Klara berada di jendela yang terbuka. Merasakan hembusan angin yang menerpa dan dinginnya udara malam.
Meskipun diluar tengah hujan deras disertai badai yang kencang ia tetap berdiri di jendela, pikirannya kacau balau. Ketakutan, kekhawatiran, kecemasan dan kata kematian masih terngiang jelas di kepalanya.
Tak peduli Piyama biru yang dikenakannya basah oleh butiran-butiran air hujan, tak peduli seberapa kencang badai diluar, tak peduli seberapa kencang petir menyambar, dipikirannya hanya satu tentang perkataan nenek tua tadi yang hampir ditabrak Rere.
*****
"Re, awas Re!" tanpa sengaja kami hampir menabrak nenek yang tengah bejalan.
"Oh my God," kami langsung turun dari Mobil untuk melihat keadaan nenek yang hampir kami tabrak.
"Lu sih, makanya jangan bawa Mobil kenceng-kenceng gua bilang!" Kesal Klara sembari melepas sabuk pengaman.
"Ya, sorry Ra."
Kami menghampiri nenek tua yang hampir kami tabrak tadi.
"Nek, nenek gapapa?" bukannya membalas apa yang ditanyakan Klara, justru sang nenek menatap tajam dirinya.
Tanpa ada aba-aba sedikitpun sang nenek mengambil tangan Klara, dan mengatakan hal yang bahkan tidak masuk di akal.
"Kau, akan membawa malapetaka bagi siapapun yang mendekatimu! Kau akan menjadi penyebab kematian mereka! Kutukan itu, kutukan itu tidak akan bisa lepas dari dirimu." tatapan mata sang nenek bagaikan ingin menelan Klara.
Rere yang melihat hal itu menjadi bingung, apa maksud ucapan sang nenek.
"Kutukan? Kutukan apa nek?" sang nenek langsung menghempaskan tangan Klara dengan kasar.
"Dia yang mengutukmu," kemudian sang nenek pergi meninggalkan kami yang terdiam dengan seribu pertanyaan.
"Maksud tuh nenek, apaan Ra?"
"Gua juga gak tau. seumur hidup gua, kagak pernah gua dikutuk sama nyokap gua. Aneh," perkataannya benar-benar aneh, mungkin dia kurang waras.
Kami kembali ke Mobil. Rere menyalakan mesinnya dan Klara masih memikirkan perkataan sang nenek.
"Udah, gak usah di pikirin." ucap Rere dengan pandangan fokus ke depan.
"Tapi Re, gak mungkin ada asap tanpa adanya api. Dan gua yakin apa yang di omongin itu nenek,"
"Ajal itu di tangan Tuhan, Ra." itulah kalimat 'akhir' yang menutup pembicaraan di dalam Mobil.
Memang ajal di tangan Tuhan, tapi bukankah ramalan terkadang benar? Apa yang terjadi nanti atau di masa depan itu memang sulit di tebak, tapi terkadang kita tidak sadar bahwa banyak teka teki di depan mata kita dan bila kita dapat memecahkannya itulah yang akan terjadi pada kita nanti.
*****
Klara memutuskan untuk tidur. Tak lupa Klara menutup jendela karena angin yang kencang.Namun sayang, berulang kali ia menutup mata tetap saja ucapan nenek itu masih terngiang di kepalanya dan membuatnya susah tidur.
Ke kanan, ke kiri, telentang, dan hasilnya nihil. Klara tetap susah tidur.
"Oh, shit."
Pikirnya hanya satu, kutukan apa yang di maksud oleh nenek itu? Entahlah dia bahkan tidak tau jawabannya.
Mungkinkah ibunya mengutuknya? Tidak, itu tidak mungkin karena Klara sendiri adalah anak baik-baik. Lalu apa?
Perlahan dia mulai menutup matanya. Dan pergi ke alam mimpi yang akan menyeretnya melakukan hal bahkan dia tidak tau apa yang dia lakukan. Karena mimpi bagi Klara adalah bencana dan dia tau itu.
"Rere," Klara terbangun dari mimpi buruknya, mimpi yang benar-benar menakutkan.
Klara melirik jam dan sekarang sudah pukul 3 pagi. Badannya basah oleh keringat, rasa haus di dahaganya.
Klara beranjak ke dapur untuk mengambil minum. Pikirannya kacau balau.
"Anjir, sumpah aneh banget." dengan nafas yang yang terengah-engah.
"Pertama omongan itu nenek, sekarang mimpi buruk tentang Rere."
Klara kembali ke kamarnya. Dan mulai melanjutkan tidurnya meskipun sulit. Namun, dia tidak sadar bahwa ada yang selalu menemaninya. Dan 'dia' ada meskipun Klara tidak mengetahuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deja Vu
HorrorPernahkah kau mengalami deja vu dalam hidupmu? Waktu yang serasa berhenti, Pikiran yang sulit untuk membedakan mana nyata dan mimpi. Kau hanya punya dua pilihan, Bertahan dan pada akhirnya akan mati, Atau memilih untuk bunuh diri. Lingkaran iblis ya...