17. gone, they are gone.

26.2K 3.4K 715
                                    






"Ternyata bener ya, selama ini gue pacaran sama cewek murahan macem lo."

Detik itu pula Anya mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Cewek murahan katanya? Lalu kalau dia cewek murahan, laki-laki seperti Mark disebut apa? Bajingan?

Mendengar ucapan Mark, Jaemin yang tersungkur di tanah tiba-tiba bangun dan balas memukul tulang pipi Mark sampai memar. Kali ini giliran laki-laki Kanada itu yang tersungkur ke tanah sambil menyeka hidungnya yang mengeluarkan darah. Dengan cepat Jaemin tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Jaemin berjongkok disamping Mark lalu menonjok laki-laki itu sambil berkata, "Ini untuk lo yang selalu buat Anya nangis!"

Bugh.

Sebuah bogem melayang bebas ke arah pipi kanan Mark.

"Dan ini untuk lo yang buat Anya kehujanan tadi sore!"

Bugh.

Setelah pukulan kedua itu, tiba-tiba Jaemin tersulut emosi karena melihat Mark yang masih bisa menyunggingkan smirk nya.

"Pukul aja gue terus!" tantang Mark.

"Emang itu yang gue mau!" jawab Jaemin sambil terus memukul Mark. Laki-laki Kanada itu nyaris tak bisa merasakan kehadiran tulang pipinya. Hidungnya terus menerus mengeluarkan darah kental.

"Jaemin cukup!!" teriak Anya sambil menangis histeris.

"Apa?! Lo masih mau belain bajingan ini?!" kata Jaemin balik berteriak.

Anya mengatupkan bibirnya kembali. Gadis itu menangis sambil berbisik pelan,"Udah Jaem.. cukup. Kasian Mark.." Jaemin tak percaya dengan apa yang dikatakan gadis bodoh di belakang punggungnya kali ini. Kasian? Cih. Persetan dengan Mark yang sudah bonyok parah.

"Mending lo masuk rumah! Ini urusan gue sama Mark." Ucap Jaemin setelah berdiri meninggalkan Mark yang masih tak sadarkan diri di tanah. Laki-laki itu merangkul Anya dan menuntunnya masuk ke dalam rumah bercat biru muda.

"Jaemin... please, Mark-" ucapan Anya terpotong karena Jaemin tiba-tiba menangkup kedua pipi Anya dengan tangan laki-laki itu.

"Mending lo pikirin diri lo sendiri. Mark biar gue yang anter pulang." Kata Jaemin sambil menatap gadis di depannya lekat-lekat.

Anya kembali melirik ke arah Mark yang terkapar lemah didepan rumahnya, kue tart yang terbuang sia-sia di pinggir trotoar, dan tetesan darah Mark yang bercak dimana-mana.

"Tapi luka Mark gimana?" tanya gadis itu lagi. Jaemin semakin tersulut emosi namun berusaha menetralkan nada bicaranya. "Dia itu laki-laki. Kalau besok nggak sembuh ya mati. Udah? Cepet masuk rumah, udah malem. Nggak usah pikirin siapa-siapa malam ini." Kata Jaemin pada akhirnya sambil menutup pagar rumah Anya dan menunggu agar gadis itu masuk ke dalam rumahnya.

Anya berjalan sangat perlahan, menimang-nimang. Apakah dirinya percaya menitipkan Mark yang sedang terkapar lemah itu pada Jaemin? Setelah dua kali menengok dan berbalik menatap Mark, akhirnya Anya memutuskan masuk ke dalam rumahnya. Toh mereka berdua bersahabat-itu yang Anya tau-, Jaemin tidak mungkin berbuat macam-macam. Iya kan?

Setelah melihat gadis berambut panjang itu masuk ke dalam rumahnya, Jaemin berbalik dan menatap Mark sambil menendang kaki laki-laki itu, "Bangun! Jangan pura-pura mati lo!" Mark masih tidak bergerak.

"Kita omongin tentang Anya di mobil." Ucap Jaemin sambil membuka pintu pengemudi dan menghidupkan mesin mobil Camry milik Mark.

"Bangun bangsat! Mama udah nunggu di rumah." Ucap Jaemin lagi.

Dengan sekuat tenaga, Mark menopang dirinya sendiri. Bangun dan berjalan dengan hati-hati. Masuk mobil lalu duduk di samping kursi pengemudi sambil berkata, "Lo adek paling kurang ajar yang pernah gue kenal."

Jaemin tersenyum kecut, "Lo sendiri udah berapa kali kurang ajar sama Anya?"

"Bukannya lo yang nyuruh gue buat macarin dia?" Jawab Mark dengan tampang tanpa dosanya sambil menggerakan kaca spion, melihat wajah tampannya yang bercucuran darah.

"Itu karena Anya sayang lo bang-"

"Dan gue cuma sayang Hina. I told you before, bastard."

Hening. Tak ada yang bersuara setelah itu. Sampai akhirnya Jaemin mengingat ucapan kakak kandungnya satu minggu yang lalu, "Tapi lo pernah bilang mulai suka sama Anya."

"Suka sama Sayang itu beda." Jawab Mark lagi.

"Tapi kenapa giliran gue cium Anya, lo emosi sampai mukul gue tadi?"

Mark mengatupkan bibirnya. Tangannya tidak lagi bergerak merapikan rambutnya yang berantakan. Setelah 5 menit tidak kunjung mendapat jawaban dari Mark, Jaemin bertanya lagi. "Menurut lo kenapa bang?"

"Fine! Gue nggak rela Anya sama lo! Puas?" ucap Mark, sebenarnya dia sendiri tidak mengerti akan perasaannya. Untuk Hina atau Anya?

Jaemin yang masih fokus menyetir, bertanya lagi. "Terus Hina lo kemanain?"

"Gue juga sayang dia." Jawab Mark lagi.

Jaemin menatap saudara kandungnya tak percaya, bagaimana bisa laki-laki yang satu rahim dengannya sangat amat brengsek malam ini?

"Gue nggak akan biarin lo nyakitin dua cewek itu. Terutama Anya." Jawab Jaemin yang tiba-tiba meningkatkan kecepatan mobilnya melewati sebuah rel kereta api yang berjarak 100 meter lagi.

"Salahin mereka kenapa suka sama gue. Cewek-cewek bego." Kata Mark berusaha setenang mungkin. Sebenarnya jantungnya sudah berdetak kencang saat angin malam mulai mengenai kulitnya. Jaemin mengemudi seperti orang gila.

"Bangsat lo bang! Gue nggak akan relain mereka disakitin cowok macem lo!" teriak Jaemin. Kali ini wajahnya benar-benar menatap Mark yang ada di sampingnya. Kemudi sudah tidak dipegangnya lagi, hanya kakinya yang terus menginjak pedal rem. Dari jarak beberapa meter, sebuah kereta api sedang melaju secara tegak lurus dengan mobil Camry yang mereka tunggangi.

"Lo pengen kita mati? Oke. Udah lama gue nunggu-nunggu kapan lo mati, walaupun itu berarti gue mati juga bareng lo. Menurut lo siapa yang bakal gila setelah gue mati?" pertanyaan terakhir dari Mark, mengakhiri dunia mereka. Masinis kereta api itu sudah membunyikan klaksonnya beberapa kali, namun terlambat. Malam itu, tidak ada lagi seorang Jaemin maupun Mark Lee di dunia ini.

Menurut kalian bagaimana perasaan Anya dan Hina setelah mendengar berita mengejutkan ini keesokan paginya?

E n d.

















































Ini ff kedua yang end yeay h3h3h3.. makasi yang udah stay baca ff bobrok ini ngh. I'm the biggest hit, I'm the biggest hit on this stage yooo Cherry Bomb nghhh Markonah /plak

SUCH A LIAR / MARK ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang