Part 3

92 5 0
                                    

Saya tidak mengerti
Dengan seribu satu misteri yang mengelilingi.
Yang saya mengerti adalah
Saya kehilangan orang yang saya sayangi.

-Klara-


"Maafin gua Re, maafin gua." entah kenapa kata itu yang terucap dari bibirku. Dengan memeluk papan nisan yang tertancap diatas makam Rere.

Aku bersumpah, siapapun yang membunuh sahabatku tidak akan pernah mendapatkan ampunan. Dia akan merasakan lebih dari apa yang Rere rasakan.

Prosesi pemakaman Rere telah selesai. Di atas tanah merah yang masih basah, Klara menangis dengan tersedu-sedu. Percayalah, kehilangan orang yang benar-benar menyanyangi kita itu sangat menyakitkan.

Kehilangan seorang sahabat yang menyayangi kita dengan tulus itu lebih menyakitkan daripada putus dengan kekasih yang tak setia.

Tania terduduk lemas disamping makam Rere. Shinta sedang menelepon seseorang, Aldan dia sedang berdiri disamping makam Rere, Ferdi? Dia tidak hadir dipemakaman Rere. Dengan alasan mengejar tugas kuliah.

"Udah yuk, Ra." Setelah selesai menelepon Shinta mengajak kami untuk meninggalkan pemakaman.

Memang sejak tadi pemakaman telah selesai. Tapi kami masih ingin berduka diatas pemakaman Rere.

Jenazah Rere setelah selesai di Evakuasi segera dimakamkan. Dan acara pemakamannya pun telah selesai. Polisi masih menunggu didepan pintu gerbang pemakaman, mungkin ingin membicarakan hasil laporan di jenazah Rere.

Adakah yang bertanya tentang orang tua Rere?
Yaps, Rere adalah putri semata wayang dari seorang pengusaha tekstil. Sudah otomatis dia adalah pewaris tunggal dari seluruh kekayaan yang dimiliki oleh orang tuanya.

Sebulan yang lalu, pesawat yang ditumpangi oleh kedua orangtuanya mengalami kecelakaan. Berbarengan dengan orang tua Tania yang berada didalamnya.

Perusahaan tekstil tersebut bisa dibilang sebagai perusahaan keluarga, Ayah Rere dan Ibu Tania adalah Adik kakak. Mereka berdualah yang melanjutkan perusahaan tekstil. Dengan dibantu oleh Ibu Rere dan Ayah Tania. Rere dan Tania Syok berat ketika mengetahui kenyataan bahwa kedua orang tuanya telah tiada.

Itu artinya, Tania dan Rere tinggal dalam satu atap yang sama. Setelah kematian Rere, Tania tinggal sendiri didalam rumah. Semoga saja tidak ada lelaki yang berpikiran jahat terhadap Tania.

Tania memiliki paras menawan, body seksi, dan wajah yang cantik. Banyak pria yang ingin menikmatinya, namun Tania bukanlah wanita murahan. Dia adalah wanita yang menjunjung tinggi kehormatan keluarga, dan harga dirinya sendiri.

Karena hari yang sudah mulai sore, kami berempat meninggalkan pemakaman Rere. Dan menghampiri polisi yang menunggu didepan pintu gerbang pemakaman.

"Adakah saudara dari korban disini?" tanya salah seorang polisi, dan disamping itu ada banyak wartawan yang menunggu diperbatasan garis kuning.

"Saya pak," jawab Tania, dia mendekati polisi.

"Saya sepupunya pak," sambungnya lagi. Para polisi mengangguk kepala.

"Bisa kita bicarakan dikantor kepolisian?" Tania menatap Klara, dan Klara hanya bisa mengangguk kepala.

"Mari," kami masuk kedalam mobil, dan pergi ke kantor kepolisian untuk memberikan penjelasan atas kematian Rere.

Saat masuk kedalam mobil pun itu tidaklah mudah. Harus melewati kerumunan banyak wartawan. Karena perusahaan yang dimiliki oleh orang tua Rere cukup terkenal dikalangan masyarakat.

"Mba Tania, tolong berikan kejelasan mengapa sepupu mba Tania membunuh dirinya sendiri?" tanya salah seorang wartawan dalam kerumunan orang banyak.

"Mba, tolong berikan kejelasannya mba?" Tania tidak menjawab pertanyaan wartawan tersebut atas perintah dari pihak kepolisian.

Polisi pun merentangkan tangannya sebagai isyarat untuk membiarkan kami masuk kedalam mobil.

Klara, Aldan, dan Shinta naik mobilnya Klara. Sedangkan Tania naik mobil polisi untuk dimintai keterangannya dikantor kepolisian. Kami bertiga mengikuti mobil itu dari belakang, untuk memastikan siapa tau saja Tania membutuhkan bantuan.

📌

Setibanya dikantor kepolisian kami dipersilahkan untuk duduk. Salah seorang polisi menyodorkan bukti visum forensik dari hasil otopsi jenazah Rere.

"Dalam hasil otopsi ini, terdapat pukulan linggis dibagian belakang lehernya." jelas pak polisi sembari menunjuk gambar hasil otopsi tersebut.

Klara tampak terkejut dengan bukti tersebut, ternyata apa yang dikatakan oleh Shinta benar. Rere tidak bunuh diri, melainkan dia dibunuh.

"Bagaimana cara kami menemukan pelakunya pak?" tanya Shinta penasaran.

"Kita harus menemukan buktinya, Yaitu linggis yang digunakan untuk membunuh korban." jelas pak Polisi, menemukan linggis itu bukanlah hal yang mudah. Bagaikan mencari jarum diatas tumpukan jerami.

"Pak, bagaimana pun caranya kita harus menemukan si pelaku." ucap Klara antusias. Shinta dan Aldan hanya mengangguk, sedangkan Tania dia seperti orang yang tidak mempunyai semangat hidup.

"Akan kami usahakan," itulah yang diucapkan oleh pak polisi di akhir percakapan kami.

Kami meninggalkan kantor kepolisian, dan pergi kerumah Tania. Karena dialah yang paling terpukul atas kematian Rere, sepupunya.

"Nanti lu dirumah sendiri gapapa Tan?" tanya Klara sembari menyetir.

"Untuk hari ini kita temenin deh, karena lu masih syok berat kayaknya." ucap Shinta sembari memeluk Tania yang masih terpukul.

Aldan melirik Klara, mereka pun mengangguk sebagai isyarat mengiyakan apa yang dikatakan oleh Shinta Barusan.

"Btw, lu gak pergi kuliah Ra?" Klara hampir lupa kalau dia harus kuliah, tapi tidak ada salahnya mengambil cuti sehari. Tidaklah mungkin dia mementingkan urusan pribadinya disaat sahabatnya sendiri sedang membutuhkan bantuan.

"Enggak, Shin." Bisa saja Klara melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Ferdi. Namun, Klara bukanlah wanita 'egois' yang mengorbankan sahabatnya demi kepentingan pribadi.

Apalagi di masa-masa seperti inilah Tania sangat membutuhkan sahabatnya.

📌

Sesampainya dirumah Tania dan 'kami' turun dari mobil. Tapi, tunggu dulu. Siapa pria yang berada di depan rumah Tania? Sedang apa dia disini? Kita tidak pernah melihatnya sebelumnya. Apa hubungan Pria itu dengan Tania?

"Tan, lu kenal sama cowok itu?" Tanya Klara, dari wajah Tania dia tampak bingung. Sepertinya Tania juga tidak mengenalnya, lalu siapa dia?

"Kagak," Kami pun menghampiri pria itu, dan benar kami belum pernah melihat dia sebelumnya.

Siapa dia? Itu menjadi tanda tanya besar bagi kami. Adakah hubungannya dengan kematian Rere?

*****

Adakah yang penasaran sama kelanjutan ceritanya? 😅

Hayooo...jangan lupa tinggalkan vote dan komennya ya 😂

Tunggu cerita selanjutnya ya, see you next chapter yes ❤

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 07, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Deja VuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang