3

68 5 0
                                    

Sesudah membayar, abil dan aku langsung caw ke lantai foodcourt.
"Na, lo mau makan apa?"
"Siomay aja deh, gue gak terlalu laper." Kataku sambil mengedarkan pandangan keseliling.
"Yaelah na, siomay mulu dah. Udahlah gue pesenin aja yah yang enak disini banyak." Kata Abil sambil berlalu.
Katanya nawarin, baru milih jadinya dipilihin.
15 menit kemudian Abik datang dengan membawa nampan berisikan 2 piring Dimsum dan air mineral.
"Tadaaa! Makanan sudah sampai. Noh na, masih sama kan bentuk nya kayak siomay." Katanya sambil menurunkan piring.
"Iya bentuknya doang."
"Udah, makan aja. Ini pasti enak. Gue jamin 200%" tutur abil mengacungkan 2 jempolnya.
Sebenernya makanan kesukaan aku itu adalah Siomay. Dimana aja harus nemuin siomay, kalo mentok gak ada dengan TERPAKSA makan yang lain. Aku emang jarang makan Nasi, tapi tetep doyan kok.
"Na, abis ini langsung balik aja deh. Gue cape muter-muter terus." Kata abil sambil menyuapkan Dimsum tadi.
Yap! Benar kalian. Nyari buku doang sampai berjam-jam karena bingung mau milih yang mana. Dan Abil membeli 10 buku sekaligus keluara WATTPAD. "Bosen nanti kalo beli 2 buku doang na. Lagian kan gak bakalan mubazir." Itu jawaban Abil ketika aku nyuruh dia jangan beli banyak-banyak buku.
"Balik yuk ah. Udah malem. Besok masih sekolah." Kataku sambil berdiri, mau membayar makanan tadi.
"Hentar nga, hentar." Jawab Abil dengan mulut penuh.
                                💎💎💎
Hufftt! Pegel banget deh kaki.
Aku sudah berada di kamarku dan tadi bi Iva sudah muncul, katanya bi Iva ketiduran pas aku baru pulang sekolah. Saat aku melamunkan entah apa, tiba-tiba teringat buku yang tadi dibeli bersama Abil, aku langsung mengambilnya.
"Oh, oke. Sorry sorry, nih."
But wait, sedikit tau nih suaranya. Karena penasaran aku pun mendongakkan wajah ke arah suara si cowok itu.
Yeh, ini orang kok ada mulu ya? Gerutuku.
Aku langsung menyambar buku itu dan pergi tanpa melihat lagi si orangnya. Dari sudut mataku aku masih bisa melihat dia yang cuman geleng-geleng doang.
KRIEEETTT
Pintu terbuka. Bi Iva masuk dan memberikan aku 2 surat katanya itu dari Ibu Neta (mamihku) dan Bapak Alex (papihku).
"Ah, taruh aja diatas meja belajar. Nanti aku bukanya. Makasih ya." Kataku sambil berguling malas membelakangi bi Iva.
Pintu tertutup. Ah, tuhan. Baru saja mendengar nama mamih sama papih aja udah bikin sedih. Apalagi buka suratnya.
Aku beranjak dari kasur untuk membawa surat-surat itu dan kembali duduk di kasur.

 Aku beranjak dari kasur untuk membawa surat-surat itu dan kembali duduk di kasur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rindu.
Satu kata itu yang mewakili suasana hatiku saat ini. Aku memeluk surat itu dan berandai-andai bila itu mamih yang kupeluk.
Ya, mamih pergi ke netherland untuk menyelesaikan kerja disana. Zaman teknologi sudah maju, tapi mamih tetap menggunakan surat untuk berkomunikasi. Katanya biar mengenang zaman dulu.
Okey, sekarang tinggal surat papih yang harus kubuka.

 Okey, sekarang tinggal surat papih yang harus kubuka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sedih.
Itu yang mewakili suasana hatiku. Papih tinggal di Inggris, sama seperti mamih alasan mengapa papih selalu berkomunikasi menggunakan surat.
Aku bukan anak broken home. Mamih ada perkerjaan di Netherland selama 3 bulan dan Papih harus mengurusi Saham milik kakek disana. Papih sudah 7 bulan di Inggris, katanya ada sedikit masalah.

Aduh, tuhan aku ingin segera bertemu mamih.

ANDROPHOBIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang