Chapter 3 : The Cafe

23 8 6
                                    

Pikiran gadis itu masih berkaitan tentang surat yang kemarin ia dapatkan di belakang kaca mobilnya.

Dengan pandangan kosong,ia memutar-mutar malas amplop itu dengan tangannya. Sungguh tak mengerti apa maksud dan isi dari surat itu.

Gagal Paham.

Mungkin itu yang dapat mendeskripsikan pikirannya saat ini.

Kebetulan V sedang berada dirumah sendirian. Megan sedang pergi ada urusan kerjaan. V pun tak tau apa pekerjaan Megan,setiap ditanya Megan hanya akan menjawab 'bukan urusanmu'.

Jika sudah begitu,ia tak mau bertanya lagi. Itu hanya akan membuatnya berdebat panjang dengan Megan.

Megan mengatakan bahwa ia akan pulang larut malam,jadi seharian ini V akan homealone.

Tapi ini bukan yang pertama kalinya V merasakan sendirian dirumah Megan,karena Megan memang sering pulang larut malam demi pekerjaannya. Mungkin hanya saat weekend saja ia berada dirumah.

V yang kini tak tahu akan melakukan apa dirumah yang sangat hening dan sepi itu akhirnya memutuskan untuk keluar,hanya sekedar melihat-lihat jalanan sore ini.

Lengkap dengan pakaian yang serba menutupi identitasnya ia kini mulai menyusuri jalan setapak yang ramai oleh orang lari sore,jalan itu menghubungkan mereka ke taman.

Disana,banyak orang berdagang,lari sore,ada yang berduaan bersama pasangan mereka,ada yang bermain-main dengan keluarga mereka bahkan ada banyak anak-anak yang sekedar bermain disana. Intinya disana ramai.

V membeli minuman kaleng dan beberapa jajanan disana,salah satunya daging dan sosis bakar yang ditusuk berseling. Ia menikmati sore ini di bangku taman yang kosong,bangku itu berada ditengah-tengah taman.

Disisi lain ada sepasang mata menatap setiap gerak-gerik gadis itu,ia menatap sambil sesekali beralih pada ponselnya.

Laki-laki berhoodie itu terus menatap kearah gadis yang duduk sambil menikmati makanannya di bangku taman.

"Ya,dia berada di taman. Seorang diri. Apa yang harus kulakukan?"

Dengan serius lelaki itu berbicara dengan orang diseberang sana.

"Jadi kau hanya menyuruhku kesini untuk memperhatikannya saja?" Tanyanya dengan nada sedikit kecewa."hm,baiklah" lanjutnya.

Sedangkan,gadis yang dimaksud kini tengah melahap daging terakhirnya. Ia cukup menikmati sore indah ini.

Ia segera merapikan headset yang digunakannya ke dalam tas kecil bergambar kucing berwarna hitam di pangkuannya. Setelah itu segera menghabiskan minumannya.

Setelah dirasa cukup ia mulai bangkit dari duduknya,tetapi terhenti karena merasa ponselnya bergetar. Sepertinya,ada yang menelpon.

"Fanwar" ponselnya memunculkan tulisan tersebut. Yang artinya Fanwar menghubunginya.

Mata gadis itu membelalak sekejap,ia sedikit terkejut. Ia juga sedikit ragu ingin mengangkatnya. Dengan perlahan ia 'klik' tombol hijau disebelah kanan.

"Ha-halo?" Dengan gugup V mencoba menyapa terlebih dahulu,kini jantungnya mulai berdetak tidak karuan. Ia benar-benar gugup dan takut,entah kenapa ia juga tidak tahu.

"Halo Virita,ah, maaf sebelumnya bolehkah aku memanggilmu dengan nama panjang mu? Kurang sopan sepertinya memanggilmu hanya dengan sebutan 'V'." Jawab seorang wanita yang tampak tak gugup sama sekali,berbeda dengan apa yang dirasakan oleh V saat ini.

"Ah,em. I-iya terserahmu saja."

"Oke baiklah,ngomong-ngomong kau jangan gugup seperti itu lah. Seharusnya aku yang gugup karena berbicara oleh wakil pemimpin di planet ini. Haha" wanita diseberang sana terkekeh pelan.

World Of Galaxion Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang