5 - Tn. 19 Triliun Rupiah.

4.4K 546 54
                                    

"Prill, aku tak pernah berhubungan lebih dengannya. Dan aku yakin itu bukan anakku."

Prilly menaikkan satu alisnya "Kalau bukan anakmu, berarti—"

Ali tertawa hambar. Harusnya ia menyadari ini sejak lama "Jalang sialan, ternyata dia main di belakangku waktu itu,"

"Ali, kau masih mencintanya?"

Ali menoleh cepat. "Tidak. Justru sekarang aku sangat membenci jalang itu Prill—tunggu, memangnya hipotesis mu tadi, benar?"

Prilly mengangguk "Aku itu dokter, aku teliti dengan keadaannya, lagian aku tak habis fikir. Seharusnya ia lebih memakai pakaian yang tertutup. Bukankah orang juga bisa berfikiran sepertiku?"

Ali terkekeh "Wanita di sini jalang semua Prilly, mana mungkin—"

"Aku salah satunya yang berada di sini Ali!"

"Ups, kecuali kau, cantik."

***

Ali sudah siap di balik kemudinya. Suara kendaraan sudah mendominasi di setiap telinga masing-masing.

"Ali kau kenapa mengajakku sih?"

Ali menoleh "Memangnya kenapa?"

"Aku. Takut."

Ali terkekeh. "Payah."

Dan dua detik setelah itu seorang wanita berpakaian sangat minim membawa bendera ke tengah. Rupanya pertandingan itu akan segera dimulai.

"One.. Two.. Go!"

Dan setelah hitungan terakhir, mobil ali telah melesat cepat menjauhi titik awal. Prilly menutup matanya rapat-rapat. Mobil Ali benar-benar membawanya dengan kecepatan melebihi apapun.

"Prill, ayolah buka matamu, kau payah sekali,"

Setitik air mata jatuh dari matanya. Prilly takut. "Sudahlah, kau urusi saja mobilnya, jangan mengajakku mengobrol. Atau kita akan celaka. Aku tak siap mati untuk sekarang."

Ali terkekeh dan tetap mempercepat laju mobilnya. "Buka matamu Prill,"

"Aku. Tidak. Mau." Ejanya cepat.

"Buka,"

"Tidak,"

"Buka,"

"TIDAK."

"Buka,"

Prilly menyerah.

Ia membuka kelopak matanya dan "Wow," matanya tak lepas dari jendela mobil Ali.

Ini menakjubkan. Cahaya dari lampu yang tersebar di sisi arena balapan terlihat seperti ekor meteor. Berwarna-warni dan berkilauan. Prilly membelalakan matanya, ia menyesal tak melihat pemandangan itu dari awal.

"Yes, aku yang menang," desis Ali. Prilly menoleh. Ia baru menyadari bahwa mobil Ali telah sampai pada titik finish.

Ali turun diikuti Prilly.

Ali mengangkat tangannya bangga "Oke, berikan hadiahku sekarang juga,"

Seseorang itu mengangguk dan mengeluarkan kunci mobil beserta wanita seksi di sampingnya. Prilly memutarkan bola matanya jengah. Rasanya tempat ini benar-benar dipenuhi oleh para jalang.

"Seperti biasa, kau mau mobil keluaran terbaru ini, atau wanita yang bisa melayanimu—"

"Aku pilih mobilnya. Oke serahkan kuncinya, aku tak punya banyak waktu," Ali semakin mengeratkan genggaman tangannya kepada Prilly.

Riuh orang-orang di tempat itu semakin terdengar. Mereka tak menyangka, Ali yang selalu memilih wanita atas kemenangannya, kini, ia memilih opsi yang lain. Itu sungguh aneh untuk ukuran seorang Ali Syarief. Ia seorang pemuda kaya raya. Ia bisa membeli mobil keluaran terbaru kapanpun itu.

Perfect QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang