[bonus] ➖ Brittle

1.3K 265 33
                                    

"Udah gapapa, kamu anak baik kok."

Tapi tetap aja aku nelungkupin kepala di atas meja dan Wendy itu bingung mau ngapain, jadi cuma bisa nepuk pelan puncak kepalaku.

"Tapi aku jadinya anak jahat sama ibuku sendiri, kak."

Aku pikir Wendy bakalan protes karena dipanggil kakak, tahunya, "kamu kan gatau. Bukan salahmu jadi mengambil kesimpulan sendiri."

Aku diam dan aku bisa mendengar suara helaan napas. "Udah gak apa-apa. Seengaknya Somin udah bantu jelasin sama kamu apa yang sebenarnya terjadi sama ibu kamu."

"Tapi aku jahat."

"Kamu anak baik," Wendy berhenti nepuk puncak kepalaku. "Kalau waktu itu kamu gak bilang untuk mereka bercerai aja, ibumu masih bakalan menderita dengan ayahmu."

Aku gak jawab dan Wendy gak maksa buat aku ngomong. Sampai akhirnya aku gak telungkup di meja lagi, tapi mandang dia dengan memelas dan Wendy ketawa ngakak.

"Anjir serius kamu nangis?"

"Ya masa nangis mandang gender?"

Bukannya dihibur, Wendy malah videoin sebelum akhirnya ngasih tisu sambil senyum mengejek. "Yaudah gak apa-apa nangis aja sekarang daripada ntar nangis pas nikahan ibumu dan menerima kenyataan kalau Somin jadi adik tirimu."

"Kakak tiri," koreksiku. "Dia lebih tua beberapa bulan dariku."

"Hahahaha ... kenapa sih kamu pantasnya jadi adik daripada jadi abang?"

"Orang sedih bukannya dihibur malah diketawain. Jahat memang ya kak."

"Jangan manggil kakak!" Wendy jitak aku dan hanya ringisan yang bisa aku suarakan. "Abis gimana, gak kebayang kamu bisa sedih. Mukamu tegar seperti kaktus gitu juga."

"Bully aja aku, hina aja aku."

Wendy malah geleng-geleng kepala melihat kelakuanku sekarang. "Lah malah ngedrama nih anak."

Jadi ini posisiku sekarang ada di rumahnya Wendy. Harusnya aku bantuin ngoreksi TA dia, tapi yang ada malah curhat soal ibuku dan alasannya kenapa gak pernah mau ada di rumah atau mau bercerai. Somin juga bantu jelasin karena aku awalnya gak mau ketemu lagi sama ibuku yang notabene melahirkanku ke dunia ini.

Wendy juga akhirnya tahu karena Somin hampir kehabisan akal buat ngeyakinin aku ketemu sama ibuku. Akhirnya cewek ini sedikit bohong denganku agar aku bisa ketemu ibuku dan baru dua hari setelah kejadian itu aku muncul di rumah Wendy.

Gimana, Minki temen bangsatku yang seringnya babuin aku pas jaman kuliah dari di luar negeri ngurusin apa gak ngertilah itu. Feli sibuk sama pekerjaanya dan kehidupan sebagai pengantin baru bareng Dongho dan Sera sama Jonghyun sama aja, masih jadi pengantin baru.

Pada akhirnya kalau disuruh milih sahabat atau cinta, yang terakhir bakalan jadi prioritas. Karena cepat atau lambat orang-orang bakalan memilih untuk settle up with someone and make priority.

Aelah, sok Inggris ini kepala. Padahal ngomong Inggris aja patah-patah yang sering di bully sama Wendy karena itu anak kan fasih banget.

"Jadi kamu datang ke nikahannya ibumun ntar?" pertanyaan Wendy itu membuyarkan lamunanku dan membuatku memandangnya bingung.

"Harus?"

"Iyalah Minhyun. Kamu biar bagaimana juga anaknya," Wendy kayaknya nahan tangannya biar gak jitak aku. "Terus gak usah nemplok sama meja gitu ah. Mau letakin laptop dari tadi gak bisa nih karena muka sama tanganmu menguasai meja."

"Berarti nemplok di kakak boleh?"

"Mau ditampol pake safety shoe gak Minhyun?"

Aku cuma buat tanda peace dan ujungnya bantuin dia ngoreksi TA. EYD sih yang jelas aku benerin--sebentar, katanya Feli namanya sekarang EBI kalo gak salah--karena kalau soal mesin aku gak gitu paham. Yaelah, Industri mah belajar mesin cuma numpang lewat doang gak kayak Wendy emang jurusannya di mesin.

"Hyun."

"Hmm kak?"

Wendy mendecih karena aku masih manggil dia kakak dan akunya masuh sibuk sendiri benerin bab 1 TA dia. Tapi helaan napas yang aku dengar sebelum dia ngomong, "Mark nembak aku. Gimana nih Hyun?"

"Mark?" aku mengalihkan pandanganku dari layar laptop ke Wendy. "Yang mana?"

"Mark Tuan."

Aku cuma membeo "oh," doang terus malah dipukul Wendy keceng banget yang membuatku meringis.

"Aku kenapa dianiaya sih?"

"Ngasih reaksi apaan kek, ini cuma 'oh' doang," Wendy bersedekap dan aku mengangkat sebelah alisku.

"Jadi aku harus apa?"

"Tauk ah. Terserah kamu."

Yaudah aku beneran gak ngomong apa-apa terus malah Wendy ngambek. Gimana sih, katanya tadi terserah tapi giliran didiemin ngambek.

Maunya apa coba?

Maunya apa coba?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Brute | Hwang Minhyun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang