5: Rough

1.4K 329 22
                                    

Seumur hidupku, belum pernah ketemu cewek segalak Jeon Somin.

Seharusnya aku manggil dia "kak" karena usinya secara resmi lebih tua beberapa bulan dariku. Tapi aku gak merasa berkepentingan buat melakukannya dan dia juga manggil aku abang karena formalitas belaka.

Dia sebenarnya sudah kerja, tapi perusahaanya semacam ada beasiswa atau apa--aku gak gitu nyimak pas dia cerita sama Sera dan Feli--makanya dia kuliah bareng siapa itu nama aslinya, aku ingatnya Oolong doang sama si bang Ji yang jadi bagiannya kelompok Feli sama Minki pas OSPEK.

Gara-gara dia mukulin Namjoon, sekarang aku kepaksa harus menghadap Rektor. Bukannya apa, aku dijadikan saksi soalnya untuk menentukan apa yang akan dilakukan oleh kampus kepada Somin ini.

"Pak, teman saya ini cuma salah paham. Tolong jangan dihukum ya," pinta cewek yang menurutku style dia kayak lebih tua beberapa tahun dari usia aslinya.

Bukan karena make up seperti anak cabe-cabean yang baru masuk SMP, tapi memang fitur wajah dan auranya seperti itu.

Mana si Somin ini kayak gak ada muka bersalahnya udah buat Namjoon masuk rumah sakit dan giginya tanggal. Gila kebayang kalo Dongho berani nolak perasaan dia, gimana nasibnya ntar? Dihajar sampe masuk UGD kali ya.

Iya dia naksir Dongho karena lihat dia jadi komdis pas OSPEK dan makasih permainan bernama truth or dare saat malam setelah OSPEK terakhir terlaksana.

"Jeon Somin," suara pak Rektor membuat lamunanku buyar dan noleh ke arah cewek ini.

"Ya pak?"

Masih aja mukanya gak ada takutnya. Untung kemarin aku gak ikut ditampol sama dia atau beneran anak TI turun buat perang sama TG ini ceritanya.

"Berikan saya alasan logis kenapa saya tidak harus menskors kamu selama sebulan karena telah berbuat keributan."

Tapi dia gak ngomong apa-apa. Bukan karena takut atau apa, tapi dia malah senyum yang bikin aku pusing mendadak.

Tuhan ... kalau jadi pembimbing kelompok OSPEK berakhir kenal model cewek beginian mendingan kemarin aku relain kaktus kesayanganku dibakar Jonghyun sama Dongho deh.

"Jeon Somin!" pak Rektor kayaknya sama pusingnya sama aku deh menghadapi orang semodelan Somin ini.

"Pak, tolong jangan di skors pak. Dia baik kok pak," malah temannya yang merengek buat Somin gak dihukum. "Dia juga anak beasiswa dari kantornya pak. Tolong dikasihani teman saya pak."

"Sooyeon, udah," akhirnya Somin berbicara juga setelah dari tadi diam saja. "Saya tidak akan berbicara untuk tidak diskros. Tapi saya hanya akan berbicara tentang alasan saya sampai menghajar si brengsek ini."

Namjoon yang ditunjuk sebenarnya gak terima, tapi begitu tatapannya bertemu Somin langsung ciut juga nyalinya. Halah, begini yang katanya the next Dongho?

Si Dongho mah gak ngapa-ngapain aja orang udah takut duluan lihat mukanya.

"Saya terus terang tidak terima jika teman saya dihina di muka umum hanya karena wajahnya yang tidak masuk standar kecantikan pada umumnya," Somin menatap langsung ke mata pak Rektor tanpa rasa takut padahal ya rektor Kim Jungkook itu terkenal killer. "Kalau dia masih punya hati, seharusnya dia tidak menghina teman saya. Kalau dia tidak bisa membalas perasaan teman saya, bisa ditolak secara baik-baik bukan?"

Kalau ada yang bisa disamain antara Feli dan Sera sama cewek ini adalah mereka bakalan membela mati-matian orang yang mereka anggap pantas untuk dibela. Soalnya dulu Feli sama Sera kan posisinya juga seperti ini, masuk ruang Rektor karena ada yang melecehkan maba di bawah tanggung jawab mereka.

"Saya akui saya manusia yang emosinya sependek sumbu korek api, tapi saya tahu mana yang perlu dibela mana yang perlu dihancurkan. Dan dia...," Somin menunjuk Namjoon, "dia pantasnya dimusnahkan. Hanya karena dia lelaki, semesternya berada di atas saya dan teman saya jadi merasa superior."

Pak Jungkook tampaknya berpikir keras dan aku tahu dari ekspresinya, ini keputusan finalnya pasti Somin bakalan di skors. Entah beneran sebulan atau mungkin dikorting adi dua minggu.

"Pak Jungkook," aku akhirnya buka suara juga. "Jeon Somin di bawah tanggung jawab saya. Saya seharusnya sebagai kakak pembimbingnya harusnya bisa mengawasinya. Jadi bapak bisa tidak memberikan skors padanya?"

"Dengan jaminan apa dia tidak akan membuat ulah kalau saya tidak menskors dirinya, Minhyun?"

Dia tahu namaku karena dia salah satu dosbingku selain bu Kahi.

"Kelulusan saya," jawabku tanpa berpikir. "Kalau dia membuat ulah lagi, saya siap kelulusannya ditunda satu tahun."

Semua yang ada di ruangan itu langsung menoleh ke arahku dan aku melirik Somin malas.

"Kamu tahu resiko apa yang baru saja kamu katakan?" tanya pak Jungkook sekali lagi karena sepertinya dia gak menyangka mahasiswanya yang lempeng macam aku bisa berani ngomong seperti ini.

"Saya tahu dan saya siap menanggungnya. Jadi saya mohon kebijaksanaan bapak selaku Rektor Fakultas Teknik."

Akhirnya Somin gak jadi kena skors dan begitu keluar dari ruang rektorat, Namjoon disambut sama gengnya sementara temannya Somin yang kalau tidak salah namanya Soo ... halah siapa itu namanya, lupa, malah ngomong terima kasih berulang kali sementara yang ditolong malah tidak tahu diri pergi begitu saja.

Terserahlah. Kalau nanti tertunda lulusnya karena dia buat ulah, masih bisa jadi asisten dosen dan palingan bisa sambil cari-cari lowongan beasiswa S2.

"Bang, saya minta maaf," cowok yang mukanya familiar ini malah mendekatiku dan membuatku mengeryitkan kening.

"Saya tidak kenal kamu."

"Tapi karena saya, abang jadi menggadaikan wisuda."

Lalu akhirnya aku mendengar cerita versi lengkap dan Namjoon gak menyebutkan kalau ini salahnya cowok yang di depanku. Aku menatap Namjoon tajam sementara dia malah mengatupkan tangan tanda minta maaf.

"Minta maafnya jangan sama saya, sama cewek yang kamu buat sakit hati," terus aku pergi karena laper, mau makan di warti.

Tapi langkahku terhenti karena Somin lagi mainan sama kucing dan begitu sadar ada aku, dia berdiri dari posisi jongkoknya.

"Lo harusnya gak usah nolongin gue."

"Bilang makasih dan bayarin gue makan udah cukup."

"Hih siapa lo?"

"Orang yang menggadaikan kelulusannya cuma demi cewek barbar yang gak mengumpulkan fakta secara lengkap sebelum menghajar orang."

Cewek itu mendecih tapi emang ujungnya ikut aku makan di warti. Semua orang menatapku sama dia dengan tatapan penuh tanya saat masuk ke kantin dan aku bisa melihat Selena dari kejauhan tampak kesal.

Ya terus kenapa aku harus peduli? Aku laper dan ada yang bayarin, yaudah.

"Oh iya, gue lupa bilang kalau Dongho gak suka sama cewek galak."

"Ya terserah dong mau naksir sama siapa. Urusannya sama lo apaan ya, Mihun?"

Sialan, namaku beneran diganti jadi Mihun sama ini cewek barbar.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Brute | Hwang Minhyun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang