Janji Yang Terlupakan

208 8 13
                                    


Malam itu. Terdengar suara gaduh di rumah ku, suara tersebut membuat ku seakan gemetar dan jantung berdebar kencang. Diriku hanya bisa berbaring di kasur sembari mendekap di balik bantal mencoba menutupi kuping ku berharap tak ada suara apapun terdengar ke telinga ku.

"Kau!! Kenapa kau selingkuh!!! Padahal aku sudah susah payah mengurus anak mu yang pemalas itu!! Tapi kenapa kau selingkuh!!"

"Siapa yang selingkuh!!? Apa kau punya bukti jika aku memang slingkuh? Mana!!? Mana!!? Apa kau punya bukti!!?"

Suara itu terus terdengar dari kamar ku. Ayah dan ibu tiriku, mereka seakan saling mencaci maki bahkan terkadang terdengar suara tamparan serta bantingan barang, yang membuat aku semakin takut. Tak kuat, terkadang aku pun meneteskan air mata dari balik bantal yang ku dekapkan ke kepala ku.

Perlahan suara gaduh mulai sedikit reda. Suara isap tangis ibu tiriku pun terdengar di telinga ku. Tak lama pula ayah ku datang ke kamar ku.

"Putri.. Cepat kemas barang barang dan pakaian mu nak.. Kita akan pergi ke rumah nenek" ucap lembut ayah ku dari pintu kamar ku yang terbuka.

Mendengar ucapanya, aku pun bangkit dari kasur ku dan coba mengemasi pakaian dan barang barang ku ke dalam tas.

"Kenapa ya.. Bisa begini..?"

Hati ku seakan terus menerus bertanya apa yang terjadi saat ini.

"Putri, apa sudah selesai?" tanya ayah ku sambil menyeret kopernya keluar rumah.

Di sisi lain aku hanya terdiam sambil terus menyusun pakaian ku ke dalam koper.
Setelah selesai ku pun bangkit dan berjalan keluar kamar sembari menyeret koper ku. Betapa kagetnya aku melihat keadaan rumah yang berantakan kaca kaca berserakan di mana mana dan barang barang bercampakan di lantai. Seakan tak kuasa ku hanya bisa menggit bibir ku dan kembali berjalan keluar rumah dengan amat lemas seakan tak bertenaga. Disaat akan keluar ku melihat ibu tiriku terduduk di sofa sambil menangis dengan kedua tanganya yang menutupi wajahnya seakan tak ingin ada yang melihat wajah sedihnya. Diriku yang tak mampu berbuat apa apa ini hanya bisa meliriknya tanpa tau apa yang harus ku lakukan.
Sesampainya di depan rumah nampak ayah ku yang sudah memarkirkan mobil di luar gerbang rumah ku. Dengan raut wajahnya yang nampak kesal ku hanya bisa merunduk tak mampu menatap apapun bahkan sekeliling ku.

"Kenapa lama put?" tanya ayah ku sambil menyetarter mobil.

"Enggak apa apa.." balas ku dengan suara pelan.

"Ya sudah masuk cepat, sudah malam, tidak ada waktu lagi.."

Pintu mobil pun ku buka, ku masuk mobil dan duduk di samping ayah ku.

"Duarrr.."

Ku tutup puntu mobil dengan membantingnya, seakan menggambarkan emosi ku saat itu. Di sisi lain ayah ku hanya menatapku dengan sedih seakan merasa bersalah.

Namun semua itu sudah berlalu, kini ku sudah bahagia tinggal di rumah nenek ku, dan ayah ku memutuskan untuk merantau.
Akhirnya, akupun menempuh hidup baru.
Tiga hari setelah kejadian malam itu. Ayah ku memutuskan untuk memindahkan ku kesekolah baru, di karenakan jarak yang jauh dan juga untuk menghindari agar aku tidak bertemu dengan ibu tiri ku di sana.
Dan tepat besok adalah hari pertama ku masuk ke sekolah baru. "SMA Karya", Kabarnya sekolah tersebut adalah sekolah elite, mendengar itu aku pun begitu senang karena untuk pertama kalinya aku dapat masuk ke sekolah elite. Walaupun sekolah tersebut milik swasta. Tapi untungnya nenek ku termasuk orang yang mampu dan dia bilang aku tak perlu memikirkan biayanya. Mendengar itu sontak aku semakin tak sabar untuk masuk ke sekolah itu. Sangking senangnya akupun tak bisa tidur membayangkan apa yang akan terjadi esok, apakah hidup ku akan berubah atau malah tidak bergerak sama sekali. Dan.pada akhirnya aku pun tidur larut.

JANJI?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang