TERJEBAK NOSTALGIA

19 1 0
                                    

INDRA

Hari ini untuk pertama kali setelah enam belas tahun berlalu gue bertemu dengan anak gue, Rosie.
Bukan seperti pertemuan anak dan ayah di sinetron, film atau novel yang mengharu biru pertemuan ini datar bahkan terkesan biasa aja.

Dari bundanya dia mengenal baik gue, dari wajah hingga sifat. Dia sungguh sangat tahu. Ternyata Roslin banyak cerita tentang gue. Gue yakin Roslin pasti bercerita tentang kebaikan gue, terbukti dengan penerimaan Rosie terhadap gue.

Sebenarnya kenyataan ini harus gue syukuri seenggaknya gue gak harus mulai dari awal lagi, Rosie sepertinya juga tipikal anak yang dewasa dan smart. Dia sangat paham alasan gue dan bundanya yang gak bisa bareng selayaknya ortu yang lain.

Rosie welcome dengan kehadiran gue. Dia gak memaki ataupun marah sama gue malah dia minta dipeluk, dan sejujurnya itu yang membuat rasa sedih didiri gue. Gue gak bisa ngebayangin gimana bisa dia tumbuh menjadi setegar ini, mengingat kehidupannya tanpa seorang ayah. Gue selalu menahan haru setiap kali nemu anak kecil dilampu merah yang harus menjadi akrab dengan bau matahari dan asap knalpot, miris sekali sekecil itu berkelahi dengan waktu. Padahal tanpa gue sadari anak gue bisa aja jadi salah satu diantara mereka.

Gue tahu berteman dengan kesedihan dan kesendirian tentu gak mudah, gue gak ngebayangin gimana Rosie dan Roslin melewati hari mereka. Sedihkah? Ataukah baik baik saja? Atau bisa saja tanpa rasa..hambar..

Rosie anak yang mandiri, dia juga berprestasi menurut cerita Roslin sekalipun pendiam dia tampak bersahabat. Menurut cerita Roslin, Rosie menderita tiphus karena terlalu rajin belajar sampai melupakan kesehatannya.

Perlahan gue membelai rambut putri gue yang gugur karena tiphus yang terbilang parah, Rosie tampak menikmati usapan gue yang mungkin sangat dia rindukan. Sampai sebuah ucapan, tepatnya sebuah permintaan keluar begitu saja dari bibir pucat Rosie "Pa...aku pengen tinggal bareng papa, aku pengen kita sama sama lagi seperti temen temenku yang lain" Suara Rosie terdengar terbata bata. "Lengkap punya mama juga papa, Rosie juga pengen punya adek bayi" Sambung Rosie yang langsung buat gue bengong dan cengo.

"Kata bunda papa itu first love nya bunda begitu juga sebaliknya, trus kenapa gak bareng aja?" Mata Rosie berpendar penuh harap, membuat gue ngerasa persis seperti orang tua gak berguna. Gue ngerasa begitu jahat sama putri gue sendiri.

Gue menarik nafas dalam, mencari kata kata penolakan yang pas dan yang pasti gak bikin dia baper.
Gimanapun juga gue udah punya Rain dan Gonza. Semua gak mungkin balik kayak dulu lagi. Gak semudah itu.

Entah mengapa semuanya menjadi serumit ini.

"Rosie istirahat dulu ya, papa pulang dulu. Papa bakal balik lagi besok" Gue mengucap janji pada Rosie, dia gak membantah. Kali ini gue yakin banget sifat dia persis bundanya. Dia hanya mengangguk lemah.

Gue mengecup keningnya dengan sayang kemudian berpamitan untuk segera pulang.
Baru aja gue melangkah dari pintu ruang rawat, tangan gue digenggam erat Roslin. Matanya berkaca menunjukan sisi lemah seorang perempuan. "Tolong dipikirin lagi apa yang diminta Rosie" Roslin menyeka air matanya yang mulai luruh " Mungkin ini saatnya dia bahagia, dia udah terlalu lama menderita akibat ulah kita, In" Gue langsung memeluk tubuh Roslin yang bergetar. Tangisnya pecah dikoridor rumah sakit yang sepi.

Gue tahu ini salah banget. Perasaan ini gak boleh ada dibenak seorang lelaki beristri, tapi kenapa rasanya enggan untuk menerima? Ternyata waktu yang berlalu tetap menuntun gue pada satu nama, Roslin. Nama yang belakangan ini mulai hilang perlahan dibenak gue.

Kali ini juga baru gue tahu rasanya terjebak nostalgia dengan orang yang masih ada diseparuh ruang hati kita. Rasanya.. sungguh aneh. Terasa begitu sesak. Gue ngerasa menjadi orang yang begitu menyedihkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 28, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SELEMBUT HATI RAIN (Sequel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang