Author pov
"Mark?"
Langsung ditekannya tombol penerima panggilan oleh gadis itu, tangannya segera menempelkan ponsel genggam itu ke telinga kanannya dengan semangat.
"Mark! Akhirnya kamu telpon aku balik, pas banget lho pulsaku habis. Kita memang jodoh ya!!"
Hening.
"Mark? Hello? Are you there?"
"Anya, ini tante."
"Oh? Hi Tante! Mark mana?"
"Kamu udah cukup tau Mark pergi kemana, kan?"
"Nggak tante! Aku nggak tau!"
"Anya, please."
"Tante diem!! Aku nggak tau!!! Mark mana tante?! Aku pengen denger suaranya!"
"Anya..."
"Tante, aku sayang Mark..."
Menangis, kedua gadis itu kembali menangis. Meratapi kepergian laki-laki yang mereka sayang selama-lamanya. Mark yang sudah ada di atas langit sana, tidak akan pernah turun mendarat sekalipun mendengar Anya, kekasihnya sendiri, meneriaki namanya untuk berpijak lagi ke bumi.
"Anya, mark udah tenang di sana.."
"Nggak! Pokoknya enggak! Nanti Mark bakal bales sms aku kok! Jadi mending tante kembaliin ponselnya ke Mark!! Cepet balikin!!! Biarkan Mark bales sms ku, tante! Kembaliin ponsel Mark!"
"Stop it. Lupain Mark, kamu bisa cari yang lain..."
"Tante!! Kembaliin ponselnya ke Mark! Aku mau ngomong sama mark aja! Tante! Kembaliin!!!"
Tangis Anya meledak seketika, gadis itu kini tidak bisa menopang badannya sendiri. Air matanya bercucuran menuruni pipinya dan rambut yang masih dikepang persis 1 minggu yang lalu, tepat di hari pemakaman kekasihnya. Pakaian serba hitam masih melekat indah di badannya.
"Tante... Mark mana? Aku hiks aku kangen Mark.."
Ucapnya kembali diiringi dengan isakan yang susah dihentikan. Dia benar-benar belum bisa merelakan kekasihnya pergi. Dia masih ingin bersama Marknya yang dulu, yang lihai dalam berbohong dan meninju seseorang yang berani menciumnya. Gadis ini rindu Marknya.
"tut."
Mendengar nada itu, tangis Anya makin menjadi-jadi. Dengan kalang kabut dia menekan segala tombol di handphonenya, berharap sambungan telponnya masih terhubung. Tangisnya tidak bisa terhenti, entah sampai kapan.
"Hallo Mark? Hallo?"
Tangannya beralih membawa ponsel kesana kesini di udara, mencari signal yang lebih baik.
2 tahun kemudian...
Tampak seorang gadis dengan rambut berantakan dikepang satu. Baju serba hitam yang sudah terlihat sangat kusam, dan handphone yang masih setiap digenggamnya. Dari matanya, gadis itu terlihat sangat bahagia sedang bercakap-cakap dengan seseorang.
"Tut.. tut.. tut.."
"Hallo? Hi Mark!"
"Maaf, nomor yang anda tuju sedang tidak aktif. Silahkan coba beberapa saat lagi."
"Kamu kangen aku? hihihihi.. sama nih. Besok kamu sparing basket lagi nggak?"
"..."
"M-mark? Mark? Hallo, Mark? Kamu dimana? Mark, hallo? Mark ini aku Anya."
"..."
"Apa? kamu kesepian? Iya-iya Mark, bentar lagi aku sampai."
"..."
"Hmm.. oh gitu? Iya nih. Mama kamu kurang ajar banget. Dulu ponsel kamu diambil dia kan? emang ya, udah tua sirik lagi sama kita hihihihi.. "
"..."
"Awas ya kamu selingkuh disana!"
"..."
"Hahahaha... nggaklah."
"..."
" Apa? Jaemin? dia kan udah mati. Gimana sih kamu ah...."
"..."
"disana jam berapa? Oh, jam 6 ya?"
"..."
"Hahahaha.. jangan gombal ih."
"..."
"Apa? pulsa kamu habis? Nghh.. yaudah deh, aku kirimin lagi. bentar ya..."
Satu kata untuk mendeskripsikan Anya; gila. Gadis itu benar-benar sudah gila sekarang. Dia sering pergi ke sekolahnya, menonton basket dan menyoraki nama Mark beberapa kali sampai-sampai semua murid disana mengenalnya dengan sebutan 'orang gila'
"Eh, mbak-mbak gila itu datang!"
"Kaburrrrrrrr."
Sudah dua tahun, gadis malang ini ditinggal kekasihnya sendiri.
"..."
"Pulsanya udah masuk?"
"..."
"Kapan sih kamu nyampe Amerikanya? Lama banget."
"..."
"Oh... pesawatnya lagi ganti ban? Pantesan.."
"..."
"Eh Mark, kamu tau nggak....?"
Cinta memang memabukkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUCH A LIAR / MARK ✓
Conto❛❛Bisa nggak kali ini lo jujur ke gue. Lo habis jalan sama siapa, Mark?❞ ーprivated.