Chapter 5

20 5 0
                                    

Sekarang Roo berada di perpustakaan Zuarzar. Dimana perpustakaan ini hanya satu di bangsa palsmarquarzad. ( kata Levi sih begitu ).
Tapi benar saja kata Levi tadi, ketahuan dari bangunannya sangat besar dan megah. Perpustakaan ini terbuat dari bahan campuran antara emas dan perak. Wow sungguh megah.
Ketika mereka berdua memasuki bangunannya, alangkah menawan sekali. Di dalamnya sungguh luas, di tengah tengahnya kosong. Hanya ada gambar istana Zuarzar. dipinggir pinggirnya terdapat buku-buku yang tersusun rapi di setiap rak. Ada beribu-ribu rak disni. Perpustakan ini memiliki 20 lantai, yang setiap lantai bisa memuat 1000 rak. Jadi bisa dipastikan betapa luasnya perpustakan ini, karena berhubung perpustakan ini hanya satu-satunya perpustakaan di Palsmarquarzad,
“Lewat sini, ille.” Roo mengikuti di belakang Levi dengan masih takjub dengan keadaan sekitarnya. Berapa banyak uang yang dihabiskan untuk membangun perpustakan segede dan semegah ini, WOW. TAKJUB Roo di dalam hati.
“Rondiro Joungdigo.” Kata Levi tak jelas
“Maaf?”
“Rondiro Joungdigo.” Ulang Levi. “Perpustakan Zuarzar ini namanya ‘Rondiro Joungdigo’ artinya ‘ilmu yang berharga’ karena disini banyak sekali ilmu yang akan kau dapat bila kau masuk di sini dan membaca buku-bukunya.” Belum sempat Roo bertanya Levi sudah nerocos memberitahu.
“Aku punya sesuatu untukmu, ille.” LAGI, Roo belum sempat bertanya, Levi sudah menarik tangannya.
Sekarang kami berjalan melewati rak-rak yang rapi dengan buku-buku. Levi berhenti dan mengucapkan kata yang tak dimengerti Roo. Lagi-lagi tak tau apa-apa, Roo dasar bodoh, gerutunya di dalam hati. Jelas saja ketika Levi selesai mengucap kat-kata dinding di depan berubah menjadi pintu yang terbuat dari kayu pualam. Sungguh menakjubkan. Roo hanya menganga tanpa ingin bertanya pada Levi.
Mereka berdua masuk kedalam, sekarang Roo bisa melihat lagi rak-rak yang ada di dalam, tetapi ini lebih sedikit dibanding di luar tadi. Disini ada meja panjang dan kursi, panjangnya sesuai dengan mejanya. Di sini juga ada alat tulis dan perkamen. Roo sekarang malah mengira bahwa dia sedang berada di sebuah novel terkenal di dunia yang menceritakan tentang seorang anak yang bersekolah di sekolah sihir, pertama kali anak itu memasuki sekolahan bertemu dengan teman yang akan menjadi sahabat dekatnya, dan belajar selalu menggunakan perkamen. Seperti dalam kisah novel itu saja batin Roo.
“Kenalkan, ille. Ini adalah ruang kerja, ille.” Levi sangat gembira menunjukkan kepada Roo.
“Apa? Ruang kerja? Kau tahu aku masih SMA, tak mungkin aku sudah kerja.” shock Roo taktertahankan.
“Iya,ille, tempat kerja. Tn. Jan Borke meminta saya supaya membawa anda kesini.”
“Jan Borke?” Roo ingat laki-laki itu. Dialah laki-laki yang menyuruh pelayannya untuk membawaku ke perpustakaan agar mengerti diriku sebenarnya. “Ada apa? Kenapa dia menyuruhmu membawaku kesini?” ada nada kesal di suara Roo, ketika dia harus mengingat ketika pertama kali makan pertamanya di Palsmarquarzad.
“Apa kau marah?” seakan tau apa yang dirasakan Roo, Levi mendekati Roo dengan tatapan takut.
“Tidak, sama sekali tidak. Untuk apa aku marah.” Jelas Roo menutupi kebenaran.
“Baiklah aku akan menjelaskan tujuanku membawamu kesini. Tn. Jan Borke memintaku membawamu ke sini dengan tujuan agar ille tidak bosan hanya di istana saja. Jadi Tn. Borke memintaku membawamu kesini.”
“Tapi kenapa harus di sini?” sesal Roo karena dia harus mengingat waktu itu.
“Dia menyuruhku karena jika aku mengajakmu keliling luar istana tidak ada gunanya, makanya dia menyuruhku membawamu ke perpustakan dan dia menyuruhku untuk menunjukan ragam-ragam yang ada di Palsmarquarzad. Padahal ille tau, aku lebih suka membawamu keliling luar istana.” Ada sesalan pada Levi.
“Yasudahlah. Aku tau jika aku memaksamu untuk menentang perintah orangtua Bangka itu pasti kau akan dihukumkan?” Levi kaget mendengar kata tua Bangka tapi dia hanya mengangguk.
“Kalo begitu tunjukkan padaku apa yang menarik di ruangan ini?” sekarang Roo mulai penasaran dengan uangan yang sebagus ini dengan buku-buku yang tersusun rapi disetiap raknya.
Sekarang Roo duduk di meja dan Levi masuk kedalam setiap celah antara rak dan terlihat sedang memilik buku-buku yang bagus. Sekarang dia membawa banyak sekali buku-buku.
“Apa yang kau lakukan Levi. Kenapa membawa banyak sekali buku?” senyum Roo mulai mengembang ketika melihat kelakuan sahabatnya.
“Aku membawakan buku-buku yang kurasa akan menarik jika dibaca. Ini yang pertama.” Dia mulai menunjukan buku yang tebal. “Ini namanya ESCALAMANDER isinya tentang sejarah bangsa Plasmarquarzad, yang dulu kuceritakan padamu tentang Lord Porzen. Di sini menceritakan perjuangannya merebutkan daerah yang dikuasai oleh orang-orang yang haus akan kekuasaan dan juga berisi tentang perjuangannya mendapat bangsa ini dari kekuasaan Guarmorbalaq. Dia lah orang yang telah menewaskan Lord Porzen dan keluargamu."
Pikiran Roo sekarang melayang ketika dia pertama kali didatangi oleh pengawalnya yang mengatakan bahwa keluarganya telah tiada.
“Dan buku ini mengisahkan tentang cucu buyutnya Lord Porzen yaitu Parqu Jamrat. Kau tau ini keluaran buku terbaru, karena buku ini ditulis sebelum kakek ille tewas.  Di sini juga ada tentang Ilsya Lapin dan ibu anda. Dan di sini juga ada ramalan tentang anda. Tapi aku tidak tau di halaman berapa.
“Kurasa aku hanya menunjukkan beberapa saja, karena tak mungkin kutunjukkan semua yang kubawa ini. yang terakhir ya ini. buku tentang bangsamu. Lihatlah apa yang bisa kau lihat.”
Roo mengambil bukunya dan mulai membuka-buka, betapa terkejutnya dia ketika dia membaca tulisan bahasa Indonesia yang tertera di sana, juga di sebelahya ada bahasa aneh. Kurasa bahasa Quartu pikir Roo. Buku ini seperti Kamus terjemah Bahasa Inggris ke Indonesia atau sebaliknya. Tebal sekali.
“Itu adalah buku panduan kami ketika kami belajar bahasa anda. Tuan Parqu membuat ini untuk kita dan dicetak besar-besaran. Parqu jamrat memberikan ini percuma kepada kita alias gratis. Karena beliau meminta kita untuk mempelajari dan menghafalkannya karena dia kata ‘Ini akan berguna dikehidupanmu nanti, tunggu saja waktunya tiba’ dan benar saja sekarang kami menggunakan bahasa ini.”
“Tidak mungkin kau menunjukanku ini dengan percumakan?” tebak Roo. Benar saja, “Hehehe. Iya, ille. Saya rasa ille malah  lebih pintar dari pada saya.” “Sudahlah. Sekarang apa?”
“Pelajari bahasa kita, ille.” Hanya 3 kata itu dapat membuat Roo diam sangat lama. Membuat Levi merasa tidak enak.
“Kenapa? Kau memaksaku?”
“T-ti-tidak, ille. Bukan begitu. Bukankah mempelajari bahasa tak ada salahnya. Maksudku bukankah ketika kau bicara pada orang lain kau harus tau bahasanya.”
“Maksudmu ada orang yang tak tau bahasaku ini?” tebak Roo tapi pasti.
“Yah mungkin bisa dikatakan seperti itu.” Nada Levi seperti ingin mengatakan sesuatu tetapi takut.
“Apa menyangkut Guartmobalaq?” tebak Roo begitu saja pada Levi, sontak membuat gadis itu mundur kebelakang. Dan sekali lagi Roo mengulang ucapannya,
“Apa ini tentang dia? Orang yang telah membunuh orang-orang yang aku cintai?”
“Bukan maksud Levi membuat ille marah. Tapi suatu saat nanti Guartmobalaq akan datang kesini dan akan menyerang kembali pasukan - pasukan Palsmarquarzad untuk merebut kekuasaan. Berhubung kau sekarang adalah orang yang akan meneruskan bangsa ini maka kau pasti akan berhadapan dengan dia.”
Kata-kata Levi tadi sontak membuat lemas tubuh Roo, untung dia bisa menahan berat badannya sedikit sekali. Apa yang harus Roo lakukan, haruskah dia memberontak atau menuruti semua ini?
“Apa yang kudapat jika aku mengikuti ini?” pertanyaannya ini membuat hening sesaat.
“Kau tau, ille kita belajar pasti ada manfaatnya, yaitu mendapat ilmu dan pengetahuan. Tapi kedengarannya kalimat itu sudah tak ampuh bagi ille. Tapi ille harus tahu bahwa keluarga anda menginginkan bangsa ini tetap Berjaya, dan mereka juga tidak akan sudi jika sampai bangsa ini ada di tangan Guartmobalaq. Pikirkan itu baik-baik ille. Mungkin sekarang anda ingin sendiri. Jadi kutinggal ya. Jika kau ingin membuka pintu bilang akan datangnya malam ketika sudah gelap dan akan datangnya siang ketika sudah cerah. Begitu juga jika kau ingin masuk sini bilanglah itu, maka pintu akan senantiasa terbuka untukmu. Kau tau kata-kata itu menjadi symbol Palsmarquarzad dan yang menciptakannya adalah kakek anda ille. Aku pergi dulu, sampai ketemu nanti malam.”
Levi beranjak dari duduknya dan keluar, sedangkan Roo masih termenung meratapi nasibnya yang bimbang sekarang. Haruskah dia melawan atau setuju. Semuanya tergantung dengan keputusannya.

*
*
*
Jangan lupa di vote ya kawan
Terimakasih....

Queen of ROOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang