Bagian ke-1

20 2 0
                                    

Dua pasang kaki melangkah memasuki kawasan taman, dengan wajah yang berseri-seri, keduanya menduduki bangku di dekat pohon rindang sehingga panas terik siang itu terhalang oleh dedaunan.

"Panas banget." Kata seorang perempuan dengan rambut lurus jatuh di punggung yang di kucir kuda. Lima jemarinya yang lentik bergerak-gerak di depan wajah-- mengipasi wajahnya yang berpeluh, sedangkan yang laki-laki hanya tertawa dan ikut mengipas-ngipasi wajah perempuan di hadapannya dengan kedua tangan.

"Aku mau beli ice cream dulu ya?"

"Kamu itu to the point banget sih Arkan!"

Cowok yang dipanggil Arkan itu tersenyum, "Kalo basa-basi dulu, nanti keburu basi."

Sheila, sang perempuan yang bersama Arkan itu mendengus, memukul lengan Arkan, "Rese banget sih kamu jadi pacar! Jadi kesel."

Sontak tawa Arkan menyembur, "Emang aku harus ngapain biar kamu gak kesel?" Arkan menaikkan satu alisnya.

"Ya apa kek, kayak di film-film."

"Dasar!" Arkan mendengus, meskipun tak urung senyumnya masih tercetak jelas di bibir ranumnya, "makanya jangan nonton film mulu."

"Setidaknya, nonton film ada pelajarannya dari pada main game," ujar Sheila, terang-terangan menyindir cowok yang posisinya sedang duduk di samping kanannya .

"Yee, main game juga ada pelajarannya kali."

"Apa?"

"Biar jago fight,"

"Dasar! Udah ah, sana! Katanya mau beli ice cream."

Arkan mengangguk, lalu beranjak. Namun, sebelum benar-benar pergi. Cowok itu sempat mengacak-acak rambut Sheila dengan tangan kanannya sambil berkata, "Jangan kemana-mana, nanti kamu diculik, berabe."

Sontak hal itu mendapat pelototan Shiela, "Dikata anak kecil apa?"

(Not) AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang