3 - Princess.

4.8K 607 23
                                    

 Ali benar-benar serius. Maksudnya, Prilly benar di bawa ke kamarnya. Ah, lebih tepatnya kamar luas miliknya. Prilly pikir, berdiam di kamar seperti kamar Ali, sudah cukup dibanding berliburan dan berdesak-desakkan di luar sana. Selain luas dan nyaman, kamar Ali menghadap langsung pada keramaian kota. Sore hari, di lantai 6, terlihat sekali mobil-mobil di tengah jalanan yang amat sesak itu, lampu-lampu jalan sudah dinyalakan, disertai gemercik air hujan. Tentu saja ini sangat menakjubkan. Kaca bening yang Ali bilang tadi, membuat Prilly tidak ngeri. Katanya, ribuan peluru tak bisa mengancurkan kaca besar kamarnya. Persis, kaca anti peluru.

Yang jadi pertanyaan "Kenapa kau memasang kaca anti peluru di kamarmu? Memangnya ada yang ingin menyia-nyiakan waktunya untuk sekedar menjahatimu?"

Ali terkekeh, tanpa mengalihkan pandangan dari tablet tipisnya "Kau keliru Dokter Seksi, kau belum tahu bagaimana persisnya aku, dan kaca hebat di kamar ini—tepatnya persembunyian ini, itu hanya sekedar antisipasi, bila saja sesuatu terjadi padaku,"

"Ah, aku belum tanya pekerjaanmu apa, kau pastilah lebih dari pengusaha tambang emas," tebak Prilly asal.

"Ya aku pengusaha Prilly, kau harus berbangga kepadaku karena aku membangunnya dari nol. Kau harus jatuh cinta padaku!"

Prilly mendengus "Enak saja, aku tidak ingin cepat jatuh cinta seperti itu, memangnya aku wanita matre? Aku punya banyak uang, kau jangan lupakan itu!"

"Ah maksudku bukan kesitu Prilly, maksudku, perjuanganku, jangan lihat hasilnya, kau lihat prosesnya Bu Dokter Seksi, kau pasti terpana padaku, selain dari ketampananku pastinya,"

Prilly terkekeh, padahal tidak ada yang pas untuk ditertawakan "Terserahlah. Aku jadi ingin tahu, kau pengusaha apa?"

"Apa saja, ah kau juga harus mengetahui ini. Oke, aku sangat pandai memasak nasi goreng, aku juga sangat pandai menjinakkan bom, kode keamanan dan aku harap, hatimu juga,"

Prilly tertawa, terbahak, ini sangat lucu. Ali hanya bergurau, ia yakin itu. Ali tak mungkin menyukai dirinya dalam waktu cepat "Berhenti bergurau Ali,"

"Itu sungguhan Prill, ah kemari, aku tadi sudah bilang mau menunjukan sesuatu padamu, keramaian kota sore hari memang menakjubkan, tapi kau akan lebih terkesima melihat ini," Ali menginterupsi agar prilly beranjak dari tempatnya, mendekat ke arah Ali yang berada tiga meter darinya.

Prilly menegang. Apakah Ali akan mengungkapkan perasaannya? Jangan omong kosong, Ali sudah paket sempurna. Tetapi jika benih cinta itu belum muncul untuk apa ia menerimanya? Prilly tak ingin mengecewakan Ali lantas hubungan mereka menjadi tak baik, sebelum mereka memulainya. Tapi Prilly masih ingin bersamanya. Dunia Ali menurutnya sangat menarik. Penuh dengan misteri.

Prilly menggeleng, kenapa pikirannya jauh sekali? Beberapa detik kemudian ia telah memposisikan dirinya berada tepat di samping Ali. Tapi Ali menggeleng, menyuruhnya duduk di kursi yang berhadapan dengan dirinya.

"Oke Prilly, say cheese," Ali menginterupsi, memposisikan kamera tablet itu persis menangkap wajah cantik Prilly.

"Hah?"

Ali terkekeh melihat respon terkejut dan ekspresi Prilly secara tiba-tiba. Itu sangat lucu. "Say cheese!" ulangnya.

Prilly tersenyum ragu, tapi tetap cantik, dan imut "Cheese!"

Ali tersenyum senang melihat foto cantik Prilly. Sepersekian detik setelahnya, foto itu telah terpajang menjadi walpeper dan lockscreen tabletnya. Tak apa, itu hiburan. Bisa jadi esok lusa membuatnya semangat melihat senyumnya—meski hanya sebuah foto.

Ali mengutak atik tablet itu sebentar dan "Clear!" serunya senang.

"Sebenarnya untuk apa sih itu?"

Perfect QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang