Sendiri..
Aku tersontak. Tak kah aku cukup tuli mendengar perkataanmu tadi ?
Tunggu, aku benar-benar mendengarnya. Mencerna kata sendiri itu dalam-dalam.Kau pergi dan aku terdiam.
Mengapa memilih kata sendiri? Padahal aku tau, kau menyukai setiap hal yang kita berdua jalani bersama. Iyakan?
Mengapa memilih sendirimu? Saat bunga-bunga yang pernah kau tanam telah bermekaran dengan indahnya.
Mengapa memutuskan sendiri? Bukankah malam hari sangat cantik ketika bulan ditemani oleh bintang?
Bolehkan aku bertanya lagi?
Mengapa memilih sendiri ? Padahal hatimu menolaknya dengan keras.
Ternyata, tegarku terkalahkan dengan ego-mu. Sabarku telah tersingkirkan oleh menyerah-mu. Duka yang ku terima sudah sangat cukup. Tapi mungkin menurutmu belum, dan kau menambahnya lagi dengan--pergi.
Maka kali ini, ku rasakan ucapan selamat tinggal indahmu.
Jangan khawatir, karena kamu----akan menjadi patokan bahagiaku.Selamat tinggal, sosok yang pergi tanpa menyertakan alasannya. Terimakasih pernah singgah :) salam untuk sosok-sosok dihatimu berikutnya.
-M-
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Diary
PoesíaTulisan-tulisan yang mengambarkan isi hati ketika mulut tak mampu berbunyi.