4 - Princess Vita Lamora.

4.2K 537 24
                                    

"Hei, kau jangan marah begitu. Maksudnya namanya itu Princess Vita Lamora, aku memanggilnya Vita. Kebetulan nama panggilanku padamu sama dengannya. Ah ayolah, kau jangan marah, kemari Prilly."

Prilly mendengus. Terserah apapun itu alasannya "Aku hanya ingin pulang, ah, untungnya mataku sudah terdaftar,"

Bip.

Pintu kamar Ali terbuka.

"Prilly, itu hal sederhana, kau jangan marah. Oke aku minta maaf, tapi aku benar-benar tidak bermaksud, ah kau jangan pergi dulu Bu Dokter, di sini jarang ada kendaraan melintas,"

Prilly mengabaikannya, lebih memilih melanjutkan langkahnya. Ali terus berseru, agar Prilly urung.

Hap.

Dengan cekatan Ali meraih jemari Prilly dan ditariknya sehingga pemilik jemari itu persis pada pelukannya.

"Kau cemburu ya?"

Kalimat itu sungguhan membuat pipi Prilly memerah "Enak saja," dan melepaskan pelukannya.

"Kau belum move on. Aku yakin itu,"

Ali terkekeh "Belum move on apanya? Aku telah membencinya, katanya, kalau pacaran, putus, terus ujungnya saling benci, itu berarti mereka sudah move on,"

"Lawakanmu lucu sekali tuan! Kata siapa? Yang diucapkanmu tadi itu sebaliknya. Itu yang benar,"

Ali mendelik "Masa? Memangnya dokter sesibuk kau pernah berpacaran?"

Pipi Prilly menggembung merah. "Pernah!"

Ali menyeringai, "Kapan? Berapa lama?"

Prilly memutarkan bola matanya. Dia kepo sekali. Tapi Prilly tetap memberitahunya.

"Sewaktu SMP, 3 minggu,"

Ali berkedip sekali "Sungguh?"

"Ya,"

"Kau anggap mantan?"

"Iya,"

"Astaga, kau sangat lucu, memangnya itu sungguhan berpacaran? Atau siklus menstruasi?"

"Memangnya kau berpacaran dengan si Vita itu berapa lama?"

Ia berdeham bangga "15 bulan,"

"Itu pacaran? Atau cicilan motor?" sewot Prilly.

Dua detik hening dan detik berikutnya Ali habiskan dengan tawanya yang membahana. Ia pikir ini benar-benar sangat lucu. Tetapi Prilly lain lagi. Ia malah memutarkan bola matanya jengah. Selera humornya sangat rendah.

"Aku mau siaran langsung Ali," Prilly mengingatkan. Lantas, tawa Ali mereda.

"Oke, oke. Mari kita bergegas ke rumahmu. Aku tak sabar ingin meminta izin kepada calon mertuaku, dan-"

Prilly melotot dan menginjak kaki Ali sangat keras. Ali melupakan sesuatu, bahwa tak semua wanita lemah. Buktinya kekuatan Prilly sudah seperti tenaga badak. Kuat dan membuatnya meringgis kesakitan.

***

Prilly menghembuskan nafasnya lega. Acara siaran langsung itu berjalan mulus seperti biasanya. Waktunya pulang. Ia benar-benar lelah hari ini. Prilly mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Ali. Katanya, Ali berjanji menungguinya dan mengantarnya pulang. Prilly tersenyum mengingat itu. Sikap Ali memang manis. Tapi Prilly menggeleng. Ali hanya orang asing yang baru memasuki hidupnya. Tak lebih dan kurang.

"Hei, tadi aku ke toilet sebentar, Bu Dokter, kau benar-benar keren! Aku melihat gaya bicaramu yang ah, menurutku kau Dokter limited edition di muka bumi ini!" Ali benar-benar mengejutkan Prilly. Tapi Prilly menggeleng mendengar kalimat yang menurutnya sangat berlebihan.

Perfect QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang