Chapter 3

111 11 4
                                    

Ji Young langsung berlari masuk ke dalam gua. Ia terus berlari masuk ke dalam, sesekali kakinya terantuk batu atau terpeleset dan jatuh. Tapi ia segera bangkit dan kembali berlari. Tidak peduli dengan luka lecet dan kaki yang terkilir. Ia berbelok ke kiri dan menemukan sebuah kolam yang cukup besar. Air kolam itu berwarna hijau pastel, hingga membuat Ji Young tidak bisa melihat dasarnya. Kolam itu berada di tengah-tengah gua yang bagai atap kubah. Di tengah kubah itu terdapat lubang yang memberikan akses bagi sinar apapun di langit untuk menerangi sebuah prasasti yang berdiri kokoh tepat di tengah kolam. Prasasti itu berada di puncak anak-anak tangga yang terbentuk alami dari batu-batuan gua. Sekilas, itu terlihat seperti menara batu.

Sesaat Ji Young mengatur nafasya yang tersengal, menahan perih di tangan dan kakinya. Melihat ke kanan dan ke kiri, dia menemukan sebuah perahu kayu. Perahu kayu tua yang hanya bisa digerakkan dengan sampan. Ia naik ke perahu itu dan mulai mendayung. Ketika sampai, yeoja itu mulai menaiki anak-anak tangga. Setelah sampai puncak, di sana ada sebuah meja batu setinggi pinggangnya, dengan lubang- lubang kecil. Lubang-lubang itu terdapat di masing-masing titik sudut sebuah persegi yang terukir di sana. Ada satu lubang berbentuk persegi empat di tengahnya. Ji Young mulai menyusun liontin-liontin kalung di meja itu.

Tidak ada apapun yang terjadi.

Ji Young mulai panik dan kebingungan. Bukankah dia sudah menaruh semua liontinya? Tiba-tiba suara lembut serigala miliknya kembali terdengar dari dalam kepalanya.

"Letak batu milikmu tertukar dengan letak batu milik ketua Suho. Dan kau tidak akan mendapatkan apapun jika tidak meminta."

Ji Young segera menukar letak batu miliknya. "Lalu, apa yang harus kulakukan?"

"Berharaplah, dan pastikan harapanmu itu tulus. Sebaiknya kau cepat! Matahari akan segera datang!"

Ji Young memanjatkan doa di dalam hatinya sambil menyatukan kedua telapak tangannya. 'Ya Tuhan, tolong aku. Buatlah batu-batu ini berfungsi agar perisai bisa melindungi kami.'

Seiring dengan itu, perlahan-lahan muncul sinar putih dari batu-batu itu. Sinar itu membentuk sebuah prisma dan bersatu di atas batu milik Jinki. Sinar itu menembus atap gua yang berlubang dan meledak di langit. Ledakannya segera membentuk sebuah kubah raksasa transparan yang ujung-ujungnya melingkupi seluruh daratan Korea. Lalu kubah itu menghilang. Seakan bersembunyi dari mata telanjang manusia.

"AU!" sebuah lolongan yang memilukan terdengar di luar sana. Membuat Ji Young terkejut dan langsung kembali berlari menuruni anak-anak tangga.

~~***~~

Jinki sekarat.

Kenyataan itu sungguh menyayat hati seluruh anggota keluarga Lee dan siapapun yang menyayanginya. Hanya teriakan dan erangan Jinki menahan sakit yang memenuhi rumah ini. Kini ia sedang berusaha melawan racun taring vampir itu dengan bantuan perawat dan dokter. Hanya anggota keluarga Lee ada di dalam kamar, sementara yang lainnya menunggu dengan cemas di ruang tengah.

Jinki berusaha melindungi Taemin yang diterjang dua vampir bersamaan. Saat itu mereka semua sedang dalam keadaan terdesak. Karena jumlah vampir itu terus bertambah. Beruntung, mentari cepat terbit dan mengusir vampir-vampir yang masih berusaha menyerang. Ketika Ji Young ke luar dari gua, mereka semua sedang mengelilingi seekor serigala coklat yang terluka.

Minho menghampiri Ji Young yang duduk di tangga kayu sendirian. Gadis itu memeluk dirinya sendiri sambil terus memanjatkan doa di dalam hatinya. Meminta kesembuhan bagi Jinki.

"Bolehkah aku membersihkan luka itu? Aroma darahnya terlalu kuat," kata Minho melirik lutut dan siku kiri Ji Young. Gadis itu mengikuti arah pandang Minho yang menggenggam sapu tangan basah dan membawa baskom berisi air. Di kantung celananya tersedia salep untuk luka.

My Wolf - Shinee FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang