Part 4

30 2 0
                                    

    Pelajaran pertama dimulai dengan gaduh karena murid-murid bersemangat mengenai perayaan hari jadi sekolah SMA Tunas Harapan ketimbang pelajaran Kimia. Pak Denny mulai kewalahan mencoba menenangkan isi kelas XI IPA 2. Hari ini seluruh murid antusias untuk sebuah hari yang menurut mereka tidak lebih penting dari hitungan mol dan elektron partikel.

    "Mungkin bapak cukupkan pelajaran kimia hari ini setelah ini kalian dibebaskan karena perayaan hari jadi sekolah SMA Tunas Harapan." Ujar pak Denny sambil beranjak pergi dari kelas.

    Vera dan Rani memutuskan untuk pergi keluar kelas karena merasa bosan di kelas karena semua siswa berbincang tentang perayaan hari jadi sekolah.

    "Seperti kebiasaan kita dari tahun ke tahun hari ini kita akan mengadakan pensi," ujar ketua osis dibalik radio sekolah yang berada di lantai tiga.

    Ini sudah menjadi ajang popularitas bagi anggota OSIS. Setiap anggota OSIS akan menampilkan kemampuan mereka. Ada yang menari, bernyanyi, bermain alat musik, pentas drama.

    Ada satu hal menarik dari perayaan hari jadi SMA Tunas Harapan. Program secret admirer. Terdengar sangat konyol, program ini sudah berlangsung selama tiga tahun setiap perayaan hari jadi sekolah. Tentu saja ini adalah ide dari Ketua OSIS yang sebelum nya menjabat.

    "Seperti biasanya tersedia kotak di depan ruang OSIS. Bagi yang ingin mengikuti program secret admirer silakan menulis surat lalu masukan ke dalam kotak nya. Tenang tidak akan kami beri tahu siapa pengirim nya. Sekian saya Steffi Ardana pamit undur diri." Ujar Steffi.

   Rani terduduk di kursi dengan wajah yang gelisah. Tadi pagi ia sempat berpikiran akan mengikutin program secret admirer yang diadakan oleh anggota OSIS.

🔻🔺🔻🔺

    Rani meletakkan buku yang ia pinjam minggu lalu di perpustakaan sekolah. Rani terduduk di kursi perpustakaan yang disediakan sekolah. Wajahnya tersungging senyum lebar. Entah apa yang terjadi: Rani mulai mengambil selembar kertas buram dan bolpoin. Lalu, mulai menulis kata demi kata yang ada di hatinya.

    Duh, kenapa sih gue harus suka sama sahabat gue sendiri? Yang jelas-jelas dia nganggap gue sebagai sahabat doang. Rani mengumpat, merasakan adrenalin dan rasa gelisah di hatinya.

    Rani segera mengeluarkan amplop berwarna biru muda dari ranselnya. Dimasukkan nya selembar kertas buram yang berisi surat hati.

Kau adalah yang kusebut rumah.
Aku tak pernah menyangka kau hadir.
Tak pernah tau aku akan jatuh hati padamu.
Kau mungkin miliknya.
Tak apa semua pasti ada waktunya.

Seharusnya aku tak jatuh cinta padamu.
Seharusnya kita tak perlu bertemu.
Dan seharusnya aku tau diri.
Memang tak ada yang sia-sia.
Sayangnya di sini aku yang harus terluka.
Harapan nyaris tak ada.

    "Sekarang, mari kita masukkan amplop ini ke dalam kotak. Semoga Faris gak curiga." Ujar Rani sambil beranjak dari kursinya.

🔻🔺🔻🔺

    "Acaranya mulai kapan sih?" Tanya Rizky kepada sahabatnya.

    "Jam 2 baru mulai, kenapa sih gelisah banget? Kalo mau ikutan secret admirer ikutan aja lumayan siapa tau jodoh." Ujar Vera kepada Rizky.

    Rani terduduk serbasalah di antara kedua sahabat nya Rizky dan Vera. Ia seharusnya tak mengirimkan surat kepada Faris. Sedari tadi Faris tak terlihat batang hidung nya. Entah kemana dia.

    "Ini lagi satu kenapa, Ran? Kaya ada sesuatu yang lo pikirin?" Tanya Vera.

    "Mau ngirim secret admirer juga?" Sambung Vera.

    Rani gelagapan atas pertanyaan Vera tadi. "Eng ... eng ... enggak."

    Tiba-tiba Faris datang dengan membawa sebuah amplop dan dan minuman di tangan kanan nya.

    "Percaya atau enggak. Tapi, lo pada harus percaya kalo di sekolah ini bener-bener ada yang suka sama gue," ucap Faris sambil menunjukan sebuah amplop berwarna biru dan menyimpan minuman di atas meja.

    "Pasti lu ya, Ver. Yang kirim ini surat? Kalo ngefans itu bilang aja kali, Ver. Gak usah ngirim-ngirim surat ginian." Sambung Faris dengan percaya diri ia menuduh Vera yang mengirim.

    Itu dari gue, Faris. Ingin sekali Rani berkata itu di hadapan sahabat nya. Namun, itu mustahil.

    "Hah? Serius ada yang ngirim surat, Ris? Demi bulu hidung monalisa gue gak percaya ini," tanya Rizky tak percaya.

    "Sumpah ya ini kedua kalinya gue dapet surat beginian. Berarti iya si Vera yang ngirim beginian siapa lagi fans gue selain dia." Ucap Faris sambil mengambil minuman dari tangan Vera.

    "Ih najis amat ngirim begituan." Jawab Vera ketus.

    Rani semakin gelisah memikirkannya. Ia takut sahabat-sahabat nya tahu bahwa itu ia yang mengirim. Ah kenapa lo kirim sih, Ran? Gerutunya dalam hati.

    Dasar bodoh. Tenang dulu. "Eh itu lo kenal gak tulisan nya, Ris?" Rani mulai membuka suara.

    Faris hanya menggelengkan kepala tak tahu dari siapa. "Tapi mungkin ini dari orang yang sama sih. Dulu kan ada juga yang ngirim surat beginian yang di taro di loker gue."

    "Yang pasti bukan gue sih, Ris." Ujar Rizky sambil memalingkan muka.

    "Gue juga tau, Ky. Yakali sahabat gue homo." Tukas Faris.

    Rizky dan Rani terdiam sedangkan Vera mengangkat bahu seperti tak mau berkomentar apa pun. Vera tak menyukai surat itu.

🔻🔺🔻🔺

    Acara pensi sudah dimulai dari setengah jam yang lalu. Semua murid antusias karena ini hanya ada satu tahun sekali.

    "Oke hai guys, gimana pensi nya? Seru gak? Pastinya seru dong. Kita anggota OSIS udah menyiapkan semuanya mulai dari awal acara hingga akhir acara. Dan kita pu sudah memberika surat-surat yang kalian simpen di kotak depan ruang OSIS ya. Sekali lagi have pun guys." Ujar ketua OSIS sambil meninggalkan panggung acara.

    Acara berlangsung meriah. Namun Faris, Vera, Rani dan Rizky memutuskan untuk pergi ke taman kota. Karena menurut mereka tak ada yang lebih indah dari taman kota di sore hari.

    Faris, Vera, Rani dan Rizky terduduk dirumput-rumput taman. Mereka menikmati alunan musik dari gitar Faris dan Rizky.

🔻🔺🔻🔺

    Sayangnya disetiap cerita harus ada yang terluka entah itu aku, kau atau dia. Namun, di sini akulah yang terluka. Kita tak bisa memilih kepada siapa kita jatuh cinta. Kau atau aku berhak jatuh cinta, berhak menentukan pilihan.

    Ah, ternyata benar. Melawan rasa itu berat. Sebab, rindu datang menelusup dan tak terduga. Kita hanya dua orang yang dipisahkan karena jarak. Aku sudah terbiasa dengan harapan.
Hingga lupa dengan kepastian.

🌸🌸🌸

Aku mau ngingetin kalo cerita ini ada dua versi. Satu versi nya ada di work reishaafa di sana ada versi pemeran Faris nya ya.

Tertanda,
Ervi Nurul

Kembali ~ [ Vera ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang