badan Zahra

"Lo apain lagi eum?" Tanya Maudi jongkok

"Udah, cuma itu" jawabnya

"Cuma gitu? Trus kenapa dia bisa sampai pingsan pipi lembab sama dagunya berdarah?" Bentak Maudi lagi

Plakkk... Plakk.. Plakk... Plakk...
Beberapa tamparan cantik dengan mulus mendarat di pipi Zahra yang sontak membuat pipinya terlihat sembab dan merah

"Ini baru peritungan dari kita. Kalo sampai lu berani nyentuh sedikit aja si Dina! Gue gak akan segan mengeluarkan lo dari sekolah ini!" Ucap Windi mengancam

Windi dan Maudi pun keluar dan diikuti Zahra dari belakang dan di ketawai banyak murid yang berada di kolidor IPA itu

Maudi dan Windi hanya menyengir puas dengan kelakuannya kali ini

"Fadil" ucap Windi di UKS

Gue pun menengok kearah suara

"Gimana?" Tanya gue

"Lo gausah khawatir. Dia gabakalan berani nyentuh si Dina lagi" ucap Maudi

"Makasih" gue meluk mereka berdua

"Apaan sih lo Dil, alay deh" ucap Maudi melepaskan pelukannya

"Yaudah kita balik dulu yah" pamit Windi

"Din, GWS ya" ucap Windi dan Maudi yang lalu pergi

"Hati-hati Din, Fadil suka gigit" ucap Maudi setengah teriak

"Ternyata mereka baik juga yah" ucap Dina pelan

"Aku yang udah idup ama mereka 13 tahun aja buktinya masih idup" ucap gue bercanda

Dina hanya tersenyum

"Din?" Ucap gue sambil menggenggam tangannya yang dingin

"Eum?" Ucapanya

"Kamu, mau gak jadi pacar aku?" Sumpah ini deg-degan banget

"Eum,," ucapnya seperti berfikir

"Mau" jawabnya mengangguk sambil tersenyum

"Beneran?" Tanya gue riang

"Iyahhh" jawabnya lagi dengan tersenyum

"Tapi, Din. Kamu tahu kan gimana kebersamaannya aku sama sahabat-sahabat aku itu? Yah aku harap kamu bisa ngerti sama keadaan aku yang seperti itu" ucap gue

"Iyah, Fadil. Tenang aja. Aku juga ngerti ko. Aku juga tahu kalo persahabatan itu harus lebih di jaga dari pada pacaran" jawab Dina sambil mengusap pipi gue pelan

"Makasih yah Din" ucap gue sambil memegang tangannya yang berada di pipi gue

"Eh, udah siang nih. Pulang yuk?" Ajak gue

"Tapikan ini masih ada pelajaran terakhir" jawabnya

"Tapi kan kamu sakit" balas gue

"Yaudah, nurut aja" angguk Dina

Gue pun memapas Dina menuju gedung IPA yang sebagiannya sudah ada yang pulang

Kegiatan ini sontak saja menjadi bahan gosipan baru dan banyak pertanyaan mereka

Secara seorang pembuat onar bisa mesra-mesraan di tempat umun bersama cewe pintar berhati malaikat

Gue mengantar dia sampai masuk ke dalam kelas dan mengambilkan tasnya

Gue kembali menuntunnya untuk ke parkiran

Di parkiran gue liat Zahra yang melihat iri dan gue pun hanya membalas dengan tatapan sinis gue

"Ayo naik" ucap gue pada Dina

Dia pun menaiki motor gue, dan gue pun melajukan motor menembus jalan yang mulai ramai

"Eh, curut-curut ku sayang. Gue duluan yah" pamit gue pada keempat teman gue yang ada di jalan

Mereka hanya melambaikan tangan yang masih bisa gue liat dari kaca spion motor gue.

Gue tersenyum. Ini soal hati dan perasaan

DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang