2. Di Rumah Usang Itu

91 9 36
                                    

Wrote: 28 Rajab 1439 H
By: Humma Awaliyah

***

“Kelas XII—Elite itu kelas yang isinya murid berprestasi semua. Prestasi yang mereka raih mulai dari Academic sampai non-academic, disana ngga ada yang pernah dapet nilai 70, paling kecil itu nilai 80 dan biasanya yang dapet nilai sekecil itu ya para atlit.”

“Kelas XII—Elite juga dikenal dengan kelas yang memposisikan tempat duduk mereka melalui nilai tes ujian di hari pertama masuk sekolah. Nilai tes itu juga yang menentukan jabatan ketua, wakil, sekretaris, dan bendahara dijabat oleh siapa dan siapa. Selain itu semua penghuni XII—Elite adalah keturunan Jepang asli, tidak ada yang berdarah campuran.”

“Selama 2 tahun bersekolah di sekolah ini, kehidupan mereka selalu dihiasi dengan persaingan untuk menjadi juara, namun selama 2 tahun kemarin posisi 3 besar tidak pernah bergeser, adalah Sakamoto Mikoto yang selalu menempati peringkat pertama, di posisi kedua ada Akino Hana rival dari Mikoto, dan posisi ketiga itu aku, Okizawa Naoto.”

“Akhirnya, semua posisi tergeser sejak kehadiranku, ya?"

Naoto menoleh ke belakang,memperhatikan wajah mendung dari gadis berkhimar yang sedari tadi mendengarkan penjelasannya, “Ngga semua sih,” Laki-laki itu mendesah, “Si Mikoto itu buktinya, dari kemarin dia kalem aja tuh ngga pindah-pindah posisi,”

Gadis dibelakangnya mulai tergelak, “Dia memang pintar!”

“Banget,” tambah Naoto, “Dengan kepintaran yang luar biasa, kenapa dia ngga mau ikut percepatan, ya? Bisa aja dia jadi dosen muda kan? Aneh...”

“Pasti dia punya alasan,” balas gadis itu, memahami rasa heran yang dirasakan oleh lelaki di depannya.

“Yeah,” Naoto mengangguk-angguk, “Kaya kamu ya, ke Kansai ini pasti ada alasannya'kan? Ngga mungkin cuma buat ngajak aku kencan—Aw!” Naoto merasakan hantaman keras di punggungnya, dan jelas itu berasal dari pukulan menggunakan tas dari gadis di belakangnya.

“Siapa yang ngajakin kamu kencan,  huh?!” gerutu gadis itu, suaranya mengeras tidak seperti biasa, dan itu justru meledakkan tawa Naoto.

“Maaf, maaf...” ucapnya, dengan sedikit membalikkan badan menghadap gadis di belakangnya.

Langkah kaki mereka masih terdengar melewati sepanjang jalan setapak, diiringi dengan perbincangan mereka yang kaya akan gelak tawa, tampak langkah si gadis mulai terhenti ketika sepasang kakinya membeku di depan rumah usang tak berpenghuni.

“Kenapa?” tanya Naoto, saat menyadari gadis yang tadinya berjalan di belakangnya kini terpaku tanpa kata, atau bahkan tanpa seulas senyum di wajahnya, yang didapati oleh Naoto dari raut wajah gadis itu hanyalah sendu.

“Kita sudah sampai,” gadis itu menjawab, seraya kakinya yang dibaluti untaian kain panjang kembali melangkah untuk memasuki area rumah itu.

Naoto memperhatikan papan berdebu yang terpasang pada dinding halaman, dari papan itu ia dapat mengetahui bahwa penghuni rumah usang ini adalah keluarga Hujiwara, namun dilihat dari kondisi rumah ini sekarang Naoto ragu jika penghuninya ada di dalam. Lalu, apa yang gadis itu lakukan di sini?

Naoto memperhatikan gerak-gerik gadis yang sedang mengetuk pintu rumah di depan mereka, dan tentu saja tidak ada yang menyahut dari dalam. Aneh...  Batinnya, kemudian mendekati gadis itu yang tengah mencoba membuka pintu.

“Dasar ngga sopan, jangan buka pintu rumah orang sembarangan!” tegur Naoto, namun gadis itu tampak tak peduli dengan apa yang ia katakan, bahkan gadis itu berhasil mendobrak pintu tua di hadapannya, “H-Hey, aku tidak jauh-jauh menemanimu ke Kansai hanya untuk mencuri ya!”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 24, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang