FRIENDSHIT Part 2.2

1.1K 35 4
                                    

Jam pelajaran pertama dimulai, terlihat di antara dua pintu yang sudah tidak layak pakai itu seorang guru masuk dengan seorang murid. Ya, nama gurunya adalah Bu Sahroni. Biasa gue panggil Busah. Dia adalah guru yang posisi di sekolahannya sebagai kesiswaan. Biasanya, Busah ini suka membawa murid baru. Bahkan, pernah Busah membawa murid baru lahir. Tapi pas ditanya itu bukan murid, tapi anaknya yang baru lahir.

"Ya anak-anak, ibu membawa anak baru." Ucap Busah.

"Anak baru lahir bukan bu?" jawab Bokir, orang paling gila di kelas.

"Enak aja, maksudnya ini murid baru. Namanya Anung." Jawab Busah memperjelas.

Murid baru ini sedikit aneh, kepalanya botak sebelah, kacamatanya bolong sebelah, dan ingusnya pun meler sebelah. Badannya gendut, tapi warna kulitnya item, sedikit ungu.

Karena ga terima, gue protes aja.

"Tapi kan bu, kelas kita sudah penuh, tidak ada kursi yang tersisa." Jawab gue dengan nada yang tegas.

"Itu di luar ada kursi, tadi ibu bawa." Jawab Busah sambil mengambil kursi itu.

Ternyata, kursi itu adalah kursi yang paling nyaman, karena empuk layaknya sofa.

"Bu, enak amat itu kursinya empuk." Ucap Homen, orang paling ga bisa diem di kelas.

"Kata siapa? Walaupun ini kursinya empuk, tapi butuh berjuang karena harus belajar dan tidak tidur. Soalnya banyak di luar sana, orang yang dikasih kursi empuk, eh malah dipake buat tidur." Ucap Busah. *Ceritanya penulis lagi nyindir dan bikin pesan moral.

Semua murid yang ada di kelas langsung terharu, bahkan ada yang sampai nangis meratapinya. Gue pun heran, kenapa gue ada di kelas yang kayak gini ya? Gue ngeliat Qucli si manusia garing. Dia nangis, tapi yang dikeluarkan bukanlah air mata, melainkan debu dan batu kerikil. Mungkin saking garingnya.

FRIENDSHIT Episode 2Where stories live. Discover now