Delapan

395 36 9
                                    

Ira menatap meja kerjanya dengan alis yang terangkat sebelah. Ia memastikan lagi dengan apa yang ada di atas mejanya.

Lalu untuk memastikan, ia mengambil benda cantik nan harum berwarna merah yang terbungkus plastik putih itu dengan hati hati. Disana ia menemukan secarik kertas. Berharap ia bisa menemukan informasi tentang siapa pemberi benda cantik itu.

'Jangan heran jika melihat bunga cantik ini menangis. Ia menangis karena melihatmu yang lebih cantik darinya'

To: Angel in my live, Ira.

Ira tersenyum dengan kata" yang ada di secarik kertas itu. Ira bertanya tanya, siapa yang memberikan sebuket mawar merah ini. Ah, sudahlah ia akan menyimpannya di vas bunga yang berisi air dan menaruhnya di atas meja kantornya.

Senyum puas tersemat di bibir lelaki yang melihat Ira tersenyum sambil mencium dan menatap bunga pemberiannya.

"semoga kamu suka Ra" gumamnya lalu mulai fokus pada berkas berkas yang ada di meja kerjanya.

***

Ira mengetuk pintu ruangan Gara. Lalu perlahan masuk dan menghampiri Gara.
' ternyata dia sudah datang lebih dulu. rajin amat' batin Ira.

"ini berkas yang kemarin belum sempat bapak tanda tangani." ucap Ira sambil menyerahkan dokumen yang ia bawa.

"oke. letakkan di situ saja" jawab Gara sambil menunjuk ke meja dengan dagunya.

" emm, bapak mau saya buatkan kopi atau teh?" tanya Ira.

" kopi saja, dan tanpa gula"

"baik, akan segera saya siapkan" ucap Ira.

"tunggu." cegah Gara ketika Ira sudah berjalan menuju pintu ruangannya.

"ada yang lain pak?" tanya Ira heran.

"ada satu lagi. bisa tidak kalau hanya kita berdua panggil aku Gara saja? bisa tidak kalau tidak terlalu formal dan sopan padaku." kata Gara sambil mengerutkan kening tidak suka.

Ira tersenyum sopan.

"Maaf pak, saya hanya bersikap profesional. Bapak atasan saya, jadi saya harus sopan dan formal kan pak."

"Baiklah." ucap Gara sambil menghela nafas setelah menatap Ira cukup lama. Ia tidak mau terlalu memaksa. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri, akan menawan kembali hati wanita di depannya ini pelan pelan.

Ira kembali berjalan dan ketika ia hendak meraih knop pintu Gara kembali memanggilnya.

"Ira" panggilan lembut itu seketika membuat hatinya berdetak. Padahal semenjak tadi ia sudah mati matian menahan diri agar tidak terpengaruh dengan apapun yang Gara lakukan atau yang Gara katakan. Namun, hanya dengan memanggil namanya Ira harus berusahan menenangkan gejolak dirinya.

"iya... pak, ada yang bisa saya bantu lagi?" tanya Ira sedikit terbata, dan itu membuat Ira mengerutu dalam hatinya.

" tidak ada, tidak jadi" ucap Gara lalu kembali fokus pada berkas berkasnya. Dan itu membuat Ira hanya menatap Gara heran lalu keluar dari ruangan Gara dan pergi ke pantry untuk membuatkan minuman pesanan sang bos besar.

"ini kopi tanpa gula pesanan bapak, saya permisi ke ruangan saya dulu pak" ucapa Ira setelah menyerahkan kopi pesanan Gara di atas meja kerja Gara. Gara hanya mengangguk tanpa melihat Ira dan itu membuat Ira merasa lega.

"Ira" panggilan lembut kedua dari Gara ini membuat Ira kembali menghela nafas. Lalu ia memasang senyum terbaiknya dan memutar kembali tubuhnya untuk menatap Gara.

"ada lagi yang bisa saya bantu pak?"

"tidak, aku hanya ingin mengucapkan terima kasih" ucap Gara dengan senyum menawannya. Dan senyum itu pula yang membuat Ira tanpa sadar menggigit bibir bawahnya karena menahan perasaannya sendiri.

Always Love You(squel MDML)Where stories live. Discover now