"Kya! Kya!"
"Jangan mau kalah!"
"Oppa!"
Seruan semangat dan jeritan anak-anak perempuan terdengar ketika seorang pria, bermata bulat dengan tubuh jangkung berotot, berhasil memasukkan bola basket ke ring lawan. Sorak sorai penonton kembali berkumandang. Terutama dari penonton kaum hawa. Mereka bahkan menyiapkan pom-pom, spanduk, dan papan buatan sendiri untuk mendukung pemain basket yang mereka idolakan. Semua kelihatan larut dengan pertandingan. Kecuali seorang yeoja yang tengah duduk sambil menyeruput kotak jusnya.
"Ya, Kang Ji Young! Kenapa kau diam saja? Apa salahnya memberi semangat? Kita kan, harus memberi semangat tim sekolah kita," tegur seorang siswi dengan name tag bertuliskan Jung Hani di seragamnya, pada siswi yang duduk itu.
"Tim sekolah atau Choi Minho?"
"Dua-duanya."
"Terserahmu sajalah," gadis itu malah berkutat dengan game pada ponselnya.
Choi Minho, lelaki pemegang tetap juara kelas itu selalu berhasil membuat histeris banyak perempuan. Baik di sekolah maupun di luar sekolah. Kecuali Kang Ji Young, gadis pemegang tetap runer up kelas, tidak pernah tertarik pada namja jangkung ahli basket yang sekelas dengannya itu. Ia selalu berselisih paham dan bersaing dengan Minho apa lagi soal pelajaran dan prestasi di sekolah. Karena sahabat dan teman sebangkunya, Hani, saja yang memaksanya kemari, karena itu dia mau terjebak di antara riuh jeritan gadis-gadis SMA.
"Ah, pertandingannya seru sekali! Minho juga bermain dengan sangat hebat hari ini. Ji Young-ah, bagaimana menurutmu?"
"Astaga, ini sudah yang ketiga kalinya kau bertanya," Ji Young berjalan beriringan dengan Hani di jalan gang. Matahari telah lama tenggelam dan pertandingan basket antar sekolah se-Seoul selesai sejak dua jam yang lalu. Namun, Hani masih belum puas berceloteh tentang pertandingan itu. Sejak mereka naik bus hingga mereka turun dari bus dan berjalan kaki menuju rumah.
"Kau ini, masih saja tidak suka pada Minho! Dia kan teman kita."
"Walau teman kita, dia kan bukan artis yang perlu dielu-elukan seperti itu."
"Tapi dia tampan, dan kau tahu? Sekolah kita selalu menang dalam pertandingan berkat dia."
"Sudahlah, aku pulang dulu. Sampai jumpa besok," Ji Young berbelok ke arah yang berlawanan dari arah rumah Hani.
"Baiklah, sampai jumpa besok," kata Hani lalu melambaikan tangannya.
Ji Young berjalan sendirian di jalan yang sepi. Meski penerangan remang-remang, sinar bulan yang bulat sempurna di atas sana membuatnya bisa melihat bayangan dirinya di jalan beraspal. Gadis itu berjalan melewati sebuah taman yang sepi. Tingga tiga ratus meter lagi, dia sampai rumahnya. Namun, langkah kakinya terhenti ketika mendengar suara gemerisik semak-semak di dalam taman sana. Penasaran meski takut, Ji Young mendekati semak-semak itu.
'Bukankah itu Minho? Sedang apa dia di sini?' batin Ji Young. Dia berdiri di belakang semak-semak dan menatap dari sela-sela ranting.
Lelaki itu mulai melepaskan kancing seragamnya dan menatap bulan. Pupil matanya membesar, rambut hitamnya memanjang dan mulai memenuhi seluruh tubuhnya sampai ia berubah sepenuhnya. Menjadi seekor serigala besar. Ji Young terkesiap dan berjalan mundur.
Krak!
Tanpa sengaja, kaki kanannya menginjak ranting kering dan menimbulkan suara derak yang cukup kencang. Minho, atau yang kini serigala besar berwarna hitam di hadapan Ji Young, mendengarnya lalu berbalik. Menatap gadis itu tepat di mata. Sesaat mereka saling menatap dalam diam. Ji Young yang cukup terkejut dengan perubahan Minho bahkan sampai lupa untuk bernafas.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wolf - Shinee Fanfiction
FanfictionPeringatan : Cerita ini hanya fiksi. Kang Ji Young, si cantik yang cerdas, tidak pernah menyangka dengan apa yang akan menimpanya. Bertahun-tahun mengenakan kalung warisan telah mengikat nasibnya dengan si raja basket sekolah, Choi Minho. Perubahan...