"Shil, aku macarin dia itu cuma karna taruhan!"
Emosi Sheila tersulut begitu kalimat itu terlontar dengan mudah dari mulut Arkan. Sedikit Sheila terkejut, terkejut akan pernyataan yang begitu memilukan.
"Terus lo iyain?" Tanya Sheila begitu keterkejutannya tersamarkan, "Lo nggak mikir apa, perasaan cewek yang lo pacarin cuma karna taruhan itu gimana?" Sambungnya.
"Shil, please ..."
Sheila menghela nafas sebelum kembali berujar, "Apa lagi yang mau lo harapin dari gue. Kita- oh! tepatnya gue dan lo sekarang udah putus."
Pernyataan itu seolah menampar Arkan, ia tak mampu berkata-kata setelah pernyataan itu keluar dari bibir Sheila.
"Oke, aku terima kalo hubungan kita berakhir gitu aja--,"
"Hubungan kita gak berakhir gitu aja. Inget, lo yang bikin hubungan kita jadi gini Ar!" Sheila memotong ucapan Arkan.
Arkan menghela nafas, "Oke, aku tau ini salah aku. Tapi aku harap hubungan kita baik-baik aja setelah ini. Plis jangan cuekkin aku selama kita di sekolah! Setidaknya, meskipun hubungan kita gak bakal balik, jadi temen lebih baik daripada mantan."
Sheila mengangguk, mencerna baik-baik perkataan Arkan.
"Gue nggak bisa janji Ar, tapi gue bakal berusaha."
THE END
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Again
Historia CortaAkan kah hatimu masih menerima kesalahan yang terus berulang? Jika iya, apa kamu bisa memprediksi bahwa kedepannya, seseorang yang mengatakan bahwa ia akan berubah, tidak akan mengingkari janjinya? Jika tidak, bisa kah hati mu berpindah ke lain hati...
