"Siapa dirimu sebenarnya?"
"Kau tidak mengingatku sama sekali?" tanya Naruto diiringi nada tinggi, katakanlah emosi tengah menyelimuti.
Hinata mengendikkan bahunya. Dia memijit pelipisnya karena pening di kepala tak kunjung minggat. "Aku tidak tahu dan tidak ingat."
"Uzumaki Naruto, aku Naruto. Kita cukup dekat dulu." Naruto menekan setiap kata yang dikeluarkannya.
Napas Hinata tercekat kala menatap ulang wajah Naruto. Dia menangkup wajah tampan Naruto, yang kurang menarik saat kecil. "Tidak mungkin," cicitnya.
Naruto semakin mendekat, hingga mencuri sebuah ciuman dari Hinata. "Tentu mungkin."
Hinata melepas tangkupan, lalu menutup mulutnya. "Apa yang kau lakukan?"
"Tenang saja. Kita segera menikah."
Air dari sudut mata Hinata mengalir. Berlomba mencapai pipi. Isaknya pun muncul seketika. "Aku tidak mencintaimu, kenapa harus menikah?"
Terhantam kenyataan yang tak seindah bayangan. Hati berdenyut mengetahui kalau cinta pertamanya tidak memiliki rasa yang sama. Dia menyangkal, "Benarkah kau tidak mencintaiku? Apa kau tidak mengingat masa lalu kita?"
.
Tok ... tok ... tok ...
"Naru, ayo berangkat bersama-sama," teriak Hinata dari luar rumah.
Naruto menampakan diri beserta raut yang lesu. Tidak memiliki semangat sama sekali. Saat berucap pun, sangatlah dingin dan ketus. "Ayo berangkat."
"Naru, ukirlah senyum untukku. Kau tidak pernah menunjukkan senyummu padaku, sejak kita di taman kanak-kanak." Hinata mempraktikkan seulas senyum. Menarik kedua pipinya agar senyum itu lebih lebar.
"Hm." Tiap waktu Naruto menyahut Hinata dengan gumaman ala kadarnya.
"Naru, kita sudah beranjak besar. Tidak mungkin kau terus membiarkan dirimu suram. Tersenyumlah karena dunia menyukai. Juga, aku menyukaimu," ceramah Hinata. Dia sanggup mengatakan beribu penyemangat supaya Naruto tidak menjadi pribadi yang dingin dan antisosial.
"Kau tidak tahu hidupku. Aku hanya anak temuan. Bagaimana aku bisa bahagia karena itu?" Kali ini, Naruto mengeluarkan apa yang selalu dipendamnya dalam hati. Dia sudah muak pada nasibnya sendiri. Hidup merepotkan orang yang menemukannya, dia keberatan.
Hinata tahu kalau Naruto membutuhkan teman curhat selama ini. Dia memang teman, sekaligus tetangga, tapi Naruto tidak pernah menceritakan kehidupannya. "Tidak ada hidup yang sepenuhnya bahagia. Aku juga tidak karena Ibu meninggalkanku. Itu tergantung cara kita menghadapi. Jika Naru terus begini, kujamin kau tidak akan menemukan sepeser pun kebahagiaan. Mulailah tersenyum, anggap ini hanya skenario saja, belum kebahagiaan yang seutuhnya."
"Terima kasih, Hinata." Itulah ucapan terima kasih yang terakhir kalinya. Naruto benar-benar lenyap keesokan hari. Dia sudah pindah ke negara lain, yang Hinata sendiri tidak ketahui.
.
"Ibu, tolong aku, ada orang mesum yang menjebakku." Hinata memohon pada ibunya yang sudah di surga. Harap-harap, sang Ibu mendengarnya, lalu melapor pada Tuhan.
"Kau bilang dulu menyukaiku." Naruto menarik-narik rambut kelam Hinata.
"Aku tidak pernah mengatakan itu." Dalam diri Hinata menjerit putus asa, dia menyesal sudah se-frontal itu dulu.
"Mengaku saja, Hinata. Aku lelah mencarimu selama ini, hanya menghasilkan keraguan darimu." Naruto menyenderkan kepalanya di bahu Hinata. Menunjukkan kalau dia benar-benar lelah sekarang.
"Jadi, orang yang berambut hitam tadi, Paman Iruka? Pantas saja dia tahu namaku." Hinata sedikit demi sedikit menerima takdir yang menerpanya.
"Dan yang kau pikir Ibuku, dia adalah Nenekku. Jangan salah kira."
"Kau 'kan hidup bersama Paman Iruka saja. Kenapa ada Nenek?"
"Kau tahu saat aku menghilang. Aku diadopsi oleh keluarga Uzumaki yang nyatanya keluargaku sendiri. Aku dibawa ke Rusia, hingga bertemu Ayah dan Ibu di sana. Aku meminta pada mereka untuk menjemput Ayah Iruka dan tinggal bersama kami. Bagaimanapun, dia 'lah yang mengurusku ketika aku kehilangan keluargaku." Curhatan Naruto menimbulkan rasa penasaran berlebih pada Hinata. Namun, dia tidak ingin mencari informasi lebih jauh, bisa-bisa luka di hati Naruto lebih terbuka lebar lagi.
¡¡¡¡
KAMU SEDANG MEMBACA
[6] Disappear in Me
FanfictionNaruto dan Hinata teman semasa kecil yang cukup dekat. Dikarenakan Naruto diadopsi oleh keluarga lain, dia terpaksa pergi, juga meninggalkan Hinata. Berkian tahun, Naruto datang tiba-tiba. Ada yang berbeda darinya. Ada yang hilang pula darinya. . . ...