Part 8

21 2 0
                                    

Atas nama cinta yang mewakili; aku merindukanmu.
======

Dengan tampang yang sudah lelah ditambah rambut yang sudah tidak karuan. Vera pulang ke rumah dengan muka penat. Vera baru saja sampai rumah setelah menghabiskan waktu bermain di rumah Rani bersama Faris dan Rizky. Sayup-sayup terdengar suara bunda di ruang tamu. Segera Vera masuk ke dalan rumah. Ternyata benar bunda sedang mengobrol dengan tante Marissa a.k.a mamah nya Natta.

"Eh kamu udah pulang, nak. Sini ngobrol dulu sama tante Marissa," ujar bunda yang sedang duduk santai menikmati teh hangat nya.

"Eng..., aku mau man..." belum sempat menyelesaikan ucapan nya sudah dipotong oleh sang bunda.

"Udah sini dulu kenapa sih," gumam ibu satu anak itu.

Mau tidak mau suka tidak suka Vera harus duduk bersama bunda dan tante Marissa.

Vera tak banyak bicara memilih diam atau mengangguk saja. Karena sesungguhnya Vera tak menyukai situasi seperti ini.

***

Vera duduk di depan meja belajarnya dengan lampu tidur yang dinyalakan remang-remang supaya tidak menganggu belajarnya lebih tepatnya hanya melamun dengan secangkir coklat hangat. Sudah hampir pukul satu malam dan Vera belum juga mengantuk. Rasanya seperti tidak ada kebahagiaan semenjak  pertunangan nya dengan lelaki pilihan Bundanya. Ini terlalu menyesakkan bagi Vera, ia seperti tidak bersemangat apa-apa. Besok pagi Vera pasti merasakan pegal-pegal karena ulahnya yang berjaga tengah malam.

Sejak Vera mengenal Faris. Ia selalu merasa bahwa Farislah kebahagiaannya. Tak ada yang bisa mengalahkan Faris sedikitpun. Vera benar-benar dibuat kalang kabut oleh keadaan. Apasih mau Bunda?  ujarnya dalam hati.

Beberapa jam yang lalu ia baru saja menghabiskan waktu bersama Faris dan teman-teman nya dan tadi sekitar pukul delapan ia menerima telepon dari lelaki lain. Siang hari bersama Faris dan malam hari bersama tunangan nya.

"Aku tidak bisa terus seperti ini, cepat atau lambat Faris pasti akan tahu. Apa yang harus aku lakukan?"

Kalian hanya perlu tahu, disituasi seperti ini aku aku sangat benci konsep "asalkan kau bahagia." Sedangkan Aku dan Faris (jika dia sudah tahu) pasti akan membenci keadaan seperti ini. Sungguh ternyata ketulusan sangat menyakitkan.

Vera menyeruput gelas ketiga coklat hangatnya. Vera beranjak dari meja belajarnya dan berlalu menuju dapur untuk mencari makanan untuk menemani malam ini. Vera menemukan Papah yang sedang terduduk di ruang tamu yang tepat berada di samping dapur. Ia melihat papahnya sedang meminun kopi dengan setumpuk berkas perkerjaannya. Kacamata yang bargantung di ujung hidung, meninggalkan jejak tanda sudah lama bertengger di sana.

Papah adalah orang yang pekerja keras untuk keluarga. Dia asli orang Jakarta yang dulu membuka cabang kantor dikawasan Bandung. Sejak papah menikah dengan Bunda papah tinngal di Bandung lalu berpindah-pindah karena urusan bisnis dan sekarang menetap di Bandung tempat kelahiran aku dan Bunda. Papah lulusan bisnis dan management di universitas ternama Jakarta. Usianya tiga puluh sembilan tahun.

Papah mendongak ketika melihat Vera berada tepat tidak jauh dari tempat ia duduk, lalu menarik bangku--sebuah undangan untuk duduk.

"Enggak bisa tidur?"

Vera mengiyakan.

"Mau cerita?"

Papahnya selalu bertanya demikian saat melihat anak semata wayangnya terlihat murung tak mempunyai semangat. Papah adalah sosok yang tegas bagi keluarga. Namun, papah pulalah yang selalu menjadi teman curhat ketika ia tampak murung. Vera lebih dekat dengan papahnya daripada sang bunda. Karena kalau papah sesibuk apapun dia pasti meluangkan waktu untuk mendengarkan keluh kesah Vera, mulai dari; kesepian tidak ada teman di rumah, dihukum karena terlambat sekolah, hingga Faris yang selalu membuatnya bahagia.

Vera menggigit bibirnya. "Papah tahukan kalo aku punya pacar?"

Ia hanya mengangguk sambil menyimpan berkas yang sedari tadi dibaca. "Pasti mau tanya gini; Lalu kenapa papah jodohin aku sama Natta 'kan?" ujar Lelaki yang tengah berada di sampingnya itu.

Vera hanya mengangguk dan menundukkan kepala.

"Gini nak, Papah pun gak mau kamu dijodohin sama Natta. Tapi, Bundamu itu selalu berpikir bahwa pilihan dialah yang paling baik. Tanpa memikirkan ke depan ataupun memikirkan perasaan kamu. Bundamu terlalu sibuk dengan urusan bisnisnya,"

Vera mengangat bahu. "Tapi aku gak mau dijodohin, Pah."

"Papah, Tau gak sih pah gimana rasanya jadi aku? Papah bayangin aja tiba-tiba dijodohin dan aku gak tau apa-apa." Lanjut Vera.

"Papah ngerti, kamu pasti susah dikeadan yang kaya gini. Papah gak bisa apa-apa. Coba kamu ngomong sama bundamu itu."

"Aku kira papah mengerti, Pokoknya aku tetap gak mau dijodohin sama Natta titik, Pah"

"Papah usahakan ya, Nak."

"Segala sesuatu harus ada yang dikorbankan, Nak. Ver, bukannya Papah tidak memihak kamu. Tapi Papah pun bingung apa yang harus Papah lakukan. Papah dan Bunda ingin yang terbaik buat kamu. Walaupun Papah tau ini bukan cara yang betul." Lanjutnya.

"Aku mengerti Pah, Bukannya aku menentang keinginan Papah dan Bunda. Tapi, ini hidup aku. Ini perihal masa depan aku. Aku yang menentukan, walaupun aku butuh peranan kalian sebagai orang tuaku. Tapi untuk masalah hati aku tidak bisa memihak Bunda dan Papah."

"Aku tahu Papah dan Bunda banting tulang untuk aku. Tapi, sebetulnya aku lebih suka bunda menjadi ibu rumah tangga. Menemani aku. Hampir tujuh belas tahun Pah aku selalu sendirian. Aku hanya minta waktu dan pengertian nya saja. Bunda selalu tidak tahu apa keinginan aku bahkan untuk masalah hati pun bunda memaksakan kehendaknya."

***

Aku pernah tenggelam terlalu jauh, hingga lupa cara kembali ke tepian. Aku pernah jatuh terlalu dalam, hingga lupa caranya untuk bangkit.  Aku pernah terlalu mencintai, hingga lupa bahwa cinta kadang semenyakitkan itu. Aku pernah berharap terlalu tinngi, hinggal menyadari bahwa jatuh begitu sakit.

Aku hanya berlagak aku baik-baik saja. Hingga kamu datang dan membuat sesuatu di dalam hatiku sehingga aku dan hatiku bersorak gembira. Kamu datang mengubah hidupku yang tidak tahu apa yang telah ia lewati kemarin.

Kamu yang membuatku kembali merasa diingini. Lantas, apa kamu juga merasa demikian, atau hanya aku yang terlalu perasa.

***

HAI HAI HAI.

Maaf nih lagi dan lagi next nya lambat banget. Aku gak henti-henti buat ngingetin kalo ada cerita versi Faris diwork reishaafa

 Tertanda,

Ervi Nurul

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 17, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kembali ~ [ Vera ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang