Tak seperti biasanya, suasana pagi hari ini begitu cerah. Sinar matahari menerobos melalui rerimbunan daun yang sebentar-sebentar bergoyang tertiup angin. Hembusan udara yang menambah kesejukan semakin membuat Ferdy malas untuk bangun dari tidurnya. Selimut yang sempat terlepas dari sebagian tubuhnya pun, perlahan-lahan ia tarik kembali dan menyelimuti seluruh tubuhnya hingga ke bawah dagu. Tak ada jam beker lagi yang mengingatkannya untuk bangun pagi. Sudah beberapa jam beker rusak karena ketika jam itu berbunyi, Ferdy langsung melemparkannya supaya tak berbunyi lagi. Setelah itu, Ibunya pasti akan masuk ke kamar dan berteriak, "Ferdy, bangun! Kamu kesiangan lagi!"
Byurrr .... seember air akan mengguyur mukanya dan dengan bergegas ia akan bangun sambil mengusap wajahnya. Itulah ritual yang sering kali mewarnai kehidupan Ferdy, seorang pelajar di salah satu SMU favorit di kota Surabaya.Kebiasaan Ferdy inipun merembet ke temannya yang akhirnya mempunyai kebiasaan untuk meminjamkan buku catatannya ke Ferdy. Sehari saja tidak masuk sekolah, maka Ferdy harus begadang untuk menyalin catatan tersebut. Begitu seterusnya tanpa bosan. Kadang-kadang, salah satu teman dekat Ferdy, Dody namanya, bertanya-tanya karena penasaran dengan kebiasaan Ferdy yang parah ini.
"Tadi kamu nggak masuk lagi, Fer. Kenapa?" tanya Dody sambil menyodorkan buku tulis.
"Nggak, kesiangan tadi," jawabnya santai dan membuka-buka buku catatan Dody. Kerut di wajahnya semakin menjadi-jadi dan dengan cepat-cepat ia membuka halaman demi halaman.
"Kenapa, Fer? Wajahmu kok aneh?" tanya Dody penasaran.
"Sebanyak ini catatannya? Ya ampun, Dod ... sehari saja sudah segini banyak catatannya? Aduhh ...!!" gerutu Ferdy.
Dody menatap Ferdy sambil cengar-cengir. Memang sih Ferdy itu pintar, tapi ia tidak disiplin. Kadang kala, justru yang membuat nilainya kurang maksimal adalah karena ia tidak pernah mengumpulkan tugas tepat waktu. Padahal jika sudah dibagikan, pasti tidak ada jawaban dari Ferdy yang salah.
"Masa sih kamu baru tahu kalau Pak Ratman itu suka memberi catatan? Kamu sih nggak masuk sekolah juga hari Senin, mana ada upacara bendera lagi!" kata Dody menjelaskan.
Ferdy menggaruk-garuk kepala sambil pasang muka malas. Jelas saja Ferdy akan tambah malas karena ia harus mengganti semua catatan sebanyak itu malam nanti.
"Aku heran deh, sebenarnya kamu nggak pernah masuk kenapa sih? Masa kesiangan terus?" tanya Dody yang semakin penasaran dengan sikap Ferdy. Masa dari dulu selalu kesiangan dan nggak ada perubahan sama sekali.
"Kalau hari ini tadi, sebenarnya aku memang sengaja nggak masuk. Kalau kemarin itu, aku memang bener-bener kesiangan," jelas Ferdy.
"Loh? Sengaja? Untuk apa coba? Biar Ibumu ada kegiatan pagi untuk mengguyurmu pakai air, jadi kamu nggak perlu mandi gitu ... hehe," kata Dody sambil tertawa. Ferdy langsung menjitak kepala Dody dan geregetan dengannya karena rahasia Ferdy yang sering diguyur air akhirnya terkuak juga.
"Bukan itu," kata Ferdy pendek.
"Lantas apa? Eh, kamu sering nggak masuk lho ... masa kamu akan selalu sengaja nggak masuk sekolah? Rugi donk!" Dody semakin gencar mengorek rahasia Ferdy. Ferdy cemberut sesekali dan wajahnya tampak cemas.
Ferdy ingin menceritakan kepada Dody apa yang menjadi alasannya sering nggak masuk sekolah, tapi ia ragu. Sesekali, Ferdy ingin mencoba memulai cerita, tapi terhenti ... suara seolah-olah nyangkut di tenggorokan. Kalau sudah ada bunyi tokek, pasti Ferdy sudah bilang, "Cerita .... enggak .... cerita .... enggak .... cerita .... enggak ...," sampai bunyi tokek itu berhenti.
"Eh, Dod, tadi Vina masuk nggak?" tanya Ferdy dengan tiba-tiba. Dody kaget dan spontan langsung menggoda Ferdy.
"Hayooo .... kamu nggak masuk karena pusing mikirin Vina ya? Vina memang cantik kok dan belum ada yang punya lho?" goda Dody sambil ketawa-ketiwi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen Remaja
Ficção AdolescenteRemaja itu hidupnya penuh semangat, enerjik, dan "warna-warni". Nikmatilah dengan kejujuran dan keterbukaan untuk mendapatkan relasi yang baik.