Chapter 4

781 85 40
                                    

Sekitar jam tiga sore [f/n] menuruni bus dan berjalan ke arah stasiun dan benar saja ada kuroko di sana. Kuroko memakai seragam musim panas seirin. Sesekali kuroko melihat jam di ponselnya. Iyalah, kuroko sudah menunggu pujaan hati selama sejam. Sungguh lelaki yang setia. Makanya author suka :*

[F/n] yang sedang berjalan tiba-tiba berhenti, dia berpikir apakah ini keputusan yang tepat? Bagaimana jika kuroko benar memutuskannya?

Nai! Nai! Nai! Arienai! Zettai iyada!

Apa yang aku lakukan? Aku gamau putus dengan kuro-kun~ aha! Aku punya ide, aku akan kabur dari sini kemudian mengirim email kalau ayah abis kecelakaan karena terpeleset saat bekerja.. batin [f/n].

-Tiba-tiba ayah [f/n] yang sedang di kantor membawa berkas-berkas terpeleset oleh kulit pisang-

Tapi aku tidak tega jika membuat kuro-kun menunggu~ tidak! Ini demi kebaikan hubungan kami! Batin [f/n].

[F/n] berbalik hendak kabur, tapi..

"Oh, [f/n]-chan kau sudah sampai.." seru kuroko saat melihat [f/n] yang mematung.

"Yokatta~ tadi aku sempat berpikir kau tidak akan datang.." kuroko menghampiri [f/n].

[F/n] medongak menatap kuroko yang lebih tinggi 10 cm darinya, bisa di bilang [f/n] pendek soalnya tingginya hanya 150an :v /plak/

"Kita harus cepat [f/n]-chan, keretanya akan berangkat" seru kuroko menarik tangan [f/n] dan berlari.

"Eh?! Memangnya kita mau kemana?" [F/n] tergesa-gesa karena sambil berlari.

"Nanti akan kuberi tau kalau sudah sampai" seru kuroko.

Mereka memasuki kereta tanpa peduli peraturan untuk tidak berlari saat kereta akan berangkat, pintu kereta langsung tertutup begitu mereka memasuki gerbong kereta.

"Yokatta, untung masih sempat" seru kuroko masih terengah-engah.

"Kuro-kun, memang kita mau kemana?"

Kuroko hanya tersenyum kemudian menggenggam tangan sang kekasih, wajah [f/n] langsung bersemu merah dan membalas genggaman tangan kuroko tanpa kata-kata.
.
.
.
.
.
Dan kini kuroko dan [f/n] sedang menaiki tangga. [F/n] heran kemana kuroko mengajaknya, kenapa pake naik tangga segala. Mana ujungnya masih jauh. Kuroko masih menggenggam tangan [f/n] dalam diam. Dan [f/n] hanya bisa menatap kuroko dari belakang, dia terlalu malu menatap kuroko secara langsung.

Mereka sampai di ujungnya, di sana banyak lampu yang mulai menyala di setiap jalan karena hari mulai gelap. Dari tempat yang tinggi itu dapat terlihat kerlap-kerlip kota di bawah sana, [f/n] kemudian berlari ke arah balkon pembatas dan melihat kota yang ada di bawah.

"Kirei~" takjub [f/n]. Kemudian [f/n] melihat teropong dan berlari ke sana, dia menggunakan teropong dan melihat-lihat ke tempat yang sulit dijangkau.

Kuroko hanya tersenyum tipis melihat tingkah pacarnya.

"Ini kejutan [f/n]-chan" seru kuroko.

"Kejutan?"

Kuroko mengangguk, "selamat untuk hari jadi kita yang ketiga, aku senang"

"Hari jadi?" [F/n] berpikir sejenak dengan ekspresi bodohnya dan akhirnya dia teringat.

Gawat! Aku lupa.. batin [f/n].

"Saat hari sabtu aku tidak bisa bertemu denganmu bukan? Aku meminta saran momoi-san tentang ini, dan dia menyarankan tempat romantis seperti enoshima. Tapi, karena enoshima terlalu jauh jadi aku mencari tempat ini. Dan aku membuat ini sebagai hadiah untuk [f/n]-chan" kuroko mengeluarkan sebuah boneka kecil buatan tangan, boneka itu nampak seperti dirinya.

I'm Jealous, You Know?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang