Semoga tidak bosan dengan chapter ini
***
Tinggal bersama dan menemukan fakta bahwa keadaan yang terjadi bukanlah sebuah kebetulan belaka, membuat Bru sangat bersyukur telah meletakan seluruh masa depan dan cita-citanya pada Nuary, seorang perawat nyinyir yang masih tidak mau diperlakukan seperti layaknya orang hamil.
"Aku nggak suka yang green tea, Bru!" protes Nu begitu Bru memberikan puding yang dibelinya dalam perjalanan pulang selepas dinas. "Aku maunya yang rasa Cokelat!" timpal Nu dengan tambahan aksi bibir mengerucutnya.
"Lho, kan biasanya mau yang rasa green tea." Ujar Bru clueless. Nu menggeleng cepat kemudian berlalu begitu saja meninggalkan Bru sendiri di dapur. Kening Bru bertaut, ia tidak memiliki masalah dengan daya ingat dan Bru belum cukup tua untuk melupakan apa saja yang disukai oleh kekasihnya. Bru masih ingat dengan jelas bahwa Nu begitu tergila-gila dengan rasa teh hijau, bahkan Bru belum pernah sekalipun melihat Nu memesan pudding dengan rasa yang berbeda. Ada apa lagi dengan pria yang sedang mengandung anaknya itu?
"Kok jadi ngambek gitu sih?" Nu tak acuh dan memilih memainkan ponselnya. Mereka baru berbaikan tadi malam dan masih begitu mesra pagi harinya, lalu sekarang Nu memasang aksi perang kembali gara-gara pudding rasa teh hijau itu, Bru frustasi. "Kenapa sih?" ucap Bru pasrah, dia harus lebih sabar menghadapi Nu yang sangat moody.
Nu meletakan ponselnya kemudian menatap Bru dalam dengan muka kesal, "aku maunya puding rasa Cokelat, Bru. Aku nggak suka yang green tea!" Bru hampir mengelus dada akibat ulah Nu tapi ia mengurungkannya.
"Biasanya selalu yang itu kok." Ujar Bru pelan.
"Sekarang aku maunya yang rasa Cokelat, pokoknya kita balik beli yang rasa Cokelat!" Nu sudah bergerak menarik tangan Bru untuk mengikutinya. Kekuatan pria hamil yang sedang menginginkan sesuatu ternyata mengerikan, Bru hampir terjungkal dari tempat duduknya akibat ulah Nu.
"Tapi aku baru pulang, mandi dulu boleh ya?" Bru berucap begitu ia berhasil menyeimbangkan aksi 'anarkis' kekasihnya itu. Nu menatap Bru sebentar kemudian menghempaskan tangan ayah dari janin yang dikandungnya.
"Ya sudah! Aku minta tolong Lala aja."
***
Pada saat Nu mengatakan bahwa ia akan meminta bantuan Lala, ia benar-benar melakukannya. Penampilan wanita itu tampak kacau dengan napas yang masih terengah-engah duduk sembarangan di sofa ruang tamu Bru. Sementara Nu sedang mengobrak-abrik isi kantong plastik putih yang dibawa teman baiknya.
"Untung aku dinas pagi, kalau nggak aku sudah minta ganti rugi!" ujar Lala kesal. Nu mengacaukan agenda sore yang ia rencanakan selepas dinas.
Nu tak acuh pada kondisi teman baik yang ia paksa membelikan pudding rasa Cokelat idamannya. Sekalipun Lala menggerutu ia tidak peduli, pria itu sudah asik menikmati dunianya. Bru lantas hanya bisa menggelengkan kepala lalu berinisiatif memberikan segelas air dingin pada Lala.
"Sorry, La." Ucap Bru tak enak. Lala hanya mengangguk. Ia tidak marah atau kesal dalam arti yang sebenarnya, diam-diam ia bahagia karena hubungan Bru dan Nu membaik. Ia juga tidak keberatan meski harus tergopoh-gopoh mengantarkan pesanan Nuary, sahabatnya.
"Aneh juga sih ini anak, biasanya suka yang green tea... ini malah bilang suka rasa Cokelat." Lala tersenyum simpul mendengar Bru yang menggerutu.
KAMU SEDANG MEMBACA
POSITIF - NEGATIF [MPreg]
RomansaMIR Project tercipta atas ambisi seorang dokter spesialis Obstetri & Ginekologi, bernama Simon Bru Valentino. Banyak yang menentangnya tetapi Bru kokoh menjalani penelitian tersebut, dengan atau tanpa dukungan dari teman sejawatnya. Bru percaya bah...